CANGGUNG

859 235 21
                                    

"Bahkan disaat ada yang lebih baik darimu, aku masih tetap mencintaimu."

"Gue sama Aurora dijodohin dari kecil," kata Erland kelewat santai.

"What?!"

Embun benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir Erland. Kalau tau sudah di jodohkan, kenapa masih saja mengajak Chelsea pacaran?

"Gue udah batalin perjodohan ini dari kelas X kok. Dan orang tua gue setuju-setuju aja, karena keputusan ada ditangan gue. Gue nolak ya udah, mau gimana. Nggak mungkin dong bapak sama emak gue maksa. Kan hati gue buat Chelsea bukan buat si Aurora," cerita Erland sembari mengedipkan mata kearah Chelsea, yang dibalas Chelsea dengan tatapan jijik.

"Namun, masalahnya disini ada pada si Auroranya. Tu anak nggak mau batalin perjodohan sama gue. Padahal gue sama dia tuh cuman ketemu sesekali pas keluarga kami ngumpul. Gue juga nggak pernah tuh pdkt sama dia. Punya no. WA nya aja kagak. Tapi, dia cinta mati banget sama gue kayaknya," lanjut Erland.

Kenan dan Embun yang mendengarnya hanya bisa mengangguk-angguk. Embun pikir keluarga Erland akan menentang keputusannya, ternyata ceritanya tidak serumit itu. Baguslah, Erland sama Chelsea jadi bisa baikan. Tapi, si Aurora ini gimana ya?

"Nah, kemaren si Aurora ini maki-maki gue di IG. Dia bilang gue nikung dia. Dan dia akan balas perbuatan gue. Kan Erland ya yang ngejar-ngejar gue. Bukan gue yang ngejar-ngejar Erland. Harusnya Erland dong yang dilabrak bukan gue," tutur Chelsea.

"Duh, lucu juga ya kisah cinta kalian. Embun jadi kasihan sama si Aurora, mana dia udah percaya diri lagi kalau Erland bakalan jadi husbandnya dia," balas Embun.

"Trus gimana Land sama si Aurora ini?" tanya Kenan.

"Keluarga gue sama keluarga dia juga kayaknya iseng-iseng gitu deh jodohinnya. Jadi, paling ntar mama gue yang bilang ke mamanya dia, kalau gue udah punya pacar. Mama gue sama mama dia tuh temenan pas kuliah, terus pas ngumpul sering aja gitu mereka bilang 'besok pas gede Aurora sama Erland kita nikahin aja kali ya', nah si Aurora malah masukin ke hati. Kasihan sih gue, tapi ya mau gimana gue nggak mau sama tuh orang. Untung mak gue ngerti. Gue juga lihatin foto si Chelsea sama mak gue. Eh, malah senyum-senyum sendiri. Mama gue malah nanya kapan nikahin si Chelsea," cerita Erland.

Chelsea yang mendengar cerita Erland malah senyum-senyum sendiri dengan pipi yang bersemu merah. Biasalah, orang namanya juga lagi kasmaran.

Setelah merasa topik yang satu ini selesai, mereka akhirnya mulai menyantap hidangan yang sudah mereka siapkan tadi. Mereka makan dengan tenang, sambil sesekali diselingi dengan cerita dan gurauan.

Namun, sepertinya hal itu hanya berlaku bagi Erland dan Chelsea. Pasalnya Embun dan Kenan sedari tadi hanya saling lirik tanpa adanya komentar yang keluar dari mulut mereka.

"Kalian kenapa sih? Kok diam aja? Makanannya seenak itu ya?" tanya Chelsea kepada Kenan dan Embun dengan tatapan aneh. Tidak biasanya dua manusia ini hanya saling lirik tanpa ikut berceloteh. Terlebih lagi Embun.

"Iya enak," jawab Embun dan Kenan serempak. Erland dan Chelsea saling tatap dengan tampang aneh ala mereka. Mereka yakin pasti ada hal yang disembunyikan oleh dua manusia dihadapan mereka ini.

"Apa yang kalian berdua sembunyiin dari kita?" tanya Erland to the point.

"Nggak ada," jawab Embun dan Kenan serempak, lagi.

"100% ada nih," kompor Chelsea.

"Iihh nggak ada!" bela Embun.

"Mending kita nonton film deh," kata Kenan mengalihkan pembicaraan. Embun segera menganggung-anggukkan kepalanya setuju dengan ide yang diberikan Kenan. Sedangkan, Chelsea dan Erland hanya bisa pasrah. Mereka yakin pasti ada saatnya Kenan dan Embun cerita pada mereka.

°°°

Hari ini Kenan, Embun, Chelsea, dan Erland pulang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di rumah masing-masing.

"Assalamualaikum, Embun pulang!!" seru Embun ketika dia melangkahi kakinya memasuki rumah diikuti oleh Kenan dibelakangnya.

Namun, tidak ada satu orang pun yang menyahuti teriakan Embun.

"Ibuu!! Bang Alby!!!" teriak Embun sekali lagi. Orang rumah kemana ya? Kalau pergi, kok pintunya nggak dikunci?

Kenan segera menghubungi Alby, menanyai keberadaan keluarga Embun.

"Assalamualaikum mas," sapa Kenan saat penggilan terhubung. Embun yang merasa Kenan membuka suara langsung menghadap ke Kenan dengan tampang bertanya. Kenan sedikit menjauh dari Embun, ingin mendengarkan apa yang dikatakan oleh Alby.

Setelah selesai berbicara dengan Alby, Kenan segera membawa koper Embun ke kamar Embun di lantai dua. Sedangkan, Embun hanya bisa mengikuti Kenan.

"Bang Alby, ibu, sama ayah pergi ke rumah nenek Embun, arisan keluarga," kata Kenan saat menaiki tangga.

"Oh iya, Embun lupa. Ibu sempat bilang di telphon," jawab Embun.

"Mbun," panggil Kenan saat sudah selesai meletakkan koper Embun ditempatnya.

"Iya?" tanya Embun.

"Kenan butuh jawaban."

"Jawaban apa?" tanya Embun. Sebenarnya Embun tau, tapi pura-pura tidak tau. Sungguh, Embun tidak tau harus berkata apa? Apakah ia suka dengan Kenan? Embun tidak tau jawabannya. Embun sudah terbiasa dengan keberadaan Kenan dihidupnya. Namun, Embun tidak tau dengan rasa hatinya sendiri.

"Embun tau yang Kenan maksud. Kenan nggak butuh jawaban sekarang, Kenan tunggu tiga hari ke depan."

"Iya Kenan," jawab Embun.

Canggung. Satu kata yang mendefinisikan situasi mereka saat ini. Apalagi, setelah ini Kenan harus menemani Embun di rumahnya sampai keluarga Embun pulang. Kenan tidak tau harus apa dan bagaimana bersikap sekarang. Baru kali ini suasana mereka secanggung ini.

°°°

Jumat, 25 Desember 2020

Incomparable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang