22 • never really over

893 109 20
                                    

hai :] persayaratan untuk baca chapter ini adalah nonton mvnya easy dulu! hehehe.

hyunjin menginjak pedal rem hingga mobilnya berhenti sempurna. keduanya masih terdiam hingga beberapa detik kemudian—sebelum akhirnya seungmin menjadi orang pertama yang melepas sabuk keamanan yang mereka gunakan.

seungmin melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. jarum pendek yang terletak tepat di angka tujuh buatnya hembuskan napas pelan, "hyunjin, udah jam tujuh."

dirinya berkata, dan lelaki di sebelah menoleh lalu mengangguk. tangannya turut menekan tombol untuk melepas sabuk pengaman, sebelum dirinya mematikan mesin mobil.

kedua lelaki itu keluar dari mobil lalu berjalan beriringan nyaris sama seperti saat itu. hyunjin gugup—luar biasa—bahkan sedikit lebih gugup dari sebelumnya—dan seungmin berkeadaan tak begitu jauh berbeda.

dirinya dapat rasakan sendiri jantungnya yang berpacu. langkahnya kecil-kecil guna undur waktu, walaupun dirinya tahu hal itu percuma.

sesaat setelahnya, kedua lelaki itu kini berdiri di depan pintu utama. tangan kanan milik yang lebih muda terangkat dan terkepal untuk ketuk pintu—walaupun beberapa detik telah berlalu dan tangannya hanya membeku dengan posisi tersebut.

hwang hyunjin sadari hal tersebut, dan tangan miliknya bergerak untuk usap halus tangan kiri milik kim seungmin. yang lebih muda tak berikan respons—dirinya langsung mengetuk pintu alih-alih menjawab.

kepala yang lebih tua menunduk kebawah ketika rungunya dapatkan suara pintu dibuka. lelaki yang lain berkebalikan—pandangannya lurus ke depan. sehingga ketika wanita yang bukakan pintu nampak di hadapannya, netra kedua orang tersebut langsung bertubrukan.

tubuh seungmin sesaat membeku ketika dirinya dapatkan senyum hangat dari ibunya. kepalanya langsung berkecamuk—akankah ini pertanda akan ada hal baik untuk mereka? atau apakah senyuman itu hanya jebakan?

suara wanita itu sadarkannya dari lamunan, "ayo masuk, nak. ajak hyunjinnya," nyonya kim ajak sebelum dirinya berlalu ke belakang untuk bawakan kedua lelaki itu minuman.

hati seungmin sedikit menghangat. hyunjinnya. demi tuhan, seungmin tak ingin berharap apa-apa. dirinya tahu ibunya berwatak tak dapat ditebak—sehingga seungmin tak ingin berpikir apapun. harapannya bisa saja dijatuhkan sehingga hancur berkeping-keping, dan karena itu dirinya tak ingin sama sekali taruh harap malam ini.

seungmin menoleh kepada mantan kekasihnya yang masih menunduk, "ayo," si surai cokelat bergumam pelan.

kedua lelaki tersebut ambil duduk di sofa ruang tengah sebelum suara pintu dibuka kembali tarik atensi keduanya. ayah tiri seungmin baru saja keluar dari kamar—lelaki yang baru saja menginjak umur empat puluh itu nampak pula tersenyum hangat. hwang hyunjin yang sadari hal tersebut pula melempar senyum.

lelaki tersebut berjalan mendekat ke arah ruang tengah. sofa single didudukinya tepat sebelum nyonya kim pula berjalan mendekat dengan nampan berisi empat buah cangkir teh di atasnya.

masih tak ada yang bersua ketika gelas teh rampung disajikan. hanya ada gumaman terima kasih dari hwang hyunjin dan lukisan senyum dari kim seungmin.

sebelum akhirnya tuan lee berdeham cukup bising, "jadi, kalian sudah lama putus?" lelaki itu bertanya seraya tangannya bergerak untuk angkat cangkir miliknya.

kedua lelaki paling muda mengangguk, "setelah kunjungan kami ke sini waktu itu, kami langsung putus, om," yang satu-satunya bermarga hwang menjawab sambil masih mengangguk.

tuan lee mengangguk-angguk, "sekarang sudah punya pacar masing-masing?"

kim seungmin kebingungan—pula mantan kekasihnya. sehingga kedua lelaki itu saling bertatapan dengan raut kebingungan (serta sedikit panik) di wajah masing-masing.

𝐜𝐨𝐥𝐨𝐜𝐚𝐭𝐚𝐢𝐫𝐞 [ seungjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang