Broken

656 78 5
                                    

Sesampainya di kedai ice cream, Prilly memesan terlebih dahulu, untuk dirinya dan Zara. Prilly mengedarkan pandangannya mencari sosok Ali.

"Eum, kita kesana aja ya, sayang?" tawar Prilly sambil menunjuk sebuah tempat yang jaraknya dekat dengan Ali, namun tidak terlihat. Zara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mas, nanti dianterin kesana ya?" Prilly menunjuk meja tadi, waiters itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu Prilly pun berjalan menuju meja itu, sambil menggendong Zara. Ia mendudukkan Zara di sebelahnya.

"Setelah ini, kamu boleh buat benci aku, kamu jauhin aku, kamu boleh maki aku, kamu boleh hi..." ucapan gadis itu terdengar jelas di indra pendengaran Prilly, ia melirik melalui ekor matanya begitu terkejutnya ketika melihat Ali memeluk gadis itu, Alinya memeluk gadis lain. Ia tau gadis itu, ia pernah melihatnya di buku Ali, buku diary Ali, dia Rara, mantan yang pernah diceritakan oleh Dava.

"Enough, pleases, i can't hear your story," ucapan Ali terdengar samar namun Prilly masih mendengarnya, ia berusaha menahan sudut matanya yang mulai berair, ia menahan hatinya untuk mendengarkan hingga tuntas.

"Ini pesanannya kak, semoga menikmati," ucap seorang waiters mengantarkan 2 ice cream berukuran sedang rasa vanilla dan coklat.

"Terima kasih," ujar Prilly singkat sambil tersenyum, waiters itu mengangguk kemudian pergi.

"Humm... Enak kak, Zala cuka," ucap Zara membuat Prilly terkekeh kecil.

"Aku kecewa sama kamu Li," batin Prilly ketika melihat Ali yang masih memeluk gadis itu. Melalui sudut ekor matanya, Prilly dapat melihat kalau gadis itu menangis, bukan menangis sesenggukan, tapi menangis dalam diam.

"Please, don't cry, it make me hurt." seperti ditusuk dengan berbagai ribuan jarum, itulah yang saat ini dirasakam oleh Prilly. Alinya mengatakan hal manis itu sambil menghapus air mata gadis itu. Prilly meremas bajunya kuat.

"Kamu tau? Sampe sekarang aku masih trauma, traumaku gak ilang, padahal Oma udah meninggal 1 tahun yang lalu, aku udah gak punya siapa-siapa Li, aku sendiri, sekarang siapa yang bakal ngilangin trauma aku? Sekarang siapa yang bakalan ada disamping aku saat trauma itu kambuh lagi, siapa Li?" gadis itu semakin terisak, kini hati Prilly semakin resah, takut Ali akan kembali.

"Hey? What do you say? You have me, you still have me, stop crying, okay? I will help you, and you are my priority, now."

JDUAR!

Bagai tersambar petir di siang bolong, perkaraan Ali sukses membuat tubuhnya menjadi kaku, Ali sukses menghancurkan hatinya, apa salahnya?

"And you are my priority"

"And you are my priority"

"And you are my priority"

Perkataan Ali terus mengiang di telinga Ali, tidak! Prilly tidak sanggup lagi, dia butuh sendiri.

"Sayang? Udah makannya?" tanya Prilly berusaha tersenyum, ia berusaha tegar. Zara mendongakkan kepalanya.

"Udah akak antik," jawab Zara singkat dengan wajah polos, Prilly tersenyum kecil kemudian mengajak Zara pulang, tak lupa Prilly meletakkan beberapa lembar uang di atas meja. Prilly keluar dari Kedai itu sambil menggendong Zara dengan langkah tergesa.

Tak lama Prilly sampai di mansion keluarga Ali, terlihat ada Karin yang sedang mengobrol dengan tetangga di depan gerbang.

"Ah iya, gak juga sih jeng," ucap Karin menepuk pelan wanita paruh baya didepannya.

"Ehm!" dehaman Prilly membuat mereka mengalihkan perhatian, mereka menoleh ke sumber suara.

"Eh, sayang, nah ini jeng Tara, calon mantu saya, yang saya ceritain tadi," ucap Karin merangkul Prilly, Prilly menatap Tara sambil tersenyum.

"Hallo, tante," sapa Prilly sambil mencium punggung tangan Tara.

"Wah, sopan banget sih jeng, cantik, manis, baik juga sama caloj adik iparnya," ucap Tara sambil tersenyum, sedangkan Prilly hanya tersenyum canggung.

"Iya dong, menantu saya gitu," ucap Karin dengan nada bercanda.

"Ehm, tante aku pamit pulang duku yah, soalnya ada perlu sama Papa," pamit Prilly sambil menyerahkan Zara.

"Lho? Kok buru-buru? Gak nunggu Ali, nak?" tanya Karin membuat Prilly tersenyum kikuk.

"Gak tan, aku naik taksi aja, soalnya tadi Papa juga dadakan, kalau nunggu Ali, nanti takutnya Papa nunggu lama," alibi Prilly menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Owh ya udah, hati-hati, maaf tante gak bisa nganter." Prilly hanya mengangguk dan bernafas lega. Tak lupa ia juga berpamitan dengan Tara, setelah itu Prilly pun berjalan keluar kompleks, ia menyetop sebuah taksi yang melaju ke arahnya.

"Ke jalan Mandarin, perumahan Vadra Indah blok C no 4 ya pak?" sopir taksi itu hanya mengangguk ramah ketika Prilly menyebutkan alamatnya.

---------------

Sebenernya belum selesai, tapi aku capek, besok aku up broken 2, besok yah;')

Yang siders, cepat tobat yah, sebelum kena Azab, we doain cepet kena Azab lho, wkwkwk....😂😂😂😂

Yang belum voment di part sebelumnya, voment dulu, hargailah karya author, pencet bintang gak bayar kok:')

Btw, jan lupa follow ig aku, @uzumasafira, biar update tentang cerita-cerita aku😊😊😊😊

See you next part😉😉

Sweet But a Little Psycho (COMPLETED✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang