xiv

64 9 8
                                    


Hari ini Seokjin ulang tahun. Yeora bilang, ingin merayakannya kecil-kecilan. Ia membagi tugas pada kami. Sedang aku yang lebih bontot di antara yang lainnya, mendapatkan tugas untuk mendekorasi ruang tengah dengan beberapa balon dan pita hias.

Setelah tugasku rampung, semua orang  berkumpul di ruang tengah. Duduk bersila di atas karpet yang sudah disediakan. Ada satu piano yang diletakkan tepat di tengah-tengah ruangan. Aku tidak tahu piano itu dapat dari mana.

"V? Kau bisa main piano?" Tanya Hyojo yang duduk dipangkuanku. Ia menolehkan kepala sehingga wajahnya dapat kulihat dengan jelas.

Aku menggeleng. Sedang ia berdecak tak suka. "Kau harus belajar alat musik, V. Agar terlihat keren seperti Kak Seokjin. Kak Seokjin itu, pria tampan kan? Dia terlihat seperti pangeran dalam buku cerita yang sering kubaca..."

Hyojo terus berceloteh dan menyandarkan pungunggungnya pada dadaku. Ia terus memuji betapa mengagumkan pria di depan sana yang menggerakkan  jari-jarinya pada tuts piano untuk menciptakan melodi yang indah.

Sementara itu, kedua mataku menyapu ruangan demi mendapati Yeora yang duduk tidak jauh dari jangkauanku. Kulihat ia sedang memandang kagum sosok Seokjin yang berada di depan sana. Ranum tipisnya beberapa kali membentuk kurva lengkung yang indah.

Saat itu aku tersadar, bahwa aku bukanlah orang yang menjadi alasan Yeora tersenyum. Aku yang mencintainya dalam diam tidak pantas disandingkan dengan Seokjin yang keren dan mempesona. Alasannya jelas, sebab tak pernah sekalipun aku melihat bagaimana kedua mata itu berbinar kagum menatapku.

Senyuman yang ia berikan berbeda. V dan Seokjin tidak berada pada level yang sama. Pria itu akan menjadi suami paling bahagia kelak, aku hanya bisa berharap Seokjin bisa menjaga permataku.

Sekali lagi kukatakan, ia benar-benar beruntung bisa mendapatkan hatimu Yeora. Dari sini, aku bisa merasakan  seberapa besar ia mencintai Seokjin, sampai aku melihat raut wajah Yeora yang berubah drastis sebelum aku mendengar bunyi bedebum diiringi teriakan panik dari orang-orang.

Di sana, aku melihat Seokjin pingsan. Hidungnya mengeluarkan darah.

Y.O.U | Kth √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang