kapal kita guncang sedikit ya ...
entah ini kecupan yang keberapa kali. sang korban terkekeh geli—dirinya bisa rasakan tangan lain yang genggam miliknya sedikit berkeringat. kekasihnya gugup, dan seungmin ketahui banyak soal itu.
"hyunjin, udah! kalo kamu cium-cium terus kita kapan turunnya," akhirnya si surai latte bersua. si lelaki hwang tak bergeming, masih dengan aktivitas kecupnya.
akhirnya setelah beberapa saat, kecupan dihentikan. hyunjin bawa tangan yang digenggamnya menuju dada sebelah kirinya. degup jantung yang berpacu bisa dirasakan jelas oleh lelaki yang lain, sehingga si empu segera rengkuh lelaki yang lebih tua.
"kok malah kamu yang gugup? aku malah sekarang biasa aja," yang marga kim bisik di telinga kanan sang kekasih. dijawab dengan hembusan napas keras—ritme jantung milik lelaki itu bahkan kini terasa lebih jelas lagi karena jarak di antara mereka kini terlampau kecil.
"ya gimana aku gak gugup, sugar. gimana kalo—"
"shh, hei! kamu sendiri yang bilang jangan mikir aneh-aneh dulu sebelum kejadian," yang lebih muda potong bicara lelaki yang lain. hyunjin hanya bisa hembuskan napasnya lagi, guna hilangkan rasa gugupnya.
"turun, ya?"
pintu telah diketuk dua kali oleh yang lebih muda. satu tangannya genggam tangan milik lelaki yang lain sebab hyunjin masih juga gugup.
setelah beberapa waktu, pintu terbuka. nampakkan satu sosok wanita yang terlihat baru saja selesai memasak.
"seung—loh?"
wanita itu nampak terkejut ketika netranya dapatkan sang anak datang tak sendirian. pandangnya amati si lelaki hwang dari atas hingga bawah—termasuk pada tautan tangan mereka yang tersimpan di samping tubuh masing-masing.
"a-ah, ayo masuk. nak," wanita itu langsung balikkan tubuhnya selepas lontarkan kalimat dari bibirnya. seungmin berikan satu usapan di punggung tangan lelaki yang lebih tua, sebelum tarik sedikit tangan itu guna ajak untuk masuk ke dalam rumah.
si kim persilakan yang lebih tua untuk duduk di sofa ruang tamu yang tak berukuran begitu besar. sementara dirinya langkahkan kaki ke dapur, hampiri ibunya yang kembali sibuk berkutat dengan masakan.
"ma," lelaki itu panggil, dan sang wanita sedikit tersentak, "itu pacar seungmin yang mau seungmin kenalin waktu itu," si lelaki berbicara namun rasanya seperti bermonolog.
nyonya kim tidak berikan balasan apapun. pula atensinya sama sekali tak berpindah kepada anaknya. dirinya masih sibuk tata piring yang baru saja ditambah satu—kendati ternyata peserta yang ikuti makan malam adalah empat orang.
tak lama kemudian, ayah tiri seungmin, tuan lee, keluar dari salah satu kamar. lelaki itu kemudian hampiri hwang hyunjin yang masih terduduk di sofa ruang tamu dengan gugup, lalu dengan tenang ajak lelaki yang lebih muda untuk tuju meja makan.
yang marga kim tersenyum sedikit ketika kedua lelaki itu hampiri sebelum dirinya duduki salah satu kursi kosong di meja makan.
hyunjin tentu saja duduki kursi di sebelahnya. dan beberapa saat kemudian, hanya ada suara dentingan garpu serta pisau makan. tak ada perbincangan, tak ada ucapan selamat makan, tak ada basa-basi yang hangatkan atmosfir.
yang satu-satunya bermarga hwang bisa rasakan ayam panggang yang disantapnya terasa amat sulit ditelan. hati serta perasaannya tak enak, sehingga kepalanya ia tundukkan dalam-dalam.
hingga pada akhirnya orang yang paling tua berdeham cukup keras sebelum berucap, "kalian sudah sejauh apa?"
nada tegas milik lelaki itu buat hyunjin bisa rasakan nyalinya menciut. dengan sedikit ragu lelaki itu menjawab,"kita sudah pacaran hampir tujuh bulan, om."
lelaki marga kim hanya bisa mengangguk. bibirnya terasa kelu, perasaan tak enak juga selimuti hatinya. hal itu disertai dengan pikiran-pikiran negatif yang kembali muncul di benaknya.
hanya itu percakapan saat makan malam. tidak ada yang lain—hanya suasana dingin yang iringi. setelah semuanya habiskan porsi milik masing-masing, lelaki yang paling muda tiba-tiba dibawa sang ibu ke kamar miliknya.
pintu ditutup keras-keras, hyunjin bisa dengar dengan amat jelas. lelaki itu kembali dimandikan gugup, keringat kembali hadir di pelipisnya. namun lamunannya akhirnya buyar ketika lelaki itu dapatkan satu tepukan di bahu kirinya.
"temani saya ngobrol, mau?"
sehingga kini dirinya terduduk di kursi teras belakang. tuan lee minta lelaki itu untuk lebih dulu pergi—sebab ada yang harus dilakukannya sebentar.
di tengah sunyinya malam, hyunjin bisa dengar suara samar dari dalam rumah.
perdebatan antara seungmin, serta ibunya.
suara gelas ditaruh buatnya alihkan atensi. dua gelas kopi telah tersaji, sebelum tuan hwang duduki kursi lain, "ah, jadi repot, om."
lelaki yang lebih tua menggeleng sambil ulaskan senyum halus. kopi diseruputnya sekali sebelum gelombang suara kembali diciptakan, "kalian, kok, bisa pacaran? gimana ceritanya?"
si lelaki hwang tersenyum sedikit ketika dengar pertanyaan tersebut. dirinya berdeham sebentar, "saya sama seungmin memang teman satu apartemen. gak taunya saya lama-lama suka sama dia, eh, dianya juga suka sama saya."
tuan lee terkekeh selepas dengar jawaban dari lelaki lain. dirinya kembali menggeleng kecil, "lucu, ya. dasar anak muda."
hyunjin tertawa kecil—dirinya kini rasa jauh lebih rileks.
namun hal itu sebelum pembicaraan dari dalam kembali masuki rungunya.
"kamu gak inget, apa yang buat ayahmu pergi?! karena orientasimu, kim seungmin! dan sekarang kamu bawa pacarmu—"
"ma, jangan kenceng-kenceng! nanti hyunjin denger!"
yang marga hwang bisa rasakan hatinya terasa tercabik-cabik. pegangannya di gagang gelas menjadi lebih erat sebagai bentuk saluran emosi.
halo, terima kasih sudah baca chapter ini. ♡︎
aku minta maaf sekali karena chapter ini banyak banget kesalahannya. suasana yang kubangun kurang jelas—dan kayaknya rasanya terlalu buru-buru juga, ya? hehe. i write this in a rush.
jadi ... aku minta maaf untuk itu! dan sampai jumpa di chapter berikutnya. hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐜𝐨𝐥𝐨𝐜𝐚𝐭𝐚𝐢𝐫𝐞 [ seungjin ]
Fanfic𝗰𝗼𝗹𝗼𝗰𝗮𝘁𝗮𝗶𝗿𝗲, in english means 𝘳𝘰𝘰𝘮𝘮𝘢𝘵𝘦. hwang hyunjin, kim seungmin, and their daily life as a roommate and boyfriends. ©️ 2020, milkysatrn. written in bahasa.