Janji

687 80 4
                                    

"Yang tadi itu siapa Li?" tanya Rara memulai pembicaraan.

"Yang mana?" tanya Ali mengerutkan dahinya

"Yang cewek tadi."

Cukup lama Ali terdiam, ia memikirkan jawaban yang pas untuk kondisi sekarang ini.

"Sahabat aku."

💕💕💕

Ali menjawab dengan satu tarikan nafas, sekarang dia hanya berharap tidak ada yang mendengar percakapan mereka, terutama Prilly. Ali benar-benar tidak siap untuk kehilangan Prilly untuk sekarang ini.

"Kamu kenapa ngelamun sih, Li? Dari tadi aku panggil kamu gak jawab-jawab," ucap Ali menepuk pelan pundak Ali, membuat dirinya tersadar di dalam dunia nyata.

"Gakpapa, aku tinggal dulu ya?" pamit Ali memberikan senyum manisnya ketika mereka sudah sampai didepan ruang kepala sekolah, Rara mengangguk sebagai jawaban.

"Eh! Bentar li!" Rara mencekal lengan Ali, membuat dirinya mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju kelasnya. Ia menaikkan satu alisnya bertanya.

"Kamu di kelas berapa?"

"XII IPA 1," jawab Ali singkat, Rara mengangguk singkat, kemudian memasuki ruangan itu.

💕💕💕

"Yuk bang! Ke kelas," ajak Prilly memalingkan wajahnya dari Ali dan menarik Dava berjalan menyusuri koridor sekolah, tanpa memperdulikan teriakan demi teriakan dari Ali.

"Ly? Kamu gakpapa kan?" tanya Dava menatap Prilly khawatir.

"Emang Lily kenapa bang?" tanya Prilly seolah tak pernah terjadi apa-apa, dan itu semakin membuat Dava khawatir, dia menghembuskan nafasnya sejenak.

"Kalau kamu sakit atau sedih,  bilang sama abang, abang selalu ada buat kamu, jangan dipendem sendiri, nanti kamu tambah sakit," ucap Dava tersenyum getir. Ia mengacak rambut Prilly pelan sebelum berbelok ke arah tangga menuju kelasnya. Prilly menatap punggung Dava yang mulai menjauh.

"Maaf bang, Lily cuma gak mau ngebebanin abang, cukup Lily yang ngerasain sakit, abang jangan," guman Prilly sendu.

Prilly kemudian membalikkan badannya, ia kembali lagi menuju Ali, bukan untuk menyapa, tetapi untuk melihat, apa yang akan dia lakukan saat tidak ada dirinya.

Prilly melangkahkan kakinya pelan, ia mendengar suara samar-samar yang sangat ia kenal, siapa lagi kalau bukan Ali. Prilly segera bersembunyi di balik tembok itu.

"Yang tadi itu siapa Li?" tanya seorang gadis, yang ia yakini adalah Rara, ia memasang telinganya dengan seksama, tidak peduli dengan orang-orang yang melihatnya dengan pandangan kasian dan bertanya.

"Yang mana?"  itu suara Ali

"Yang cewek tadi."  Prilly memejamkan matanya untuk menguatkan jawaban apapun yang diberikan untuk Rara, cukup lama Ali terdiam, namun Prilly masih setia menunggu jawaban dari Ali.

"Sahabat aku."

Jduar!!

Seperti disambar petir di siang bolong, itulah yang saat ini Prilly rasakan, rasanya sangat sakit, walaupun mencoba untuk kuat, tapi dia gagal, air matanya mulai turun tanpa permisi. Tubuhnya mulai merosot ke lantai, ia sudah tak mempunyai tenaga lagi untuk sekedar menompang tubuhnya,  biarlah orang-orang memandang ia gila atau sebagainya, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia terisak, membuat orang-orang menatapnya miris.

Sweet But a Little Psycho (COMPLETED✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang