part 17

286 19 0
                                    

Keep going✨ don't forget to klik vote. Okey👐

" Suka ?." Tanya Hani heran

" Iya suka. Aku bisa lihat dari tatapannya. Emang menurut kamu gak ?." Balas Vioni

" Emm gitu ya. Bagiku, kak Asta itu temen yang menyenangkan. Kak Rehan... Seperti punya hasrat yang hebat dan meluap-luap sedangkan kak Dave cukup serius untuk hal-hal yang berkaitan sama masa depannya." Ujar Hani sambil memikirkan ketiga lelaki tersebut
" Tapi mereka semuanya punya hati yang baik." Lanjutnya
" Karena aku... Adalah adik dari salah satu diantara mereka." Ucapan Hani ini membuat Vioni terkejut untuk yang kesekian kalinya.

Melihat keterkejutan Vioni. Hani hanya tersenyum tipis, tak pernah disangkanya ia akan menceritakan kisahnya pada orang selain keluarga Louise Wijaya.

" Ibuku dulu jatuh miskin. Lalu menyerahkan kakakku ke pasangan suami istri Louise Wijaya ini. Siapa kakak ku itu aku pun gak tau. Yang tau hal itu cuma pak Alex dan Bu Elsie." Terang Hani lesu.

" Ya ampun Hani. Aku gak tau kalo ada cerita kayak gini...." Ujar Vioni memeluk Hani berupaya memberikan semangat dan menghibur Hani.

" Haha nah mending kita turun yuk, udah waktunya jam makan nih." Ajak Hani.

Dan benar saja saat mereka hendak menuruni tangga mereka bertemu Davied yang berencana memanggil Hani untuk mengajak makan malam.

Dan akhirnya mereka pun makan malam bersama di iringi obrolan ringan.

" Ya ampun udah jam segini... Saya harus pulang." Ucap Vioni terkejut melihat jam tangannya menunjukan pukul 8 malam lewat.

" Menginap saja disini nak." Tawar Bu Elsie

" Ah tidak usah Bu Elsie. Lain kali saja. Terimakasih banyak Bu." Tolak Vioni tulus nan lembut

" Duh baiklah kalo gitu. Asta tolong antar Vioni ya. Kasian dah malam." Seru Bu Elsie pada Asta yang sudah menyelesaikan makannya.

"!!!? Eh gak usah." Ucap Vioni kaget.

" Udahlah gue antar aja. Jauh kan ?." Bujuk Asta.

" Eng...enggak. enggak terlalu jauh." Ujar Vioni dengan wajah merah merona karena malu saat matanya bertemu pandang dengan Asta.

*

" Bye Hani." Ujar Vioni sambil melambaikan tangannya

" Bye Vio. See you." Balas Hani dengan melambaikan tangannya pada Vioni yang tengah berada didalam mobil Asta.

Hani menatap mobil yang dikendarai Asta hingga menghilang di belokan.
" Vioni... Vio keliatan tertarik sama Asta ya ?." Pikir Hani.

*

" Oh kak Rehan. !" Panggil Hani saat berpapasan dengan Rehan di tangga menuju kamar.

" ??!! Ya ?!." Tanya Rehan mencoba bersikap biasa saja padahal jantungnya tengah berdegup kencang tak karuan. Berharap saja supaya Hani tak mendengarnya.

" Tadi datang ke klub studio tari Hani ya ?." Tanya Hani

" Iya bareng Davied juga." Ujar Rehan sambil tersenyum dan mengangguk kepalanya yang tak gatal.

" Ternyata emang bener. Kalo gitu ini dompet kak Dave. Jatuh di sana." Ujar Hani sambil menyerahkan dompet kepada Rehan

" Dompet Dave??! Iya deh entar gue serahin." Ujar Rehan sambil melangkahkan kakinya menuju kamar meninggalkan Hani yang tengah menatapnya dengan heran dan bingung.

" Kenapa langsung pulang ya kalo dah datang ? Gak sempat aku tanyain lagi. Daripada itu... Entah kenapa sikap kak Rehan lebih cuek dari sebelumnya." Pikir Hani.
" Mungkin kak Rehan suka sama kamu." Perkataan Vioni tiba-tiba terlintas di pikiran.

" hush hush hush. Jangan aneh-aneh deh. Mana mungkin." Ujar Hani sambil mengibaskan tangannya menghapus pikiran tadi.

Di lain tempat. Asta yang tengah melajukan mobilnya menyusuri jalan malam.

Keadaan didalam mobil cukup canggung bagi Vioni. Namun untungnya alunan musik bisa mencairkan suasana yang membuatnya kesulitan untuk bernapas.

" Ah kak di sebelah sini rumah aku kak." Ujar Vioni menunjuk rumah Vioni.

" Oh ya ?." Balas Asta sambil menepikan mobilnya.

" Iya kak. Makasih banyak ya udah dianterin. " Ucap Vioni

" Sama-sama. Datang lagi ya kapan-kapan." Balas Asta.

" Terimakasih." Ujar Vioni sekali lagi sebelum masuk kedalam rumahnya.

Asta menatap sekeliling tempat tinggal Vioni.
" Tinggal sendiri di tempat kayak gini.". Lirihnya kagum bercampur cemas sebelum kemudian pergi meninggalkan kawasan itu.

*

Sring sring sring

" Yeheiii sekarang hari Minggu." Ujar Bu Elsie dengan nada yang sangat ceria menyambut hari Minggu yang menyenangkan

" Ya..." Balas ketiga anaknya ditambah dengan Hani yang turut senang dengan hari Minggu

Berbeda dengan ketiga anaknya. Rehan, Davied maupun Asta tak menyukai hari Minggu. Karena apa ? Itu adalah hari dimana mamanya akan menyuruhnya untuk melakukan berbagai inpeksi dan perbaikan rumah.

" Nah nah nah. Rehan periksa loteng belakang ya. Terus Davied cabut rumput liar di taman dama gunting tanaman yang udah tua. Terus Asta potong rumput di semua halaman ya. Nah go go go." Perintah Bu Elsie sambil bertepuk tangan.

Dan begitulah akhirnya Rehan, Davied dan Asta berakhir pada tugas yang diberikan.

Rehan yang sudah di atas loteng memperbaiki loteng yang rusak. Asta yang sudah sedia dengan mesin pemotong rumput dan mendorongnya ke sana kemari, juga Davied yang dengan teliti mencabuti rumput liat di pot-pot taman.

Sedangkan Hani setelah bebersih rumah di tugaskan Bu Elsie untuk mengawasi ketiga putranya agar tak malas-malasan.

" Kak Asta jangan melamun nanti luka loh...!" Seru Hani mengagetkan Asta.

" Kak Rehan !! Bangun dong jangan tiduran di atas entar jatuh.!!" Teriak Hani dari bawah membangunkan Rehan yang tengah rebahan di loteng.

" Duh, mereka ini emang harus diawasi." Lirihnya sambil berjalan mencari Davied.

" Itu dia..." Ucapnya saat melihat Davied tengah terduduk sambil mencabuti rumput.

Langkahnya terhenti saat mendengar Davied menyanyikan sebuah lagu dengan suara lembutnya.

Hani tenggelam dalam suara merdu Davied. Dan melangkah pergi meninggalkan Davied setelah lagunya selesai.
" Dia sih gak perlu diawasi." Lirih Hani.

" Oi Dave !!." Teriak Rehan dari atas loteng

" Apaan Re ?." Balas Davied sambil mendongak keatas menatap Rehan.

" Awannya bergerak. Hari ini cuacanya cerah. !." Ujarnya sambil menatap langit yang biru cerah.

" Ya. Hari ini cuacanya bagus." Ujar Davied setuju dengan Rehan dan ikut menatap langit

" Kalo dibandingkan langit, yang namanya manusia itu kecil ya." Serunya tanpa melepas pandangannya dari langit.

"... " Davied tak menjawab namun ia mengalihkan pandangannya ke arah Rehan yang tersenyum miris

" Keliatan bodoh banget gak sih jadinya. Gimanapun juga Lo sulit untuk paham sama sesuatu yang gak ada." Kekeh Rehan.
" Gue suka sama Hani. Tapi kalo dihatinya gak ada tempat untuk gue, gue bakal pergi ke langit.!!" Lanjut Rehan
" Gue suka Hani!! Ah sial !!! Dasar sialan.!!!" Makinya frustasi.

Sedangkan Davied memandang Rehan yang meronta-ronta dan memaki-maki perasaanya sendiri.
" Rehan... Ternyata Lo lebih serius ya." Ucapnya pelan.

Berbeda dengan Hani yang melihat dari jauh kehebohan yang dibuat Rehan. Dia melihatnya dari jauh tanpa bisa mendengar apa yang diucapkan Rehan.

*
*
*
*
*
*
TBC 🌸
Masih betah kan ? Kalo ada saran atau. Kritik tolong kasih tau ya👐 tunggu aja kelanjutannya ya. Siyu🤗

Brothers In Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang