DETEKTIF WILLIAM

513 31 0
                                    

Eva tak mengerti harus berbuat apa lagi. Pengurus dan keamanan pondok tak lagi mempercayainya. Almira begitu licik, semua orang tertipu dengan tipu dayanya.

Kini hampir semua santri menjauhinya, karena Eva dianggap sebagai tukang fitnah. Tak ada seorangpun yang curiga dengan apa yang telah di perbuat Almira selama ini.

Tak ada seorangpun yang sadar jika di pesantren ada seorang pembunuh. Pembunuh yang sudah menghabisi banyak nyawa. Nyawa orang-orang yang tak berdosa.

Aisyah dan Arabella Van de Wiele juga tak bisa berbuat apa-apa. Karna mereka hanyalah hantu yang lemah, tak mempunyai banyak kekuatan untuk membalas Almira.

Sudah banyak orang yang menjadi korban kejahatan Almira dan ayahnya. Mbak Zul, nenek tua, keluarga Aisyah, Akbar, dan geng Cecan. Semua tak lepas dari tangan keji Almira dan ayahnya.

Di depan banyak orang mereka bersikap baik, manis, dan penyayang. Tapi itu semua hanyalah topeng. Di balik topeng malaikat itu tersimpan wajah-wajah iblis yang pantas masuk kedalam api neraka.

Entah bagaimana jika bu Dina tau jika selama ini ia hidup diantara kedua iblis yang sangat di sayanginya. Suami dan anak yang amat ia sayang ternyata adalah seorang pembunuh.

Akankah ada lagi nyawa yang akan melayang akibat perbuatan Almira dan ayahnya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Sejak Eva melaporkan Almira kepada para pengurus. Almira tau kalau Eva adalah perusuh yang harus ia singkirkan. Saat semua santri sedang mengaji setelah sholat subuh. Almira berpura-pura sakit agar tidak mengikuti kegiatan mengaji bersama teman-teman.

Saat itu pula Almira mengendap-endap masuk kedalam kamar Eva di kamar Madinah. Ia mencari tas sekolah Eva yang sangat ia hafal. Disana ia mencari botol minum yang selalu Eva bawa saat sekolah.

Setelah ketemu Almira memasukkan racun kedalam botol minuman Eva. Almira ingin Eva mati. Karna hanya Eva yang tau kejahatan yang telah Almira lakukan.

"Hahahahha. Rasain kak Eva aku kasih racun."

Hantu Arabella melihat saat Almira memasukkan racun kedalam botol minuman Eva. Saat itu pula Arabella mengambil botol minuman Eva dari dalam tas sekolahnya. Arabella pun menghilang menuju ke kamar Almira.

Arabella memasukkan air yang sudah bercampur dengan racun kedalam botol minuman Almira. Setelah memasukkan racun itu Arabella menembus tembok lagi dan tiba-tiba menghilang.

Almira tak tau kalau racun yang akan ia berikan kepada Eva tlah di tukar oleh hantu Arabella. Hantu anak Belanda yang sudah menjadi teman Aisyah sejak kecil.

Pagi itu di kelas Almira ada pelajaran olahraga. Almira dan teman sekelasnya bermain volly, basket, tenis meja, dan lain-lain. Almira sangat menyukai olahraga basket, bagi Almira bola basket seperti kepala manusia.

Setiap membenturkan bola basket, Almira membayangkan saat sedang membenturkan kepala manusia tak berdosa. Ia rindu suara. Suara teriakan dari para korbannya.

Almira rindu membunuh. Ia rindu sekali melihat darah yang berceceran. Ia rindu pada korbannya menjerit kesakitan.

"Hhmmmm. Almira kok sekarang jadi suka ya makan mata goreng. Kemarin mata goreng kak Lolita enak banget." Gumam Almira.

"Tapi Almira penasaran sama mata goreng abi, hiks. Pasti lebih enak kalau mata abi digoreng pake tepung crispy."

Doooooooorrr...

Dari belakang tiba-tiba Cindy teman sekelas Almira mengagetkan dari belakang.

"Mir, bagi minumnya dong. Aku capek banget nih abis maen volly tadi. Kamu ngapain nglamun disini. Tumben gak ikut main basket sama temen-temen." Kata Cindy.

"Aku main ntar aja, lemes banget badanku. Ambil aja itu minumnya di tas aku."

"Oke Mir, makasih ya."

Cindy pun segera mengambil botol minum Almira di kelas dan meneguk Air yang sudah tercampur racun.

Glek. glek. glek.

"Segeeerrr bangeeett." ucap Cindy.
Tiba-tiba tubuh Cindy terjatuh dan keluar busa dari mulutnya.

Setengah jam kemudian anak-anak kembali ke kelas dan melihat Cindy kerkapar tak bernyawa.
Semua siswa dan guru-guru berkumpul melihat tubuh Cindy yang sudah terkapar.

Semua siswa tau kalau botol minum yang Cindy pegang adalah botol minum Almira.

"Ini punya siapa?." Tanya bu guru.

"Almira bu."

Semua siswa kompak menjawab.
Polisi pun berdatangan ke tempat kejadian perkara. Almira ikut ke kantor polisi untuk di mintai keterangan.

Mendengar kabar anaknya di bawa ke kantor polisi, pak Doni dan bu Dina segera menuju ke kantor polisi untuk menyelamatkan anak semata wayangnya.

"Pak. pak. ini pasti ada yang mau mencelakai anak saya." bu Dina menangis memeluk Almira.

"Kami akan selidiki dulu bu." kata pak polisi.

"Lho. Orang itu harus segera di tangkap pak. Siapa yang berani menaruh racun ke minuman Almira. Dia harus berhadapan dengan Doni Pradana." Kata pak Doni dengan sangat marah.

Bu Dina terus menangis melihat anaknya yang malang.

"Almira sabar ya sayang. Umi akan selalu melindungi Almira." kata bu Dina kepada Almira.

Saat itu pula, tanpa sepengetahuan Almira dan pak Doni, bu Dina meminta polisi untuk meminta bantuan seorang detektif, akhirnya polisi meminta bantuan kepada seorang detektif yang bernama Mr. William Suryo Atmojo. laki-laki berdarah campuran Amerika dan Jawa. Polisi meminta Mr. Will untuk menyelidiki kasus tentang percobaan pembunuhan terhadap Almira.

Bu Dina tak ingin sesuatu terjadi pada anaknya yang cantik dan manis. Anak perempuan satu-satunya, yang ia dapatkan dari program bayi tabung. Setelah 10 tahun menikah dengan pak Doni, bu Dina tidak di karuniai anak. Oleh sebab itu bu Dina sangat menyayangi Almira.

Pagi itu seorang laki-laki bule sudah janjian bertemu dengan bu Dina di sebuah cafe. Laki-laki bertubuh atletis, berambut pirang, mengenakan jas, topi , dan kacamata hitam.

"Assalamu'aikum. Ini bu Dina tho?."

"Oh iya betul. Apa anda Mr.Will?."

"Ho'oh. Saya William biasa di panggil Mr.Will."

Detektif William memang berbeda dengan detektif pada umumnya. Sampai semua temannya tak menyangka kalau William adalah detektif. Karna sikapnya yang kocak membuatnya lebih cocok menjadi seorang pelawak.

Bu Dina menceritakan tentang apa yang terjadi. Ia meminta bantuan Mr.Will untuk menyelidiki siapa orang yang berniat untuk meracuni Almira.

"Saya akan membayar berapapun, asalkan Mr. Will bisa menemukan orang yang sudah berusaha mencelakai anak saya."

"Oh iya ndoro. BTW on the way bus way saya boleh apa tidak minta fotone Almira? Biar Mas Will yang ganteng ini bisa mengawasi anake you. Nanti kalau ada yang mencurigakan biar bisa I lacak dan I beri tempe you."

Bu Dina lalu mengeluarkan foto Almira dari dalam dompet. Dan memberikannya kepada Mr.Will. Bu Dina memberitahu dipesantren mana Almira tinggal. Dan di mana tempat Almira Sekolah. Biar Mr. Will bisa mengawasi Almira. Agar tak ada seorangpun yang bisa mencelakai anak kesayangannya.

PSYCOPATH ALMIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang