Sudah satu minggu setelah kejadian itu, Yeora jarang pulang ke rumah. Ia lebih menghabiskan waktu untuk menginap di rumah sakit, tempat Seokjin di rawat.
Sejak itu pula, aku jadi pengurus panti dadakan. Seluruh pekerjaan rumah hampir semua kukerjakan. Terkadang di bantu oleh Hyojo seperti cuci piring dan menanak nasi.
Yang perlu diketahui, orang dewasa di sini hanya tiga orang tidak termasuk ibu panti. Jadi hanya ada aku, Yeora, dan Seokjin. Dua belas anak di antaranya masih berusia di bawah umur.
Biasanya kami bertiga membagi tugas untuk mengurus rumah. Berhubung keduanya sedang tidak ada di sini, jadi aku yang mengambil alih semuanya. Tulang persendianku bahkan hampir lepas karena pegal. Aku benar-benar penat mengerjakan pekerjaan rumah seharian, aku juga lelah menunggu Yeora pulang.
Sebenarnya, aku ingin sekali pergi ke rumah sakit, aku bahkan sempat menanyakan alamatnya beberapa kali pada ibu panti. Namun sepertinya beliau tidak mau memberi tahu. Kurasa hubungan kami tidak akan bisa membaik.
"Hari ini, Yeora tidak pulang lagi ya?" Tanya Hyojo yang kubalas dengan endikan bahu. Ia mengambil duduk tepat di sebelahku.
"Kau sedang apa di sini?"
Aku menulis jawaban atas pertanyaannya pada note kosong.
Menunggu Yeora pulang
Hyojo bergeming beberapa saat setelah membaca pesanku. "Oh, baiklah. Aku sudah mengantuk, kalau Yeora belum pulang sampai jam dua belas malam, pergi tidur ya V? Akhir-akhir ini kau sering duduk melamun di teras. Udara malam tidak baik untukmu."
Aku mengangguk, walau sebenarnya merasa geli mendengar bocah tujuh tahun sedang menuturi pria yang lebih dewasa darinya.
"Tolong jangan sakit,"
Aku kembali mengangguk, kulihat kedua mata Hyojo berubah merah.
Aku panik karena kupikir ia akan menangis.
Ada apa?
Hyojo menggeleng dan berlari masuk.