part 15

335 17 1
                                    

"manisnya... Matanya lucu waktu kebingungan. Wajahnya merah merona waktu malu. Lincah dan tegar di saat bersamaan tetap sederhana. She's really cute overall. Sangat disayangkan...." Pikir Rehan sembari menghela nafas panjang.

" Woi, Lo liat kemana sih ?! Lo lagi jalan loh.?!!". Bentak Davied menggeleng kepala melihat Rehan yang hampir saja menabrak dinding kampus jika saja dirinya tak menarik tangan Rehan.

" Uh..?? Oh...! Ada dinding ya ?!." Ucap Rehan tertawa hambar dan berapa detik kemudian kembali lesu.

Davied memperhatikan Rehan. Ada seorang wanita melintas tepat di depan Rehan. Namun yang bikin Davied keheranan adalah sikap Rehan yang aneh.

Biasanya Rehan akan langsung menggoda dengan berbagai gombalan saat ada gadis yang lewat didepannya.

Atau akan memuji-mujinya saat wanita itu pergi. Namun hari ini Rehan terlihat berbeda.

Rehan yang di mata Davied sekarang ini hanya seorang lelaki tanpa semangat dan terlalu sering menghembuskan nafas kasar dan panjang.

" Ada apa." Tanya Davied sedikit penasaran

" Apanya.?" Tanya Rehan balik tanpa menoleh pada Davied

" Barusan ada cewek cantik incaran Lo loh." Terang Davied

" Yeah." Ujar Rehan singkat.

" Lo demam ?." Tanya Davied

" Cih apaan sih. Gue cuma pengen tidur lebih lama doang." Omel rehan.

Setelah mendapat alasan Rehan lesu seperti itu Davied pun hanya ber-oh ria saja dan kembali fokus pada smartphone miliknya.

" Dave,... Kayaknya gue jatuh cinta deh." Ujar Rehan pada Davied

" Lagi lagi." Balas Davied enteng.

" Kok lagi lagi.? Kali ini serius tau." Gerutu Rehan tak terima Davied meremehkan perasaannya

" Gosh. Lo dah sering ngomong gitu. Teramat sering malah." Balas Davied

" Huh kali ini berbeda Dave. Gue beneran serius." Ujar Rehan ngotot.

" Well... Who ?." Balas Davied merolling bola matanya bosan.

" ... Um... Hani Serelia. I think she is..". Ucap Rehan mengejutkan Davied.

Terlihat dari tatapan dan raut wajah Davied yang tak percaya bercampur kaget ditambah smartphone yang di pegangnya terjatuh.

" Ups, HP Lo jatuh." Ujar Rehan mengembalikan kesadaran Davied.

" Ehem. Maksud Lo Hani kita ? " Tanya Davied tak yakin. Namun rasa yakin itu menguat saat Rehan mengangguk pasti.

" Lo gila ya ? Mana mungkin bisa Re." Ujar Davied.

" Mana mungkin gimana ? Emang dimana yang salah ?." Tanya Rehan ngambek.

" Gak waras Lo ya. Kan Lo yang bilang hubungan kakak adik itu gak bakal mungkin. Tapi Lo juga yang dukung hubungan Asta sama si Hani. Kenapa Lo yang ikut ke bawa gini.?" Omel Davied panjang lebar.

" Oh..?!! Terus gue harus gimana dong Dave. Kali ini perasaan gue sungguh-sungguh. Tolong gue Dave. Huwee." Rengekan Rehan membuat kepala Davied pusing.

" Gue gak bisa bantu apa-apa. Itu masalah hati Lo. Lo bebas lakuin apa aja sama hati Lo. Tapi berhubung Hani belum resmi jadi adik kita dan papa mama belum ungkit-ungkit hal itu. Lo mungkin masih bisa punya perasaan itu." Nasehat Davied
" Tapi perlu Lo ingat. Kita masih belum tau siapa kakak kandungnya. Jadi jangan terlalu Lo besarin perasaan cinta Lo itu." Lanjut Davied mengingatkan Rehan.

Brothers In Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang