NENEK TUA

831 54 0
                                        

Sejak kamatian mbak Zul yang diduga gantung diri di pesantren karena patah hati, gosip-gosip recehpun mulai dibicarakan semua kalangan santri. Khususnya santri putri saat berkumpul di majlis selepas mengaji.

Gosip itu sangat ramai dan menjadi topik terhangat di pesantren. Meskipun begitu Almira sama sekali tidak mempedulikan gosip-gosip yang beredar itu.

Justru Almira merasa senang karena tidak ada seorangpun yang curiga kepadanya terkait kematian mbak Zul. Tapi sejak kejadian itu Almira tak lagi bisa mencari tikus pada malam hari.

Ia mulai memakan serangga, belalang, laba-laba, cicak dan katak yang ia dapatkan dari persawahan dekat pesantren.

Tiga hari setelah kematian mbak Zul, kabar-kabar mengenai hantu pun mulai terdengar.

Menurut obrolan mbak-mbak kamar Mekah yang berada di dekat gudang pesantren, Setiap lewat jam 12 malam terdengar suara rintihan dan tangisan dari dalam gudang. Tangisan wanita itu di duga adalah arwah mbak Zul yang gentayangan.

Mendengar cerita itu Almira sedikit takut tapi ia berusaha tenang. Dan tetap berpura-pura dihadapan teman-teman.

Suara tangisan yang awalnya pelan semakin lama semakin jelas terdengar. Semakin lama suara tangisan itu semakin keras, seperti orang yg sedang menangis itu berada dekat disamping telinga.

Dan tidak begitu lama terlihatlah sosok seorang wanita berambut panjang, kulit pucat, dan berbaju putih berada didepan pintu gudang, dengan darah yang mengalir dari mulut dan kedua bola matanya.

Sosok itu mulai melotot kepada Almira. Tapi Almira tidak takut dengan makhluk yang malam itu bertatap muka dengannya. Ia tetap melanjutkan pencarian mangsanya.

Malam itu setelah berhasil meninggalkan pesantren dengan cara memanjat pagang, Almira mulai mencari-cari tikus dan katak, suasana malam itu sangat sepi, hanya terdengar suara jangkrik di persawahan.

Namun sayang, setelah lama mencari Almira tidak mendapatkan apa-apa. Lalu ia melihat sesuatu yang ganjil diantara pohon jagung. Ia seperti melihat sosok wanita dengan kepala patah dengan seutas tali dan mata yang melotot sempurna sedang memperhatikannya. Apakah arwah mbak Zul mengikutinya? Pikir Almira.

Karna malam itu Almira tidak mendapatkan apa-apa. Almira pun memutuskan untuk kembali ke pesantren. Saat ia melewati rumah warga yang tak jauh dari pesantren. Almira melihat kandang ayam milik warga.

Ia memiliki rencana untuk mencuri ayam warga. Saat itu Almira mulai mengendap endap ke arah kandang ayam. Dan mengambil seekor ayam betina milik warga.

_Keoook.. keoook.. keeeoookk.._

Almira mematahkan leher si ayam dengan kedua tangannya.

Setelah mematahkan leher ayam yang ia curi. Almira mulai menggigit dan mengunyah ayam yang sudah sekarat itu. Dengan lahapnya Almira menyantap daging ayam hasil curiannya sampai kenyang.

Ia kunyah daging itu pelan-pelan. Tangan dan mulutnya pun berlumurah darah. Yeeaah. darah segar yang sangat Almira suka.

"Akhirnya malam ini Almira bisa makan enak"

_krauuus.. krauuus..kraauuus_

Almira begitu sangat menikmatinya.

Mendengar suara ayam yang ribut, nenek Asih seorang janda tua pedagang sayur di pasar yang juga pemilik ayam mulai mengecek ke kandang. Takut kalau ada ular atau garangan yang memakan ayamnya.

Dengan senter yang ia miliki nenek Asih mulai melihat-lihat keadaan kandang. Mendengar suara langkah kaki, Almira menghentikan makannya.

Dari kegelapan Almira melihat seorang nenek tua berjalan menuju kandang. Dengan secepat tenaga Almira memukul punggung si nenek tua dengan kayu sampai terjatuh.

"Siapa kamu cu?" Tanya nenek Asih melihat gadis belia yang berdiri tepat di depannya.

"Nenek peyot gak usah kepo." jawab Almira.

"Toloong.. toloong." Teriak nenek Asih dengar suara lirih yang hampir tidak terdengar.

"Nenek peyot bawel banget sih. Almira robek nih mulutnya kalo berisik." ancamnya.

"Jangan sakiti saya cu... Aampuun." nenek Asih mulai memohon.

"Dih dasar nenek tua peyot. Sudah bau tanah juga bawel." kata Almira.

"Toloooooongg.. tolooooooong" nenek Asih terus berteriak meminta tolong.

Almira mulai mengeluarkan pisau lipat yang selalu ia bawa kemana mana. Ia mulai merobek mulut nenek Asih dengan pisau yang ia bawa.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Teriak nenek Asih kesakitan.

Setelah merobek mulut nenek Asih yang sudah tak berdaya, Almira mulai memegang lidah si nenek, kemudian memotongnya. Potongan lidah itu Almira lemparkan ke kandang Ayam.

Almira mulai menjambak ramput nenek Asih yang sudah memutih dan mencabutinya sampai hampir botak. Nenek Asih pun tak sadarkan diri. Darah terus mengalir dari mulut dan kepala nenek Asih.

Setelah puas mencabuti rambut nenek Asih yang sudah memutih. Almira mulai mematahkan gigi gigi si nenek satu persatu hingga tak tersisa.

"Hahahahahaha. Si nenek peyot ompong jadi kaya bayi. Gak punya gigi lagi. Hahahaha"

Almira merasa puas dan senang atas apa yang ia lakukan kepada janda tua yang hidup sebatang kara di rumahnya.

Nenek Asih tidak mempunyai anak atas pernikahannya. Setelah suaminya meninggal sepuluh tahun yang lalu, nenek Asih berjualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap bisa makan.

Tapi malam itu nyawa si nenek melayang ditangan seorang gadis psikopat yang masih berumur 13 tahun.

Entah mimpi apa si nenek semalam hingga ia meninggal dengan keadaan yang sangat tragis dan mengenaskan. Lidah terpotong, mulut robek, kepala botak, tanpa gigi.

Setelah puas menghabisi korbannya, Almira menyeret tubuh nenek Asih yang kurus kering dan membuang mayatnya kedalam sumur, lalu menutupnya dengan papan yang ada disekitar sumur dan kemudian menutupnya dengan batu.

Saat melakukan aksinya itu Almira merasakan hawa yang sangat dingin ketika membuang mayat nenek Asih kedalam sumur. Ia merasakan ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak tadi.

"Hihihihihihi"

Almira mendengar suara cekikikan dari samping pohon pisang dekat kandang ayam nenek Asih.

"Almira gak takut sama hantu"
Katanya.

"Hihihihihi"

Suara itu kembali terdengar. Ia pun menoleh kearah pohon pisang dan melihat hantu mbak Zul berdiri disana.

Mata nya merah menyala seolah-olah ingin membalas dendam. Tapi Almira sama sekali tidak mempedulikannya.

Setelah puas dengan apa yang ia lakukan malam itu Almira kembali ke pesantren. Ia mengendap endap kembali memasuki pesantren. Ia tengok kanan kiri takut ada orang yang melihatnya.

"Syukurlah belum ada yang bangun." ucap Almira didalam hati.

Dengan pakaian yang masih berlumuran darah Almira berjalan menuju kamar mandi. Ia mencuci pakaiannya yang berlumuran darah ayam yang bercampur dengan darah nenek Asih.

Masih terbayang didalam pikiran Almira teriakan nenek Asih yang ketakutan dan merasa kesakitan. Tapi Almira merasa senang melihat semua itu. Merasa puas karna melihat korbannya ketakutan.

Setelah selesai mandi, dengan masih terbalut handuk Almira segera mengambil pakaian yang masih ada di jemuran, lalu ia mengganti pakaiannya.

Setelah itu Almira kembali kedalam kamar dan melihat mbak-mbak kamarnya masih terlelap. Almira pun  memejamkan mata sampai adzan subuh berkumandang.

PSYCOPATH ALMIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang