13. Silver Chariot

194 18 4
                                    

Tiga hari telah berlalu, Kakyoin akhirnya sudah diperbolehkan pulang. Dia masih terkejut saat Jotaro memeluknya erat tepat setelah dia membuka mata. Masih teringat di benaknya bisikan lelaki bermata biru itu.

"Syukurlah... Maaf aku tidak bisa menjagamu... Untuk... Yang kedua kalinya"

Tentu saja gadis berambut merah cherry itu sangat bingung dan hanya membalas bisa pelukan Jotaro, namun karena terbawa suasana Kakyoin jadi ikut menangis.

"Tenang... Aku disini sekarang"

Baik Jotaro dan Kakyoin merasakan susuatu yang aneh, seperti rasa bahagia karena hampir kehilangan. Keduanya saling menitihkan air mata dalam pelukan.

Pelukan kerinduan.

Ya mungkin rindu adalah kata yang tepat kala itu.

**********

*TING TONG*

Suara bel rumah keluarga Joestar terdengar, Jotaro segera memeriksa.

Dibukanya pintu, ternyata itu Kakyoin.

"Hai selamat pagi Jojo" sapanya ramah.

"Pagi, ada apa??"

"Aku bawain cherry nih, aku masih berutang budi atas kebaikan kalian"

"Oke, masuklah" mereka berdua masuk dan menunju ruang tengah.

"Sepi banget... Joseph mana??"

"Di belakang bareng Avdol"

"Eh ada Avdol??"

"Dia bilang ada urusan"

"Ohh... ngomong-ngomong Jonathan mana??"

"Pergi pergi latihat sejak kau siuman. Dia belum kembali sampai sekarang"

"Latihan?? Kuharap dia baik-baik saja, para pelayan kemana??"

"Kebanyakan lagi ngambil cuti, sisanya mencar. Kau ini cerewet sekali!"

"Eh masa?? Maaf ya hahaha" tawa garing Kakyoin terdengar. Jotaro hanya diam. Seketika suasana jadi sunyi.

"Hei, Kakyoin" Jotaro memulai pembicaraan.

"Ya??"

"Bagaimana keadaan orang tuamu?? Apa yang kau bilang pada mereka??"

"Mereka baik-baik saja, justru mereka senang karena aku sudah tiga minggu ngak pulang. Yayasan Speedwagon membantuku dengan mengatakan bahwa semua ini adalah penculikan dan penganiayaan, beruntung mereka percaya"

"Ooh..." Balas Jotaro. Dia terdiam sebentar.

"Kakyoin, jangan bilang-bilang soal Dio pada siapapun termasuk Jonathan"

"Kenapa?" Jotaro agak ragu mengatakannya, tapi mau tak mau dia harus bilang. Dia menghela napas terlebih dulu.

"Dio itu saudara angkat kami, dan dia sangat dekat dengan Jonathan"

"A-APA!!?"

"Mengatakan bahwa Dio adalah dalang semua ini hanya akan melukai perasaannya. Paham?" Dia menatap lekat-lekat gadis itu, mata biru Jotaro dan mata violet Kakyoin saling beradu.

"Baiklah aku akan tutup mulut" suasana kembali hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Kakyoin yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu akhirnya memberanikan diri.

"Jojo... Boleh aku bertanya tentang... Sesuatu?" Dia membuang muka, berusaha agar Jotaro tidak melihat wajahnya yang kemerahan.

"Hmm?"

"I-itu... Saat aku baru siuman di rumah sakit... Kau bilang "tidak bisa menjagamu untuk yang kedua kalinya" apa maksudnya??" Kakyoin memberi jeda sebentar lalu kembali melanjutkan kalimatnya.

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang