Bagian 48

197 8 15
                                    

___________________________________
Apa masih ada ruang?
kalau ada, aku akan
pulang kalau tidak,
biarkan aku menghilang.
___________________________________

Kini Naura tengah ditangani dokter, Rian yang berdiri di depan pintu kaca yang ditutupi oleh gorden. Hanya bisa menunduk menahan tangis agar tak pecah dihadapan keluarganya.

Lain halnya dengan mama Naura yang sejak tadi tak hentinya menangis, Rian mengepalkan tangannya. Ia merasa bersalah, sebab tak becus menjaga adiknya.

"Kak..."panggil sang Papa. Rian menoleh, dan mendekat kearah sang Papa.

"Mending kamu kekantin dulu. Beli minuman untuk mama"ujar sang Papa dan diangguki oleh Rian.

Rian menyusuri koridor rumah sakit ini. Banyak pasang mata menatap kearahnya, ia tak memperdulikan itu.

Hingga matanya membulat sempurna. Tak jauh dari dirinya berdiri, ia menatap Naufal dengan semangkok pop mie dalam genggamannya.

Bugh.

Satu pukulan mendarat mulus mengenai rahang Naufal. Rian langsung menarik tubuh Naufal menjauh dari tempat ia duduk tadi.

"Bangsat lo!"umpat Rian dan langsung membogem wajah Naufal, hingga sudut bibirnya berdarah.

"Belum puas lo? Mau bikin adek gue meninggal! Iya?"

Deg.

Jantung Naufal seolah berhenti berdetak. Rasa sakit akibat pukulan Rian berasa hambar. Naufal tak paham yang dimaksud oleh Rian, namun yang ia pastikan jika Rian benar-benar marah padanya.

"Apa maksud lo?"tanya Naufal. Rian menggeleng cepat. "Gila Lo ya"

Rian kalap, ia tak peduli dengan teriakan sekitarnya. Hingga sebuah tangan menarik lengan Rian untuk menjauh dari Naufal.

"Naura udah sadar"bisik sang Papa. Rian menatap tajam kearah Naufal sebelum akhirnya berlalu pergi.

Banyak orang disekitar menatap kasihan pada Naufal. "Gak papa kan dek?"tanya sang ibu-ibu.

Naufal hanya tersenyum dan berdiri untuk mengikuti kemana Rian pergi. Dari kejauhan Naufal menatap Rian yang masuk kedalam ruang IGD.

"Ngapain mereka disini?"gumam Naufal, dan akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat itu, dengan pertanyaan yang berputar dikepalanya.

***

Pagi ini seperti biasanya Naufal telah tiba dikelasnya. Terlihat sepi, tak ada murid yang datang. Mungkin efek dari pagi.

Naufal menelungkupkan kepalanya diatas meja, dengan topi hoodie ia kenakan dikepalanya. Sejak kejadian malam tadi Naufal terus memikirkan Naura.

Banyak pesan yang ia kirimkan, namun tak ada balasan dari Naura. Bahkan panggilan pun selalu ia tujukan untuk Naura. Namun nihil, hanya ada sahutan dari operator.

"Pagi bro"sapa Geo ketika ia masuk kedalam kelas. Naufal masih setia berdiam, dan hanya menatap sekilas kearah sahabatnya.

"Bentar, muka lo kenapa?"tanya Alfa dan menarik wajah Naufal yang terlihat bonyok.

"Gak"balas Naufal santai. Alfa yakin sahabatnya ini tengah menyembunyikan sesuatu.

"Selamat pagi Disa"sapa Geo genit. Dilla yang berada disebelah Melsa hanya menatap aneh.

"Sejak kapan nama Dilla jadi Disa?"sewot Melsa dan duduk di bangkunya.

"Disa itu, Dilla sayang"ujar Geo sambil menaik-turunkan alisnya. Dilla hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Geo barusan.

Melsa melirik kearah Dilla dan akhirnya melirik Geo. "Kalian bedua kenapa sih?"tanya Melsa.

"Kasmaraan?"lanjut Melsa. Dilla maupun Geo sama-sama diam, dan enggan untuk menjawab.

"Naura kemana?"tanya Alfa, karena sejak tadi ia tak melihat Naura. Dilla bungkam begitupun dengan Melsa.

Naufal yang melihat tingkah aneh mereka berdua."jawab!"sentak Naufal tiba-tiba.

"Masih perduli lo?"sindir Melsa. Naufal mati kutu, kemarin ia disudutkan oleh Rian dan sekarang oleh Melsa.

Sebegitu salahnya ia. Seingat Naufal, malam itu ia tak bicara kasar kepada Naura. Tapi mengapa hari ini ia tak ada disekolah.

"Emang Naura kemana sih?"tanya Alfa khawatir. Melsa dan Dilla hanya mengangkat bahunya acuh.

Naufal berlalu dari kelas dengan cepat. Pikirannya tak karuan, apa yang semalam berada diruang IGD adalah Naura?

Dengan kecepatan tinggi, Naufal melaju kan motornya. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada Naura, ia tak perduli ketika banya pengendara lain mengumpat marah dirinya.

Hari ini Naufal menyesal telah meninggalkan Naura hanya untuk masa lalu yang dulu rela meninggalkannya.

Satu kata buat Naufal.
Satu kata buat Naura.

Silahkan ramein komentar.

Jangan lupa vote and coment ♥️

Happy reading ♥️💋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAURA NAUFAL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang