part 14

331 19 0
                                    

🤗👐✨

" Suasananya aneh ". Ujar Rehan yang memperhatikan Hani dan Davied

" Huh ? Biasa aja menurut gue." Balas Asta enteng

" Masa sih ?. " Tanya Rehan yang masih belum yakin. Apalagi melihat Hani yang kini menenggelamkan tubuhnya di dekapan Davied.

" ... ? Anehnya di kak Dave kali kan secara gak pernah nari. Lagian nih juga Ballad slow jadi gak geraknya gak ribet." Tambah Asta yang kini ikut melihat Hani dan Davied di lantai dansa.

*

" Untunglah dah selesai. Lo gak apa-apa ?." Ujar Davied lega sekaligus khawatir pada Hani.

" Iya gak apa-apa kak." Balas Hani dengan senyum manisnya.

Biarpun Hani menjawab tidak apa-apa. Namun perasaan Davied diliputi perasaan cemas dan bersalah karena ulahnya.

Apalagi melihat Hani yang berjalan sedikit pincang. Mau gak mau dirinya membantu Hani berjalan meninggalkan lantai dansa.

Melihat Hani dan Davied yang sudah selesai menari dan berjalan ke arah Asta dan Rehan. Namun setelah beberapa meter Rehan mulai cemas melihat Hani berjalan dengan sedikit pincang.

" What's wrong with you...?" Tanya Rehan setelah Hani dan Davied tiba dihadapannya.

" Itu... Hani terluka." Cicit Davied

" Lah kok bisa ?!." Tanya Asta terkejut padahal hanya menari.

" Gue gak sengaja nginjek kakinya." Ucap Davied, terlihat jelas di wajahnya rasa akan bersalahnya.

" Ya ampun Dave, kok Lo gak hati-hati sih ?!." Ucap Rehan hendak memarahi Davied.

" Udah dong kak. Lagian Hani gak apa-apa. Gak parah kok." Ujar Hani menengahi suasana yang sedikit tegang itu.

" Gak apa-apa gimana. Kalo Lo kenapa-kenapa kan kita semua yang diomelin mama." Timpal Asta.

Sedangkan Davied semakin merasa bersalah mengingat Bu Elsie meminta mereka menjaga Hani, malah dirinya yang membuatnya terluka.

" Huft, sudahlah. Untuk sekarang gue bawa Hani ke tempat istirahat bentar. Lo berdua tunggu sini." Putus Rehan sambil menuntun Hani untuk menuju pintu istirahat.

Sepeninggal Hani dan Rehan. Asta tak henti-hentinya mengomeli Davied. Sedangkan Davied hanya diam seribu bahasa.

*

" Lo duduk sini." Ujar Rehan setelah membersihkan tempat duduk untuk Hani.

Hani pun menuruti perkataan Rehan dan duduk.

Kini mereka berdua berada di taman kampus. Rehan membawa Hani keluar untuk memeriksa kondisi Hani dan mencari udara segar.

" coba liat kaki Lo." Ujar Rehan yang sudah bersimpuh di hadapan Hani.

" Eh, udah kak gak apa-apa kok." Balas Hani tak enak melihat Rehan tengah duduk bersimpuh dihadapannya

" Jangan protes." Ujar Rehan sambil menarik kaki Hani dan meletakkannya di lututnya.

" Aduh." Rintih Hani pelan saat Rehan membuka heelsnya.

" Astaga, bengkak gini Lo bilang gak apa-apa ?!." Ujar Rehan terkejut melihat memar di kakinya.
" Bener-bener Dave nih. Minta di gebukin..." Lanjut Rehan yang hendak menghampiri Dave didalam sana.

Namun niatannya terurung karena Hani menghentikannya.

" Kak Dave kan juga gak sengaja kak. Hani beneran gak apa-apa kak." Ujar Hani lembut meluluhkan hati Rehan.

Diamatinya lagi kaki Hani yang terluka yang kini dihadapannya.

" Lo gak perlu ngerasa gak enak akan segala sesuatu. Kalo emang sakit bilang aja." Ujar Rehan yang masih di posisi awal menatap dalam wajah Hani sambil mengelus pelan pinggiran luka kaki Hani.

" ... Terimakasih kak." Ujar Hani tulus.

Tak ada lagi pembicaraan keduanya, masing-masing terpaku pada wajah lawan satu sama lain.

Semilir angin menerbangkan anak rambut Hani yang menambah pesonanya membuat wajah Rehan sedikit menampakkan semburat rona merah.

Entah suasananya yang mendukung atau dorongan hal lain. Rehan yang tadinya hanya mengelus pinggiran kaki Hani, kemudian mengecup luka kaki Hani lembut.

Hani yang mendapat perlakuan lembut Rehan sedikit terkejut dan ingin melepaskan kakinya yang tengah di sentuh Rehan.

" Tunggu. Ini pencegahan sebelum semakin parah." Ucap Rehan penuh perhatian tanpa melepas kontak mata dari Hani.

Dan sekali lagi Rehan mengecup pelan kakinya. Namun berbeda dari sebelumnya yang mengecup tepat dilukanya malah kini Rehan mengecup tulang keringnya tepat dibawah lututnya.

Seakan sadar dari kelakuannya barusan. Rehan pun tiba-tiba bangkit dari duduknya.

" Lebih baik kita pulang sekarang aja. Lagian Lo butuh istirahat." Seru Rehan sambil memandang Hani datar.

"....?" Biarpun tak begitu paham dengan apa yang dipikiran Rehan Hani tetap menuruti perkataan semua ' kakaknya ' itu

*

" Loh kok kalian kok udah pulang ?." Tanya Bu Elsie melihat kedatangan semua anaknya.

" Loh loh ? Hani kenapa nak jalanya gitu ?." Tanya Bu Elsie cemas dan menghampiri Hani.

" Tuh ma si Dave nginjek kaki Hani nyampe bengkak gitu." Adu Asta.

" Astaga Dave. Kenapa bisa ?." Tanya Bu Elsie memarahi Davied
" Udah, nanti biar mama yang marahin kamu. Sekarang Hani masuk aja dulu dikamar istirahat. Sebelum itu di obati dulu lukanya. Lanjut Bu Elsie penuh perhatian dan Hani pun dengan patuh menuruti Bu Elsie.

*

Kini Hani berada di kamarnya sambil berbaring menatap ukiran ornamen di langit-langit kamarnya.

Pikirannya kembali ke beberapa waktu yang lalu di tempat pesta kampus.

Melihat Asta yang kembali bersemangat dan mulai bersikap seperti biasanya membuatnya senang. Ditambah lagi perhatian Rehan yang begitu hangat. Juga kesempatan yang ia dapatkan untuk melihat Davied yang menari.

Berada di sekitar mereka bertiga membuat detak jantung Hani kian terpacu tak menentu.

Ada perasaan tersendiri dalam hatinya yang asing menurutnya. Namun sebisa mungkin ia tepis dan tak memikirkan hal yang macam-macam.

Tok tok tok

Lamunan Hani terhenti tatkala suara ketukan pintu mengharuskan dirinya untuk membuka dan mencari tahu siapa yang mengetuknya.

" ? Kak Dave ? Kenapa kak ?." Tanya Hani bingung melihat Davied berdiri di depan pintu kamar

" ... Lo gak apa-apa? Masih sakit kah ?." Tanya Davied tenang namun tersirat kekhwatiran di suaranya.

Hani yang sedikit demi sedikit memahami watak orang rumah ini tersenyum ramah nan manis.

" Iya, Hani udah gak apa-apa. Tadi udah di obati kok." Jawab Hani menenangkan Davied.

" Maafin gue. " Ujar Davied tertunduk lesu.

" Cute.!! Like a puppy." Teriak Hani dalam hati.
" Udah ih kak. Gak apa-apa. Kak Dave jangan ngerasa bersalah gitu. Kan Hani yang minta di temenin nari." Lanjut Hani mengelus pucuk kepala Davied.

"...!" Davied untuk beberapa saat terdiam sedikit terkejut dengan reaksi yang diberikan Hani.
" ... Nih buat Lo. Dah dulu ya." Lanjut Davied menyerahkan bingkisan kecil dan meninggalkan Hani

Hani yang belum sempat menjawab perkataan Dave hanya memandang punggung Davied yang kian menjauh.

Dibukanya bingkisan kecil yang tadi diberi Davied. Dan didalamnya terdapat beberapa obat penghilang luka, penghilang bekas luka.

Hani tertawa renyah kemudian tersenyum dengan hangat mengingat kepedulian Davied.

*
*
*
*
*
TBC 🌸

Brothers In Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang