Esok harinya selepas adzan shubuh, pak Doni mengajak Almira untuk ikut bersamanya.
"Almira mau diajak kemana bi?." Tanya bu Dina.
"Abi mau ajak Almira berobat."
"Umi boleh ikut?."
"Gak usah, umi dirumah saja. Kan hari ini ada acara dirumah bu haji, gak enak kalau umi gak dateng, Almira biar sama abi aja." pak Doni berusaha meyakinkan istrinya.
Pak Doni mengajak Almira untuk ikut bersamanya.
Setelah 3 jam perjalanan, sampailah mereka pada suatu desa di pegunungan yang sangat sejuk, dan damai.
Di desa itu pak Doni mulai mencari-cari Alamat rumah Aisyah. Karena rumah Aisyah di daerah pegunungan, pak Doni dan Almira harus berjalan kaki. Karena tidak ada jalan untuk dimasuki mobil.
Akhirnya mereka pun sampai di suatu rumah yang sederhana. Disanalah kedua orangtua Aisyah dan adiknya yang masih bayi tinggal.
Karena berada di daerah pegunungan, antara satu rumah dengan rumah yang lain jaraknya cukup jauh. Dan melihat hal itu pak Doni semakin bersemangat untuk menjalankan aksinya.
Pak Doni mengetuk rumah keluarga Aisyah dan berpura-pura menjadi tamu.
Tok.. tok.. tok..
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Suara seorang wanita yang tak lain adalah ibu Aisyah menjawab salam dari dalam rumah. Pintu pun akhirnya terbuka. Dan keluarlah seorang wanita yang sedang menggendong bayi berumur 1 bulan.
Melihat wanita itu membukakan pintu, pak Doni mengambil sapu tangan yang sudah ia beri obat bius dan membius ibu Aisyah, lalu pak Donk menarik ibu Aisyah kedalam rumahnya dengan paksa.
Sampai-sampai bayi yang di gendong ibu Aisyah terlempar jatuh kelantai.
Oweeeekk...oooweeek..oweeekk..
Bayi mungil itu terus menangis karena terjatuh dengan sangat keras. Hingga kepala si bayi pun bocor dan keluarlah darah segar yang mengucur ke seluruh badannya.
Sementara itu pak Doni mengambil sebilah pisau yang sudah ia asah dan menghunuskannya ke perut ibu Aisyah berkali-kali.
"Almira, liat abi. Abi keren kan sayang? Kaya superhero."
"Waaah iya, Abi keren. Almira suka darah."
"Abi juga suka sayang, hayuk hari ini kita bersenang-senang. Inilah akibatnya karena anaknya membuat anak sesayangan abi menangis. Jadi mereka harus menanggung akibatnya. Hahahaha."
Setelah itu pak Doni mulai memenggal kepala bu Ratna yang tak lain adalah ibu Aisyah, lalu memotong kaki, tangan, dan tubuh bu Ratna menjadi bagian-bagian kecil.
Almira begitu menikmatinya. Darah segar berceceran diseluruh bagian ruang tamu.
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk.
"Tok tok tok. Bu, bukakan pintunya bu. Bapak sudah pulang. Kok tumben sekali pintunya di kunci." bapak Aisyah baru pulang dari berkebun.
Mendengar suara ketukan itu, pak Doni bersembunyi di belakang pintu dengan membawa vas bunga. Almira mulai membukakan pintu untuk ayah Aisyah.
Pak Aldi kaget bukan main melihat orang asing memasuki rumahnya. Tapi saat pak Aldi memasuki rumahnya, tiba-tiba dipukul lah pak Aldi dengan vas bunga tepat di kepalanya.
Darah menyucur deras di kepalanya. Pecahan vas bunga menusuk ke wajah pak Aldi sampai masuk ke mata. Pak Aldi akhirnya tak sadarkan diri. Lalu pak Doni menyeret tubuh pak Aldi dekat dengan tubuh istrinya yang sudah termutilasi.
Almira dan ayahnya kembali mendapatkan mangsa baru. Mereka memotong-motong tubuh pak Aldi sama persis dengan apa yang telah mereka lakukan kepada bu Ratna.
Sebagian dagingnya mereka cincang-cincang untuk makan ternak. Sebagian lagi mereka masukkan kedalam karung untuk di buang.
"Biii, Almira lapar." rengek Almira pada sang ayah.
Mendengar anaknya yang kelaparan pak Doni mencari makanan di dapur orangtua Aisyah. Ternyata tidak ada makanan sama sekali.
Pak Doni teringat pada tubuh bayi yang berada di lantai. Ia ambil tubuh bayi yang sudah tidak bernyawa itu lalu memberinya bumbu-bumbu dan meng oven nya.
Setelah daging bayi itu matang, pak Doni segera menyajikannya untuk Almira.
"Ini sayang makanan kita sudah siap." Ucap pak Doni pada Almira.
"Waaaah.. keliatan enak bi." jawab anaknya Almira.
"Iya dong sayang, siapa dulu yang masak."
Mereka pun mulai menyantap daging bayi yang sudah di beri bumbu dan kecap. Setelah kenyang mereka bergegas untuk pulang kerumah, karna dendamnya pada Aisyah telah terbalaskan.
Keesokan harinya, seorang warga yg bernama pak Suryo mulai curiga, karna tidak biasanya pak Aldi tidak pergi ke Masjid untuk melaksanakan sholat subuh. Sebab, pak Aldi adalah seorang yang ahli beribadah.
Pak Suryo mengecek rumah pak Aldi, karna mengira kalau pak Aldi sedang sakit sehingga tidak ke masjid. Saat sampai dirumah keluarga Aisyah, pak Suryo mengetuk pintu rumah pak Aldi berkali-kali, tapi tetap tidak ada jawaban.
Akhirnya pintunya pun didobrak dan seketika badan pak Suryo lemas melihat darah yang berceceran di rumah pak Aldi dan bu Ratna.
Di pesantren Aisyah mendapat telvon dari warga yang mengabarinya kalau keluarganya telah dibantai oleh orang yang tidak dikenal, dan mayatnya belum di ketemukan.
Aisyah meminta bantuan Arabella untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya slide demi slide kejadian muncul saat orang tua dan adiknya yang masih bayi dibunuh dengan sangat brutal dan keji oleh Almira dan Ayahnya.
Melihat tayangan kejadian pembunuhan orangtuanya yang muncul terus menerus membuat Aisyah menjadi depresi. Ia sangat terpukul atas apa yang telah menimpa keluarganya.
Aisyah depresi atas kejadian yang menimpa keluarganya, kini ia hidup sebatang kara, tak punya siapa-siapa. Arabella tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Aisyah, karena semuanya telah terjadi. Dan Arabella hanya sosok hantu anak Belanda yang lemah, ia tidakk bisa untuk memutar waktu.
Setelah kejadian itu Aisyah jadi sering melamun sendirian, slide pembantaian keluarganya terus muncul dalam pikiran indigo Aisyaha, sampai akhirnya Aisyah stress dan memutuskan untuk bunuhdiri, ia melompat dari lantai 3 pesantren dan nyawanya tak dapat tertolong lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCOPATH ALMIRA
Misterio / SuspensoGenre thriller horror. #awal publish 4 Juli 2020 Jiwa pembunuh itu ada di antara kalian...!!