20

673 64 8
                                    

untuk sesaat keluarga jaemin memutuskan untuk menenangkan diri masing-masing dengan cara berpisah tempat tinggal. glen dan jeje menetap di rumah neneknya, nana masih tetap menjaga rumahnya yang sekarang, dan jaemin entah pergi kemana.

sudah terhitung empat hari dan jeje masih tetap memilih untuk diam tanpa bertanya apapun ke neneknya, ia takut jika fakta yang ia dapatkan sekarang hanya lima persen dari total fakta yang terjadi. jika ditanya apakah jeje tidak siap untuk kecewa, jeje membenarkan pernyataan itu. tapi yang lebih ia takutkan sekarang adalah tentang masa depannya, takut jika suatu hari nanti ia akan bertemu dengan laki-laki seperti ayahnya.

jeje bahkan tidak menggubris pesan atau telepon dari haikal, takut jika haikal memakai nada tinggi walaupun mustahil terjadi. perlakuan jaemin dan nana sangat berdampak pada kondisi jeje saat ini, jeje menjadi sangat overthinking dan penakut. keadaannya semakin memburuk ketika kakak bundanya—minhyun datang ke rumah, bukannya berbicara dengan tenang ia malah berbicara tentang semua perilaku jelek jaemin. ntah minhyun ingat atau tidak, dinding rumah ini sama sekali tidak kedap suara.

"aku bilang juga apa ma, daridulu aku udah ngelarang nana nikah sama orang itu. tapi mama malah nangis-nangis, sekarang semua kena imbasnya kan."

"kecewa, dulu bona pernah baik sama dia."

sekiranya itu yang didengar jeje dan glen, tapi minhyun dan bona tetap menjaga dan memperlakukan anak-anak nana dengan baik. nana dilarang mamanya agar tidak berkunjung, mengingat sikap glen yang menjadi pemarah saat melihat salah satu dari orang tuanya.

"glen, lo masih sayang gue kan?"

"tentu. gua cuma punya lo je, gaada siapa-siapa lagi."

sekali lagi, mereka bersama untuk saling menjaga, menguatkan, dan mengisi kekosongan satu sama lain. besok mereka harus pergi ke sekolah karena maksimal izin hanya dua hari kecuali ada keterangan khusus. jadi, glen dan jeje berusaha untuk menetralkan kondisinya agar tidak tampak menyedihkan di depan teman-temannya.

"gue besok gak ada pr sama sekali, ulhar juga gak ada, tugas kosong. lo?" tanya jeje. glen mendongak sembari membaca group chat kelasnya, "kosong juga nih."

"lo masih kecewa?" tanya glen dengan hati-hati. jeje tersenyum, "tentu."

"kalo kecewa itu permanen, tapi kalo sedih itu sementara. gue udah lumayan fine kok walaupun masih belum bisa nerima semuanya, lo sendiri?" tanya jeje. "sama, gua mau ngomongin sesuatu, janji jangan over react ya?" kata glen was-was. "soal orang tua?" tanya jeje. glen mendesis, "kalo disuruh milih, lo pilih mereka tetap satu atau pisah?"

jeje menatap langit-langit kamarnya, seketika emosinya menjadi sangat sensitif. pipinya kini basah karena air mata, "kalo gue boleh pilih, gue mau mereka satu."

"gua belum pernah ngomong soal ini ke lo, jadi—"

"jangan diomongin." sahut jeje.

glen menghela nafasnya, "maaf."

...

"jeje!"

glen dan jeje menoleh, "gua tinggal? apa tetep disini?" tanya glen. "lo tinggal aja." jawab jeje. "gapapa?" tanya glen. jeje tersenyum, "gapapa kok, aman."

glen memeluk jeje sebentar sebelum ia benar-benar pergi dari sana. "kenapa gak bales semua kontak gue?" tanya haikal. "ada.. problem kak, gue perlu nenangin diri dulu." jawab jeje. "masalah apa?" tanya haikal. "family.." jawab jeje. haikal tersentak, "eh sorry je ya sumpah gak maksud sama sekali, maaf ya?"

jeje tersenyum kikuk, "iya kak, maaf ya gak bales kontak."

tangan haikal tergerak untuk mengelus puncak kepala jeje, "gapapa udah jangan mikirin gue, take your time ya. gue doain yang terbaik buat keluarga lo, jangan sedih-sedihan terus ya cantik."

dalam hati jeje ia merasakan hangat dan sakit secara bersamaan, perlakuan haikal membuatnya sedikit merasa aman dan tenang. namun di sisi lain jeje sadar kalau haikal itu juga laki-laki yang bisa melakukan apa yang dilakukan ayahnya.

"aku ke kelas dulu kak." pamit jeje dan segera berlari meninggalkan haikal.

"jEJE?! OH GOD! THANKYOU FOR BRING BACK MY JEJE! HUEEEEEE JEJE LO KEMANA AJAAAA?!" sambut zura pas liat jeje masuk kelas, gak lupa zura juga menyambut jeje dengan peluk hangatnya.

"gue kira lo gak bakal masuk huuuuuh, lo gapapa kan? ada yang sakit?" tanya zura heboh. jeje melepaskan dirinya dari peluk erat zura, "gue gapapa sumpaah."

zura kembali memeluk jeje dan berbisik, "gue tau, jangan marah ke glen karena dia cerita, dia cerita karena ini juga demi kebaikan lo sendiri. biar gue juga ikut ngeringanin masalah lo."

jeje menghembuskan nafas pelan lalu tertunduk di bahu zura, zura terus mengelus bahu jeje untuk menenangkannya. "dia ngomong semua?" tanya jeje. "glen bilang intinya aja, 'our family mad at each other and that make we leave from home for a while' gitu je." jawab zura.

setelah berbincang, mereka duduk di bangku dan mulai bercerita banyak hal. dari mulai kebosanan zura saat duduk sendirian hingga bercerita tentang kebisingan ares yang menjadi chairmate-nya dalam sehari. "terus ares sekarang kemana?" tanya jeje. zura mengedarkan pandangannya, "belum dateng kali."

hari ini berjalan baik bagi glen dan jeje, tidak ada siapa pun yang mengucapkan hal buruk kepada mereka. sampai akhirnya jam tujuh malam tiba, waktunya mereka pulang. glen mengendarai motornya lebih pelan tidak seperti biasanya, karena ia ingin lebih berlama-lama di jalan. jika ditanya apakah glen tidak betah di rumah neneknya, mungkin ia akan menjawab iya. karena sejujurnya glen tidak pernah menginap di luar rumah sekali pun, kecuali saat bermalam di hotel bersama teman-temannya saat rekreasi.

jeje juga belum terbiasa tinggal di tempat baru, apalagi dengan banyak orang di dalamnya. ia terus bertemu dengan tiga orang dewasa dan satu anak kecil yang selalu berisik di siang dan malam, sangat berbeda dengan kehidupannya yang dulu. hanya ada ayah, bunda, dan asisten rumah tangga yang hanya bicara saat perlu.

sejujurnya, jeje bertanya-tanya. mengapa kakak bundanya pulang? apakah ada hal besar yang akan terjadi?

...

glen membaca artikel di web google dengan serius, memahami semua kata-kata yang tertera dan menghembuskan nafas perlahan. usianya kini tujuh belas tahun, itu berarti ia masih di bawah delapan belas.

menurut artikel yang ia baca, hak asuh anak usia dibawah 18 tahun akan jatuh ke tangan ibu.

seketika ia kebingungan harus berkata apa, ia sangat membenci orang yang ia panggil 'bunda' selama 17 tahun ini. tapi setelah dipikir-pikir glen sadar jika ia masih mendapat informasi dari ayahnya hanya setengah, atau bahkan sepertiga. ia masih belum tau siapa yang lebih bersalah disini, setelah menimang-nimang ia akhirnya memberanikan diri untuk duduk di samping minhyun dan bertanya lebih jelas.

"om." sapa glen. minhyun menoleh, "hei, kenapa?"

"ceritanya mereka menikah gimana? ayah punya istri lebih dari satu kan?" tanya glen.

minhyun terdiam sebentar lalu tersenyum dan menepuk bahu laki-laki kecil di depannya, "jangan kaget ya."

glen memantapkan dirinya dan mengangguk. "zina diluar nikah, abis itu nikah, terus ada satu orang minta dinikahin sekalian, itu ibu kandungmu. setelah itu waktu akhir tahun sekolah pas sibuknya ujian kan, bundamu hamil tapi dia nganggep remeh kehamilannya sampe akhirnya keguguran. selesai wisuda, ibu kandungmu hamil kamu. terus beliau meninggal setelah ngelahirin kamu, jadi kamu diasuh sama bunda."

"satu orang minta dinikahin sekalian maksudnya gimana?" tanya jeje dari belakang. "jadi, ayahmu itu punya dua pacar dan dua-duanya pernah having sex." jawab minhyun tanpa ada beban.

"jadi menurut kalian, siapa yang patut dibenci?"

[2] Baby -  Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang