Hari ini Bianca, James dan putra mereka datang ke mansion milik Dev. Karena saat ini sedang weekend jadi mereka menyempatkan diri untuk berkunjung. Bianca sudah sangat merindukan sahabatnya, waktu mereka telah habis untuk mengurus rumah tangga mereka masing-masing sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bertemu.
"Valleeee" seperti biasa Bianca membuat keributan saat memanggil sahabatnya. Valle yang mendengar suara Bianca hanya memutar bola matanya malas, namun ia melangkah untuk mendekati sahabatnya itu.
"Hei berhenti membuat keributan di mansion-ku"
"Oh God, perutmu sudah membesar" ujar Bianca mengalihkan pembicaraan. Valle tersenyum sambil mengusap lembut perutnya. Sesekali ia meringis saat merasakan bayi yang ada di dalam kandungannya aktif menendang-nendang di dalam sana. Bianca lalu menggandeng tangan Valle berjalan menuju ruang tengah. James dan Kenzie, putra mereka telah lebih dulu duduk dengan Dev di sofa ruang tengah.
Kenzie Nicholas merupakah putra dari Bianca Hill dan James Nicholas. Kenzie juga bersahabat dengan Eric putra Dev dan Valle. Namun tanpa orang tua mereka sadari, mereka sudah sangat pandai dalam hal melakukan peretasan.
"Eric, ayo kita bermain di kamarmu" ujar Kenzie semangat. Eric yang mendengar itu mengernyit keningnya bingung, namun ia melihat Kenzie mengerlingkan sebelah matanya dan ia mengerti apa maksud sahabatnya itu.
"Ayo, Mom.. Dad... Aunty... Uncle kami ke kamar dulu" pamit Eric pada semua orang. Mereka yang mendengar ucapan Eric pun tersenyum dan menganggukan kepalanya. Kenzie yang sangat bersemangat langsung menarik Eric dari sana menuju kamarnya.
Sesampainya mereka di kamar, Kenzie langsung mengeluarkan secarik kertas dari sakunya dan menyerahkan kertas itu pada Eric.
"Ini akan membantu kita" ujar Kenzie serius. Eric langsung mengambil kertas itu dan membaca isinya. Ia langsung membulatkan matanya saat membaca isi yang tertulis di kertas itu.
"Bagaimana kau mendapatkan ini?" tanya Eric dengan tatapan tajam.
"Aku meminta kenalan Daddy untuk membantuku mencari itu" Eric yang mendengar itu memangut mengerti lalu berjalan menuju meja dan menyalakan PC-nya. Layar computer telah menyala dan muncul berbagai command-line yang berisi berbagai kode rahasia. Eric lalu mengetik kode yang ia terima dari Kenzie dengan sangat cepat. Senyuman terbesit di wajah Eric dan Kenzie saat melihat mereka berhasil menemukan profile hackers yang menyerang system perusahaan.
"Ok setelah ini, kita tinggal mengawasinya. Profile mereka sudah berada ditangan kita" ujar Kenzie. Eric yang mendengar itu menganggukan kepalanya membenarkan perkataan sahabatnya.
Walaupun mereka sudah mengantongi siapa dalang di balik penyerangan system di perusahaan milik Dev. Namun mereka tidak ingin memberitahu orang tua mereka. Tanpa sadar mereka sudah memasuki dunia gelap yang penuh dengan berbagai tantangan yang menanti mereka.
*****
Fifteen Years Later
Pria bermanik mata abu-abu itu kembali melihat jam tangannya untuk kesekian kalinya. Sesekali ia menghela nafas lelah mendengar seseorang yang kini tengah menjelaskan proyek yang akan di rancang oleh perusahaan. Staf lain yang mendengar helaan nafas bosnya mulai berkeringat dingin, mereka tahu bahwa bos mereka tidak akan menyukai apa yang mereka bahas saat ini.
"Apa aku menggaji kalian hanya untuk membuat ini?" geram Eric menatap semua orang yang ada depannya. Sedangkan mereka yang melihat bos mereka murka hanya berbisa tertunduk kaku dan tidak berani untuk menatap ke arahnya.
"Rapat kita tunda, besok aku tidak ingin mendengar ini lagi" ucap Eric lalu berlalu meninggalkan semua orang yang masih menegang.
Eric saat ini telah menggantikan posisi Dev sebagai CEO Heyden Company. Namun berbeda dengan Dev, kini Eric menjadi CEO yang sangat dingin dan arogan. Tidak ada yang akan berani melawan perkataannya. Bahkan para staf yang ada di sana tidak berani untuk menatap mata pria itu. Jika saja ada orang yang berani maka ucapkan selamat tinggal dengan pekerjaanmu.
Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, Eric memutuskan untuk meninggalkan kantor. Eric memasuki mobil kesayangannya dan menancapkan gas menuju sebuah taman di dekat sana. Tidak sampai sepuluh menit mobil Eric sudah memasuki tempat parkir di taman itu. Ia mematikan mesin mobilnya dan kemudian turun dari mobil.
Namun baru saja ia menutup pintu mobil miliknya, ia melihat seorang wanita yang tengah berlari dengan wajah yang penuh luka. Namun tidak jauh dari tempat Eric bediri ia melihat wanita itu berhenti sebentar saat merasa kehilangan keseimbangan sambil memegang kepalanya.
Eric membulatkan bola matanya saat melihat wanita itu telah jatuh pingsan. Tanpa pikir panjang Eric langsung berlari menghampiri wanita itu dan mencoba untuk membangunkannya.
"Hei nona bangunlah" ujar Eric terus mengguncangkan tubuh wanita itu. Namun usahanya nihil, ia sama sekali tidak bergerak. Eric langsung mengangkat tubuh wanita itu dan berlari menuju mobilnya untuk membawa wanita itu ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, Eric langsung menggendong wanita itu masuk ke dalam rumah sakit. Dokter dan perawat yang melihatnya langsung mengambil alih tubuh wanita itu.
Entah kenapa Eric benar-benar tidak ingin beranjak dari depan pintu ruang UGD itu. Padahal ia tidak mengenal siapa wanita yang telah ia selamatkan. Tidak butuh waktu lama pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan dokter yang tadi mengambil alih wanita itu. Eric melihat dokter tersebut menghela nafas panjang sebelum mengatakan sesuatu padanya.
"Mohon maaf Mr. Heyden, kondisi wanita ini benar-benar pengkhawatirkan. Tubuh wanita itu penuh dengan luka luar maupun dalam. Mungkin luka ini akan lama sembuhnya. Untuk saat ini ia harus mendapatkan perawatan intensif. Sebentar lagi ia akan di pindahkan ke ruangannya. Kalau begitu saya permisi Mr. Heyden" Penjelasan dari dokter sukses membuat tubuh Eric menegang.
'Apa yang wanita itu terima sehingga menerima banyak luka ditubuhnya'
Pikiran Eric masih berkecambuk dengan kondisi wanita yang ia selamatkan saat ini, bahkan ia tidak mengetahui nama wanita itu. Eric lalu mengambil ponsel dari sakunya dan mengirim pesan pada sahabatnya, Kenzie untuk mencari tahu identitas wanita itu.
*****
Di salah satu ruang rawat inap, seorang wanita terbaring lemas di ranjang rumah sakit tersebut. Tanpa ada yang menyadari kelopak mata wanita itu mulai terbuka. Dia meringis kesakitan saat merasakan tubuhnya seperti di tusuk ribuan jarum. Kening wanita itu mengerut saat meneliti ruangan yang ia tempati saat ini.
'Dimana ini?' Batin wanita itu.
Ia lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti pada satu titik. Seorang pria tengah memejamkan mana di salah satu sofa di ruangan itu.
'Tampan'
Sudut bibir wanita itu terangkat saat melihat betapa tampannya pria yang telah menyelamatkannya. Lalu senyum itu pudar dan berubah tegang saat mengingat apa yang telah terjadi.
"Aku harus pergi dari sini" ujar wanita itu tanpa sepengetahuan Eric. Tanpa pikir panjang wanita itu mencabut infus yang ada di tangannya dan menguatkan dirinya untuk berjalan kabur dari rumah sakit itu. Namun sebelum wanita itu keluar ia berjalan menuju Eric.
"Terima kasih telah menyelamatkanku" bisik wanita itu tulus dan berlalu meninggalkan Eric.
Setelah wanita itu berhasil keluar dari rumah sakit. Eric langsung membuka matanya saat ia merasa mendengar suara seorang wanita. Eric membulatkan matanya saat tidak melihat wanita itu di atas ranjang.
"Sial! Kemana perginya wanita itu!" Geram Eric sambil mengepal tangan kuat.
"Tenang saja nona, i will find you" ujar Eric dengan senyum seringai di wajahnya.
THE END
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Billionaire || COMPLETED ✔️
RomanceBagaimana perasaanmu jika mendapatkan pernyataan cinta dari pria terkaya no. 1 di kota London? Inilah yang dialami Vallerie Jhonson. Ia mendapatkan pernyataan cinta oleh Sang Billionaire yang bahkan tidak ia kenali sebelumnya. Berawal dari Devano A...