part 23

266 13 0
                                    

Dihari berikutnya. Siang hari yang tengah terik ini. Sebuah mobil sedan milik Rehan terparkir tepat di depan studios dance tempat dimana Hani berlatih menari.

Rehan pun memutuskan menanyakan salah satu seorang wanita tentang Hani.

" Aduh, sayang sekali. Hari ini studio libur." Terang seorang wanita saat Rehan menanyakan maksud kedatangannya

Mendengar jawaban itu Rehan hanya menghela nafas lemas. Dirinya gagal menemukan Hani padahal dirinya sudah sangat rindu sosoknya itu.
" Begitu ya. Kalo gitu permisi." Pamit Rehan lesu

" Ah, Rehan Louise Wijaya..." Panggil wanita itu menahan langkah Rehan

Rehan yang merasa namanya dipanggil pun menoleh kembali. " Ya ?."

" Apa kamu juga suka menari ?." Tanya wanita itu.

Rehan menatap wanita itu heran. " Kenapa memangnya ?."

" Untuk ukuran laki-laki aku rasa kamu cukup lumayan. Tampan dan punya tubuh bagus. Bukanya lebih bagus digunakan untuk olahraga daripada menggoda cewek-cewek." Jelas wanita itu santai.
" Kalo kamu udah tua nanti, bakal sia-sia dong." Lanjutnya

Rehan yang mendengar ucapan gadis yang baru ditemui tak habis pikir sama apa yang barusan dia katakan dan entah apa maksudnya. " Lo kalo ngomong yang wajar-wajar aja bisa ? Gak jelas banget." Sungut Rehan

" Ehei, emangnya sopan manggil perempuan yang lebih tua dari kamu pake Lo gue ?." Ujar wanita itu terkekeh geli melihat tampang Rehan yang lucu menurutnya.
" Panggil aku Misya. Aku yang mengajar tari di sini." Ujar wanita itu mengenalkan dirinya.

" Serah deh. Permisi." Ijin Rehan yang masih kesal pada Misya.

Misya menatap punggung Rehan yang perlahan menjauh darinya.
" Kalo gak sering olahraga nanti perut kamu buncit loh." Teriak Misya yang pastinya masih bisa didengar oleh Rehan.

" Apaan sih. Sarap kali tuh cewek. Baru kali ini gue di hina gini." Dumel Rehan sambil memegang perutnya khawatir kalo perkataan Misya dapat berakibat buruk pada otot perutnya itu.

Rehan pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu dan segera pulang ke rumah dengan tangan kosong.

Setelah sampai rumah Rehan mendapati Asta dan Davied tengah duduk bersama di halaman belakang.

Melihat kedatangan Rehan, Asta menyambut Rehan dengan raut wajah yang sangat antusias." Gimana ? Hani ada ? Ketemu sama dia ?." Tanya Asta setelah Rehan duduk

" Gak. Tutup. Timingnya gak bagus." Ujar Rehan lesu.

Asta dan Davied pun otomatis ikutan lesu mengetahui hal itu. Udah berhari-hari mereka merindukan Hani. Namun Hani sangat sulit untuk ditemui.

" Kalo gitu sekarang gue ke toko tepat kerjanya Vioni. Mungkin dia bisa nolong kita buat bisa ketemu Hani." Ujar Asta sembari bangkit dari duduknya dan segera pergi ketempat tujuannya.

Sepeninggal Asta. Rehan dan Davied sibuk dengan pikirannya masing-masing.

" Kok Lo makin pendiem gini ?." Tanya Rehan pada Davied yang berkali-kali tak mengeluarkan suara

"... Lagi mikir aja gue." Ujar Davied menatap kosong bunga yang ada di sampingnya.
" Kalo pun bisa bawa Hani balik lagi kesini terus minta maaf sama dia, itu gak bisa merubah keadaan sama sekali. Siapapun gak ada yang berani nanya sama papa mama. Sebenarnya siapa kakaknya Hani itu..." Ucap Davied dalam hati serta memijit pelipisnya pelan.

*

" Selamat datang. Kak Asta !?." Ujar Vioni kaget mendapati Asta berkunjung ke tokonya.

" Vio... Gue mau ketemu Hani." Ujar Asta langsung

Brothers In Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang