𝗧𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆 𝗧𝗵𝗿𝗲𝗲。

1.7K 255 19
                                    

Sakura tengah duduk diam memakan cemilannya. Tentu dengan di samping empu yang katanya ingin bercerita.

Sunyi antara mereka. Sakura yakin taruna itu sedang merangkai kata untuk sekedar basa-basi. Tentu sulit baginya yang tak terbiasa.

"Udah tinggal cerita aja langsung ke intinya. Gak usah basa-basi dulu, keburu gue lumutan." Sakura akhirnya yang buka suara dahulu.

"Bang, woe bang Sasori!"

Lantas ia menoleh setelah diteriak namanya. Sasori menghela napas sebentar lalu membentuk senyum masam.

"Gue barusan aja putus..."

"Uhuk! Uhuk!" tepat sekali saat tirta mengguyur kerongkongannya Sasori berucap.

"SERIUS?? LOHH KOK BISA?"

Sakura sudah berpikir macam-macam, takut disangka karenanya hubungan kedua insan tersebut pupus.

Sasori mengangguk lesu. "Iya, tadi sepulang sekolah Hana minta putus."

Pikiran Sakura melayang pada sangkala pulang sekolah. Seingatnya pada saat pulang sekolah Hana mengamuk padanya.

Lalu, bagaimana bisa begini?

Dan kenapa juga Sakura menjadi panik seperti ini?

"Coba omongin baik-baik lagi. Masa putus sih? Jangan dong, please paling kalian cuma salah paham."

Sasori menegakan daksa, memposisikan agar berhadapan dengan Sakura. "Gak ada salah paham. Hana bilang bosen sama gue."

"Lah gak mungkin! Kak Hana aja waktu pulang sekolah ngela—" Sakura melirik Sasori sekilas kemudian menggeleng.

"Eh maksud gue, kak Hana itu suka banget sama lo, bang. Masa iya bilang bosen."

"Seyakin apa lo sampe bilang Hana beneran suka?"

"Keliatan dari tatapannya. Kak Hana gak mungkin bilang bosen, paling lo aja bang yang bikin kak Hana kesel. Coba diomongin lagi..."

Netra Sasori menatapnya, kali ini tatapannya sulit diartikan. "Kenapa lo jadi ikut campur?!"

Sakura bergeming di tempat. Dan baru tersadar dikala Sasori beranjak dari duduk.

"Ya terus, gue harus gimana lagi??" batin Sakura bertanya.

Sakura ikut beranjak menyusul Sasori yang melangkah ke arah dapur.

"Ya jangan ngambek, kan tadi bilang sendiri pengen cerita. Sebagai adek yang baik tuh gue udah kasih saran."

Tangan Sasori menggapai pintu lemari es, mengambil botol lalu meminum isinya.

"Bang yaelah, ngomong dong." Sakura menarik-narik ujung kaos Sasori.

Kemudian dilihat Sasori mencureng. "Adek? Gue gak pernah anggep lo adek."

"SIALAN MANUSIA LAKNAT!"




✉ ✉ ✉







Kala petang habis. Terganti cakrawala gulita berlapis. Dengan senyum tipis, yang terkikis. Sakura teringin menangis.

Ia baru saja pulang dari rumah Sasori, setelah menenangkannya. Dan Sakura juga tidak akan ikut campur. Walau memang tak berniat.

Hanya memberi saran yang dikata tak berguna.

Ketika pulang, tak disangka bersua dengan sang ayah. Ingin rasa memeluk raga.

Namun tak tersampai.

Kata yang tak berbayang terucap oleh sang ayah. Penyebab tirta dipelupuk jatuh.

Ting!

Enggan menoleh, tangannya terulur mengapai ponsel di nakas. Kemudian dipandangnya pesan yang baru saja masuk.

✉ ✉ ✉

Bang Jamet Jelek

|besok, sehabis pulang sekolah
free kagak?
|mau nonton bioskop bareng?
|gue yang bayar, sans
|sekalian gue mau tenangin diri juga

bolehh|

✉ ✉ ✉


aku agak percepat alurnya :"

sticky notes ✓ | sasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang