Terakhir Kali (1)

787 88 7
                                    

Tak butuh waktu lama untuk Ali sampai di rumah Jesa. Ia pun keluar dari kursi kemudi, untuk kemudian membopong Jesa.

"Ugh!" suara lengguhan dari mulut Jesa membuat Ali mengurungkan niatnya. Dengan gerakan perlahan Jesa membuka matanya dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat Ali di depannya. Jesa langsung duduk tegak.

"L-lo mau ngapain?" tanya Jesa gagu, jelas saja, Ali itu seorang psikopat, dia harus hati-hati, bisa saja ia akan membunuhnya, dan lebih parah lagi akan memutilasi tubuhnya.

"Gue bawa lo pulang, tadi lo pingsan," jawab Ali dengan wajah datarnya. Jesa mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Benar! Ini adalah rumahnya. Jesa menghela nafasnya lega. Namun, seketika ia tersentak saat mengingat sesuatu. Prilly!

"Li! Kita harus ke rumah sakit sekarang," ucap Jesa panik.

"Ganti dulu baju lo!" perintah Ali dianggki oleh Jesa. Tanpa menunggu lama, Jesa keluar dari mobil Ali, dan bergegas masuk ke rumahnya. 

Satu jam berlalu, Jesa keluar dengan celana jins robek di bagian lututnya dan kaos gombrong berwarna putih bertuliskan 'Naughty Girl' tak lupa juga rambutnya yang dikuncir asal dan tas slempang yang ia bawa.

"Udah makan? Kalo belum makan dulu, gue gak mau lo pingsan lagi, N-Y-U-S-A-H-I-N," ucap Ali menekankan kata terakhir disetiap hurufnya. Jesa memanyunkan bibirnya, kemudian berbalik, masuk lagi ke rumahnya, mengambil beberapa lembar roti kemudian keluar, dan langsung memasuki bangku di sebelah kemudi.

"Jalan!" perintah Jesa sambil melahap roti yang ada ditangannya. Ali mendengkus sebentar sebelum menjalankan mobilnya.

"Kalau terjadi apa-apa sama Prilly, gue gak akan maafin lo!" sarkas Jesa, setelah menghabiskan makanannya sambil menatap Ali horor.

"Iya," jawab Ali sekenanya.

"Lo itu cowok terbrengsek yang gue kenal, tau gak?!" sambung Jesa menatap Ali nyalang.

"Iya, gue tau," jawab Ali, suaranya mulai melemah.

"Kalau aja, Prilly gak ketemu lo, dia gak bakalan kek gini. Ini semua gara-gara lo dan cewek brengsek lo itu!! Seharusnya lo gak perlu masuk ke 'lingkungan' sahabat gue, kalau niat lo cuma mau bikin dia menderita!! Dan kalau aja cewek brengsek lo gak ke kamar mandi, pasti Prilly gak akan kek gini!!" Jesa mengeluarkan unek-uneknya, Ali hanya diam mendengarkan semuanya. Yang dikatakan Jesa emang benar. Ini semua karena dirinya. Lalu pantaskah dirinya untuk dimaafkan?

"Gak usah ngalamun lo! Gue belum mau mati!" sentak Jesa membuat Ali kembali ke dunia nyata. Ia melirik sebentar ke arah Jesa, sebelum fokusnya kembali untuk mengemudi.

Tak butuh waktu lama untuk Ali sampai di rumah sakit. Setelah memakirkan mobilnya, Ali dan Jesa pun bergegas turun.

"2 jam lagi, dia bertahan."  samar-samar Ali mendengar suara berat yang sepertinya seorang dokter. Ali dan Jesa me menghentikan langkahnya.

"Dok? Apa gak bisa memprediksi sampai kapan adik saya bisa bertahan?" Ali menahan nafasnya saat mendengar suara Dava

"Kalau itu, saya belum bisa memprediksi,"  Ali memejamkan matanya rapat-rapat. Ali tampak membulat sempurna kala Dava mengatakan kalimat selanjutnya. Ia bergegas untuk masuk ke ruangan.

"Ya udah dok, saya akan mencari pendonor darah yang sa..."

"Tunggu! Ambil punya saya aja dok, punya saya AB+." ucap Ali membuat semua orang menatapnya dengan pandangan berbeda-beda. Zeze bangkit dari duduknya, ia menghampiri Ali.

"Mau nyakitin Prilly lagi? Masih kurang yang ini?" tanya Zeze dengan muka datarnya. Ali menghembuskan nafasnya sejenak.

"Biarin gue nebus kesalahan gue dengan ini," lirih Ali memandang lantai.

"Kalau Prilly gak selamat, kepala lo jadi taruhannya," sambar Dava sebelum Zeze menjawabnya, Ali mendongakkan kepalanya cepat. Menatap Dava yang juga menatapnya tajam.

"Oke," final Ali

"Tapi, kami masih butuh satu lagi, masih kurang dua kantong lagi," ucap Sam menatap mereka satu ler satu.

"Ambil darah saya 4 kantong gakpapa dok," ucap Ali cepat membuat orang yang ada di ruangan itu menoleh kr arahnya  cepat.

"Tapi itu sangat beresiko, kamu bisa saja akan mengidap anemia," ucap Galih menatap Ali tak percaya.

"Saya terima resiko itu, yang terpenting sekarang adalah darah saya untuk Prilly," tegas Ali membuat Sam dan Galih kehilangan kata-kata. Mereka berdua pun menuntun Ali menuju ruang untuk pengambilan darah.

--------------------

Satu part lagi ending yah manteman😊😊😊

Sweet But a Little Psycho (COMPLETED✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang