Aku menatap uluran tangannya dengan kosong dengan pikiranku yang mulai mencerna.
Oke. Menurut informasi yang didengar Zahir, aku dan Geofrey memang akan bertemu hari ini. Tapi, aku sama sekali tidak menyangka bahwa kami akan bertemu di sini. Dengan kondisi aku baru saja dilabrak oleh seorang lelaki bucin bodoh yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa pacarnya gadis ganjen kecentilan.
"Halo, Cailyn Allegra. Aku Geofrey Alexi. Salam kenal."
Mengangguk canggung, aku menggaruk tengkuk yang tak gatal dan menatap ke arah lain. Ketika ku lirik sedikit ke arahnya, dapat ku lihat ia memandang tangan yang ia ulurkan dengan tatapan kosong mengenaskan karena aku tak membalas uluran tangannya.
Anjir. Ngenes.
Aku menggigit bibir bawahku. Keheningan yang canggung ini sangat ku benci. Ayolah, Cailyn! Pikirkan topik yang tepat untuk dibahas agar bisa keluar dari kecanggungan mengerikan ini!
"Jadi, anu. Erm."
Ia menungguku melanjutkan perkataanku. Sedangkan kalimat yang ingin ku ucapkan terasa benar-benar sulit untuk dikeluarkan. Demi apapun, aku belum pernah secanggung ini berhadapan dengan seseorang.
Hm. Apa ini karena tubuhnya yang jangkung membuatku merasa terintimidasi?
"Kamu benar-benar cantik. Lebih cantik dari yang di foto. Dan lebih cantik lagi jika dilihat dari dekat seperti ini." Ucapnya dengan wajah tanpa dosa membuatku melongo.
Pemuda ini sedang menggodaku?
Aku tahu dia menyukaiku dan bahkan melamarku. Tapi, sungguh. Tidak sedikit pun aku mengira ia akan berani menggodaku di pertemuan pertama kami.
Ah. Kami sudah pernah bertemu minggu lalu walau aku tak yakin itu bisa disebut pertemuan yang wajar. Tapi, jika pertemuan itu ikut dihitung, maka ini pertemuan kedua, ya?
Bodo amat. Kami bahkan baru kali ini berkenalan secara langsung. Bukankah menggodaku saat ini terlalu cepat untuk dilakukan? Bahkam ia baru memperkenalkan diri tak sampai lima menit lalu.
Dasar lelaki jaman sekarang.
Aku memejamkan mata, mengatur ritme pernafasanku untuk meredakan gugup yang menguasaiku. Ketika ku buka mataku, ku beranikan diri menatap manik matanya yang berwarna biru jernih dengan sedikit warna kehijauan.
Harus ku akui. Itu warna mata yang indah.
Astaga, Cailyn!
Wahai diriku, tak bisakah aku lebih fokus lagi?!
"Geofrey, aku mau tanya."
"Ya?"
"Kenapa kamu bisa ada disini?"
Ia terkekeh kecil, membuatku mengernyit. Apa ada hal yang lucu?
"Aku sudah berencana bertemu denganmu hari ini. Tadinya, aku ingin menemuimu di kelas waktu pulang sekolah. Tapi, ada sedikit kendala dan aku lumayan terlambat. Ketika aku ke kelasmu, kamu tidak ada."
"Lalu?"
"Aku bertanya pada beberapa orang apa mereka melihatmu atau tidak. Jadi, mereka bilang kamu tadi pergi ke arah gedung belakang sekolah dengan beberapa laki-laki."
Menghela nafas, aku mengangguk paham. Ku tatap ia sekali lagi dan dapat ku lihat ia tampak sedikit merona.
Hm. Apa aku juga seperti itu ketika ditatap oleh Zahir?
Segera aku menggelengkan kepala. Apa sih yang sedang ku pikirkan?
"Cailyn, apa ada yang salah?" Tanya Geofrey khawatir membuatku membatin.
Bagus. Pasti aku sudah terlihat seperti orang aneh di depan orang yang menyukaiku karena tiba-tiba geleng-geleng kepala sendiri tanpa alasan.
"Ah, tidak ada yang salah. Hanya saja aku baru ingat aku harus segera ke tempat les." Kilahku membuatnya mengangguk-angguk. Hening lagi-lagi menyapa.
Sepertinya tidak ada lagi hal yang ingin ia bahas denganku.
Aku mengulum bibir, "Erm, aku mau ke kelas dulu buat ambil tas. Waktunya udah mepet banget. Jadi aku pergi dulu, ya. See you!"
Aku baru saja melangkah melewatinya, namun ia menahanku.
"Kamu mau pergi kemana?"
"Ke les." Jawabku singkat. Ia tampak terdiam sejenak sebelum membalas. "Oh. Les yang itu, ya?"
Aku hanya diam tak menjawab. Tapi, tak lama setelahnya, ia tersenyum padaku.
"Mau pergi bareng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
White Flag
Teen FictionFlying my white flag, I surrender. * Mungkin bagi kamu, Aku itu bagai udara. Aku ada di setiap detiknya untukmu. Selalu berada di dekatmu. Kamu pun membutuhkanku untuk hidup. Namun, kamu tak akan pernah menyadarinya. Menyadari tentang perasaanku. S...