xvii

66 4 1
                                    

"Seokjin sakit leukimia, V." Tutur Yeora dengan suara seraknya.

Aku tidak tahu penyakit jenis apa itu. Tetapi cukup membuatku paham bahwa penyakit itu memang mematikan.

Sudah satu bulan sejak kepergian Seokjin, baru kali ini Yeora berbicara padaku. Sejak itu, setiap malam ia selalu duduk melamun sendirian di teras depan rumah.

Namun malam ini aku bertekad untuk memberanikan diri menghampirinya. Aku mengambil duduk bersisihan denganya. Sekilas Yeora menatapku, kemudian pandangannya beralih lurus. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

Yeora benar-benar terlihat mengenaskan. Pipinya tirus, kantung matanya terlihat menghitam seperti kurang tidur. Rambut yang biasanya tergerai indah, kini dikuncir satu asal.

Aku sedih melihat Yeora seperti ini. Setiap hari aku selalu membujuknya  agar mau makan. Tapi saat beberapa suap sudah masuk dalam mulutnya, Yeora malah memuntahkannya.

"Sehari sebelum Seokjin pergi, dia berhasil melewati masa kritisnya. Dia sadar V, tapi saat malam hari, aku sudah tidak bisa mendengar napasnya lagi."

Aku menatapnya iba. Yeora kembali menangis. Semakin lama tangisnya semakin pecah. Tak sadar, air mataku juga ikut menetes membasahi pipi karena melihat tubuhnya yang sudah kurus kerontang.

Bagaimana caranya mengembalikan senyum Yeora yang dulu? Aku ingin melakukannya meski dengan cara apapun.

Dulu, saat aku tahu Yeora bahagia bersama Seokjin, hatiku terluka. Namun sekarang, melihatnya menderita begini malah semakin membuatku tersiksa.

Dadaku sesak.

Seokjin tidak pergi sendirian. Ia juga membawa hati Yeora pergi bersamanya.

Dan serpihan hatiku yang semakin lama semakin terpecah belah.

Y.O.U | Kth √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang