EMOSI

2.3K 1K 437
                                    

"Semua datang kepadamu pada waktu yang tepat, jadi bersabarlah."

Hari Senin adalah hari yang sangatlah membosankan. Kenapa? Karena hari ini adanya upacara dimana semua siswa di haruskan untuk berdiri selama kurang lebih satu setengah jam dibawah sinar matahari pagi. Apalagi ditambah dengan adanya amanat yang sangat panjang dari inspektur upacara.

Apalagi bagi seorang Embun Adriana Rafa. Gadis yang tidak bisa diam itu. Seperti saat ini. Tangannya tengah menoel-noel lengan Chelsea yang berbaris di samping kanannya. Sungguh, saat ini Embun sangat ingin berbicara agar rasa bosannya hilang. Tadi dia sudah mencoba meminta izin kepada guru pengawas untuk pergi ke toilet, namun Embun tidak mendapatkan izin. Jadilah Dia beralih mengganggu Chelsea.

"Haduh Embun diam dong. Ntar kena semprot Buk Ida!" baru saja Chelsea selesai berbisik tiba-tiba ada tangan yang menarik Embun dan Chelsea ke bagian belakang barisan.

"Kalian berdua baris di sini. Selesai upacara ikuti saya. Mengerti?" dan sekarang Embun dan Chelsea hanya bisa menganggukkan kepala mereka. Entah hukuman apa yang mereka dapatkan nanti.

Embun benar-benar merasa bersalah pada Chelsea sekarang. Tapi, ya mau gimana lagi mulutnya sangat gatal tadi.

•••

"Haduh panas banget. Gara-gara lo nih!!" Chelsea masih saja menggerutu sejak tadi. Karena sekarang pipinya sudah sangat merah akibat di hukum dibawah terik matahari dengan tangan hormat ke bendera.

"Embun minta maaf ya Chelsea," Embun sudah merasa sangat pegal sekarang. Tapi, ya mau bagaimana. Ini juga karena salahnya.

"Huh iya iya! Ntar lo harus traktir gue," imbuh Chelsea.

"Iya deh," jawab Embun pasrah.

•••

"Nan, kok dari tadi gue nggak lihat si girl-girl sih?" tanya Erland kepada Kenan. Karena sejak tadi memasuki kelas dia sama sekali tidak melihat keberadaan Embun maupun Chelsea.

"Nggak tau, ke kantin kali," jawab Kenan.

"Si Raka juga nggak ada sejak tadi," mendengar hal itu Kenan langsung saja berdiri dan berjalan ke arah kantin diikuti oleh Erland di belakangnya.

Sesampainya di kantin dia tidak melihat ketiga orang tersebut. Entah kenapa sejak adanya Raka di sekolah ini. Pikiran Kenan tidak bisa tenang. Dan ada saja prasangka buruk yang tersangkut di benaknya. Seperti kali ini.

Entahlah, padahal dia juga tidak tau apakah hilangnya Raka, Embun, dan Chelsea ada hubungannya. Atau mungkin hanya kebetulan saja.

Sekarang dia beralih menuju lapangan. Ternyata benar saja dugaan Kenan, Embun tengah duduk di tepi lapangan dengan ditemani oleh Raka. Entah apa yang terjadi sampai-sampai pipi Embun merah dan Raka memberikan minuman kepada Embun. Kenan benar-benar kepo dan kesal secara bersamaan.

Sedangkan, Erland sudah berbalik ke arah kantin untuk membeli minuman. Tentu saja minuman itu akan diberikan untuk Chelsea. Dia bisa merasakan Chelsea sedang kehausan sekarang. Bisa dilihat dari tatapan Chelsea yang melihat Embun meminum minuman yang diberikan Raka kepada Embun.

"Makasih ya Raka minumannya," pipinya yang memerah karena terik matahari malah bertambah merah akibat perlakuan Raka yang manis menurutnya.

Incomparable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang