𝗧𝗵𝗶𝗿𝘁𝘆 𝗘𝗶𝗴𝗵𝘁。

1.2K 198 8
                                    

Selepas menciptakan hari yang manis selama dua hari terakhir, Sakura merasa dirinya orang yang paling bahagia dimuka bumi ini.

Setelah dipikir selama bumi berputar, Sakura masih saja bingung. Kenapa perasaannya sesenang ini?

Sakura beranggapan rasa senang yang berlebihan ini muncul akibat pertemuannya dengan Mikoto. Membuatnya teringat akan baiknya sang ibu dulu, tentu sebelum ia ditinggal.

Namun ada selintas pikirannya yang mengatakan jikalau rasa senangnya didapat dari Sasuke. Yaa bisa jadi sih...

Kepakan sayap lepidoptera yang terasa di dalam perut perlahan membuat rona menghiasi pipi jua.

Semesta Sakura sungguh senang !

"Sumpah dah, lo seneng banget keliatannya. Ada apa nih?"

Sakura menoleh rupa pada teman yang dikenalnya sejak masuk sekolah menengah atas.

"Keliatan banget tah?"

Hinata mengangguk yakin. "Muka lo udah bisa ngejelasin semuanya. Cieee lagi jatuh cinta ya?"

"Goblok, gue gak jatuh cinta! Cuma seneng doang!"

"Iya senengnya gara-gara cinta, 'kan?"

"Nggak."

"Boong, keliatan tau..!"

"Dibilangin nggak!"

"Iya!"

Sakura mendengus sebal, Hinata memang seperti itu. "Lo sendiri kali yang lagi jatuh cinta."

Seketika Hinata bermasam durja. "Jatuh cinta palak kau. Gue baru aja putus sama tuh rubah?"

"LAH KOK BISA?! ANJIR NGAKAK!"

Tawa Sakura menggelegar, temannya ini serius atau becanda?

Sakura tidak percaya mereka berdua putus. Sebab satu sekolah pun sudah tau keduanya sama-sama saling suka, tapi tak jarang bertengkar. Mereka berdua sungguh serasi. Sakura iri.

"Itu salahnya sendiri," balas Hinata.

"Salahnya Naruto?"

"Iya, hubungan kita berakhir karna Naruto sendiri. Kesel gue, pengen banget jambak rambutnya sampe botak!"

"Lah kok kesel putus ama Naruto. Ciee masih sayang ya..?"

Hinata meliriknya sekilas dan mengangguk. "Bisa dibilang gitu, tapi gue gak mau diajak balikan sebelum Naruto minta maap."

"Sekali-kali lo dulu yang minta maap. Masa Naruto mulu.."

Hinata menatapnya tajam sedetik kemudian menggeleng. "Gak mau. Dimana-mana tuh cowok dulu yang minta maap!"

"Iye mbk, nyantuy dong."

Kedua gadis tersebut sejak tadi berjalan di koridor sekolah hendak menuju kelas setelah selesai mengisi perutnya di kantin.

Tak jauh jaraknya. Namun yang membuatnya terasa jauh dikarenakan jalan mereka yang lambat diiringi dengan obrolan yang tidak terlalu berguna.

Dari arah yang berlawan Sasori melangkahkan tungkai dengan tujuan mendekati Sakura.

"Ra, Sakura ."

"E-eh?" Sakura mengalihkan pandangan menatap Sasori balik. "Kenapa bang?"

"Nanti istirahat kedua temuin gue di atap sekolah."

Sakura mencureng, yang diucapnya terdengar seperti kalimat perintah.

"Oh o-oke siap."

✉ ✉ ✉



Sesuai janji. Mereka bersua di atap sekolah. Kalau dirasa sejak presensinya hadir atmosfer di sini rasanya beda. Suasana canggung menjajah.

Tak kunjung Sasori membuka labium. Sakura berinisiatif untuk lebih dulu.

"Sakura..."

Ah telat, namun akhirnya Sasori akan memulai percakapan.

"Iya, kenapa?" Sakura sedikit melukis senyum pada rupa, senyum yang agaknya canggung.

"Sial. Susah banget ngomong!"

"Lah itu barusan ngomong?"

Sakura benar-benar tak paham situasi.

"Gue lagi serius, jangan becanda."

"Lah yang becanda siapa?"

Sasori menarik napas gusar. Bibirnya mulai terbuka lalu bertutup lagi. Kemudian menarik napas lagi.

Sakura masih diam dengan pandangan bingung.

"Kalo gak ada yang mau diomongin, mending gue balik ke kelas deh."

Setelah berujar barusan Sakura melangkahkan tungkai, mulai berpindah loka. Namun disawangnya sekali lagi Sasori seperti ingin berucap sesuatu, sekilas rasanya benar-benar penting.

Tapi sulit terucap. Sakura tak bisa menunggu lebih lama, ingin cepat kembali ke kelas takut-takut buku tugasnya diambil untuk menyontek.

Tuan tangan terangkat mendorong perlahan pintu,

yang akhirnya terjeda.











"Sakura...




















































sejak lama gue udah suka sama lo."

Apalagi ini semesta?

✉ ✉ ✉

aduuh sorry kepencet tadi! 😭

sticky notes ✓ | sasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang