Sepuluh tahun sudah Almira berada di penjara, di dalam jeruji besi Almira harus menanggung semua perbuatan yang telah ia lakukan. Sudah banyak manusia tak berdosa yang menjadi korbannya selama ini.
Mbak Zul yang ia bunuh dengan tali di gudang pesantren, nenek tua pemilik ayam, keluarga Aisyah, Akbar, geng cecan, dan Eva, mereka semua adalah sebagian dari beberapa orang yang menjadi korban kejahatan Almira.
Tapi Almira tak pernah menyangka, kalau pak Doni ayahnya juga harus mati ditangannya sendiri. Ayah yang telah mengajarinya banyak hal. Ayah yang mengajarinya membunuh, ayah yang mengajarinya memutilasi para korban.
Almira masih ingat betul saat pak Doni mengajarinya memutilasi kedua orangtua Aisyah. Saat itu Almira melihat pak Doni sebagai sosok ayah yang keren dan gagah seperti super hero. Sosok ayah yang harus ia jadikan teladan, terlebih saat sang ayah mengajarinya mencincang-cincang tubuh orangtua Aisyah.
Almira sangat bahagia saat ia bisa membunuh. Hanya jeritan dan teriakan yang membuatnya tersenyum bahagia. Tapi sejak di penjara Almira tak bisa lagi menyakiti siapapun. Ia seperti burung yang terkurung di dalam sangkar hingga bertahun tahun lamanya.
Almira ditempatkan di dalam penjara khusus yang hanya terdapat ia seorang, tak ada narapidana lain yang di tempatkan di satu ruangan bersamanya.
Sebab pernah suatu ketika saat Almira baru saja masuk perjara, ia melukai salah seorang narapidara.
Waktu itu seorang narapidana bernama Dewi sedang tidur terlelap di penjara.Dewi di penjara karena kasus pembunuhan, ia sengaja membakar ibu tirinya hidup-hidup saat sudah tak tahan lagi dengan perlakuan ibu tiri yang berbuat semena-mena terhadapnya. Ibu tiri yang selalu menyiksanya setelah sang ayah meninggal dunia.
Tiba-tiba saat tengah malam Dewi merasakan sakit di telinga kirinya. Ia sedikit acuh dan enggan untuk bangun. Tapi lama-kelamaan sakit itu semakin terasa, Dewipun membuka mata. Dan betapa kagetnya ia saat melihat Almira menggigit telinganya.
Dewi berteriak meminta tolong, ia dorong tubuh Almira yang menggigit telinganya dengan gigi-giginya yang tajam. Dewi berusaha untuk melawan, tapi tidak semudah itu, Almira malah semakin kuat menggigit telinga Dewi sampai hampir putus.
Darah mengalir deras dari telinga Dewi, Dewi terus merintih kesakitan dan berteriak meminta tolong berkali-kali. Tapi para polisi yang berjaga malam tertidur lelap saat berjaga.
Dewi terus berteriak meminta tolong. Sampai akhirnya seorang polisi terbangun dari tidurnya. Saat polisi datang, badan Dewi sangat lemah, karena darah terus mengalir deras dari telinganya. Saat polisi datang pula, pak polisi melihat Almira sedang menggigit telinga Dewi dan menghisap darah yang keluar dari telinga Dewi seperti drakula.
Sejak kejadian itu Almira di tempatkan di penjara khusus yang hanya ada Almira seorang. Dan untuk memenuhi jiwa psikopatnya di dalam tahanan, Almira melukai dirinya dan meminum darahnya sendiri. Kejadian itu terus berlangsung hingga sepuluh tahun Almira berada di penjara.
Tubuh Almira penuh dengan sayatan silet yang ia sembunyikan selama di penjara, polisi tak dapat melihat luka-luka itu, karena ia menggoreskan silet itu di perut, atau lengan atas yang tertutup baju tahanan. Hingga sepuluh tahun berlalu di penjara, luka sayatan itu semakin bertambah di tubuh Almira.
Suatu malam, waktu menunjukkan pukul 1 dini hari. Saat tiba-tiba Almira melihat seorang narapidana ingin melarikan diri. Entah bagaimana caranya narapidana itu bisa keluar. Almira tak tau pasti.
Narapidana itu masih sangat muda, ia berumur sekitar 25 tahun. Dengan badan tinggi dan body atletis membuatnya tampak begitu menawan. Kumis dan jenggot tipis yang ia miliki membuatnya terlihat sangat gagah. Kulit putih dan mata bening membuat aura ketampanannya semakin terpancar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCOPATH ALMIRA
Mystery / ThrillerGenre thriller horror. #awal publish 4 Juli 2020 Jiwa pembunuh itu ada di antara kalian...!!