Hari ini Salma menepati janjinya terhadap Naufal. Mereka akan mengunjungi coffee shop yang beberapa hari lalu pernah Salma kunjungi, sebelum besok ia kembali ke Bandung.
“ kamu turun duluan, aku parkir dulu ya.” Salma mengangguk lalu melepas seatbealt nya.Siang itu coffee shop cukup ramai, mungkin karena ada live acoustic yang ditampilkan. Membuat Salma semakin betah, karena lagu yang dibawakan adalah lagu milik Kahitna dan Yovie Nuno, favoritnya sedari dulu.
“ besok kamu jadi pulang, sal?” tanya Naufal saat dirinya baru saja duduk di hadapan Salma.
Salma menaruh handphone nya, “ jadi, soalnya minggu depan aku ada tugas penelitian. Deadline lagi.”
Naufal mengangguk.
“ kamu sampe kapan disini?”
“ seselesainya tugas mungkin.” Giliran Salma yang mengangguk.
“ thanks ya, fal. Aku ga nyangka bisa ketemu kamu di kota orang kaya gini.” Salma sedikit tertawa.
Naufal membalas tertawa, “ it's okay. Aku juga seneng ko bisa kenal kamu. Ternyata yang Ahya bilang bener juga.”
Salma mengerutkan kening nya, “ Ahya bilang apa?”
Naufal menyilangkan kedua tangannya, “ ya kamu ini. Se ramah ini, se humble ini.”
Salma menggelengkan kepala seraya tertawa, “ aku dulu emang deket banget sama Ahya di organisasi itu, jadi ya Ahya bisa tau banyak tentang aku.” Ia sedikit bernostalgia.
Naufal mengangguk-anggukan kepalanya.
" Lagian Ahya jug--"
Seorang lelaki yang memegang handle pintu masuk cafe menarik perhatian Salma, sehingga ia menggantungkan ucapan nya. Berusaha menilik siapa lelaki itu.
" Kenapa sal?" Tanya Naufal melihat Salma yang masih mengarahkan pandangan nya kearah pintu cafe.
Kok kaya kenal ya? Tapi siapa?
Lihat rambut sama gaya nunduk nya kaya Pak Radito sih." Gapapa fal."
Salma kembali memfokuskan dirinya pada Naufal. Padahal hatinya masih ada 2 pertanyaan yang mengganjal. Pertama, siapa sosok lelaki tadi? Dan kedua, mengapa dirinya se-begitu kepo nya? Ah sudahlah.
-
Mereka memutuskan untuk duduk disebuah sofa yang berada di ujung cafe. Kali ini, mereka berpenampilan santai dengan setelah casual, kaos, jeans lengkap dengan sneakers. Bukan setelah formal jas serta tas laptop yang biasa ditenteng.
" Eh dit gue kepikiran acara seminar kemaren." Dava membuka pembicaraan. Sebetulnya ia berniat menanyakan hal ini tadi malam di hotel, tapi Radito dan Rio termasuk dirinya sudah terlanjur lelah dengan acara seharian kemarin.
Radito dan Rio masih asyik memainkan handphone nya.
" Kenapa?" Radito merespon tanpa mengalihkan pandangan nya dari layar handphone.
" Pak Iwan, dia sampe wa gue. Katanya kita sebagai tim narasumber, kenapa bisa maen ganti Pak Tian gitu aja."
Radito tertegun, menghentikan aktivitas nya sejenak.
Belum Radito menjawab, Rio sudah mendahului. " Ya bagus dong, artinya kita peka sama urgent yang terjadi."
" Tapi gaada masalah kan?" Radito mengerutkan kedua alis nya.
" Gaada, cuman nanya gitu doang tapi clear kok. Gue jawab aja kalo kalian -- maksud gue Salma dan lo itu udah kenal lama, pernah jadi clien lo." Jelas Dava sambil membuka icon whatsapp di handphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Workholic Lecturer
Teen FictionRadito Rama Wirayudha, seorang dosen sekaligus legal konsultan di perusahaan ternama yang sangat cinta akan profesi nya. Salma Putri Hadiwijaya, seorang mahasiswi pascasarjana sekaligus dosen tidak tetap alias diperbantukan di kampus almamater nya...