21

864 65 3
                                    

"kamu harusnya gak gini, hyun! mereka itu masih kaget sama yang kemarin, kok malah kamu kasih tau?! punya hati gak kamu?!" bentak mama ke minhyun. "terus kalo minhyun pendem sampe nanti, mau dipendem sampe kapan?" tanya minhyun. "nanti pasti ada waktunya! mereka itu masih kaget! belum pas waktunya!" bentak mama lagi.

"kalo dipendem terus-terusan, apa bedanya kita sama orang tua dia?"

mama mengepalkan tangannya menahan diri untuk tidak bermain tangan kepada putranya, "kamu tau apa soal masalah mereka? tau detailnya?". minhyun menggeleng, "gak sepenuhnya mungkin, minhyun bilang intinya aja."

"enteng ya kamu ngomong gitu? ini masalah rumah tangga hyun, kamu bisa gak berpikir jernih?"

"ma, ini menyangkut kebahagiaan adek aku. aku gak bisa sabar dan diem kaya gini terus-terusan."

mama menangkup wajahnya dan menangis di balik telapak tangannya, tidak sanggup merasakan rasa sakit seperti ini. rumah tangga putrinya lebih menyakitkan daripada rumah tangganya. rumah tangga yang dipegang teguh oleh separuh jiwa pasti akan roboh, tak peduli sekuat apapun pasti akan runtuh dalam waktu yang tidak bisa diprediksi.

"kalo gini caranya, nana harus pisah ma."

nana yang sedari tadi menahan isaknya di balik dinding ruang keluarga akhirnya bersuara, entah dari kapan dia berdiri di sana menyaksikan mama dan kakaknya bertengkar karena masalahnya.

nana menangis dengan sangat keras saat tubuh rapuhnya ditarik ke dalam pelukan mama dan minhyun. basah, sangat basah. pikirannya tidak dapat berjalan baik, rasa ingin segera mengakhiri ini semua selalu mendesaknya akhir-akhir ini. ia menginginkan kehidupan yang bahagia dan tenang dengan orang yang akan selalu bersedia membantunya berdiri bukan membiarkannya berdiri sendiri.

...

"lah kok balik?"

jaemin mendudukkan dirinya pasrah di sofa milik jeno, "nana disana, tapi lagi nangis. daripada gua makin ngerusak semuanya mending balik kan?"

jeno menggelengkan kepala lalu melanjutkan kegiatannya membaca majalah lifestyle yang membuatnya tampak awet muda karena selalu tersenyum saat melihat model-model cantik dan manis disana.

jaemin menoleh ke arah jeno, "gua liat-liat idup lu adem ayem aja anjing gaada pasangan."

jeno menoleh dan tersenyum, "dibawa enjoy aja lah, nikah itu bukan tujuan hidup, tapi pilihan. semua orang berhak nentuin jalan hidup masing-masing, salah satunya gak menikah dan hidup melajang."

"bilang aja gak ada calon." kata jaemin. "wesss enak aja lu, ponakan gua noh cakep bener anaknya xiyeon, ikut seneng gua berasa anak sendiri."

jaemin melengos dan menatap lampu di langit-langit, "lu yakin gak mau kesana lagi?" tanya jeno. "nanti aja lah." jawab jaemin. "biar cepet clear masalahnya, gedeg gua liat lo disini mulu kek tunawisma." kata jeno.

jaemin tertawa kecil, "seru ya kalo bicara gini."

"emang lu gak pernah bicara?" tanya jeno. "gak pernah kalo di rumah." jawab jaemin. "gua pulang, nana berangkat, anak-anak pulang sekolah langsung ke kamar. gua sama anak-anak berangkat, nana pulang. gitu terus tiap hari, jen." sambungnya.

"bahaya sih kalo kurang komunikasi." gumam jeno. "gak itu sih masalahnya, kaya gimana ye jen. gua sama nana ternyata sama-sama muak, tapi gua gak benci sama dia." kata jaemin.

[2] Baby -  Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang