23. Takdir

34 6 0
                                    

"Dio"

"Ada apa?"

"Maaf, boleh saya temani?"

"Duduklah"

"Terimakasih, apa yang sedang anda lakukan di tengah malam ini sendirian?"

"Tidak ada, hanya memikirkan beberapa hal. Aku ingin menanyakan sesuatu, Pucci"

"Apa itu?"

"Whitesnake bisa saja mengambil disc stand The World dan menggunakannya untuk menguasai dunia. Apa kau tidak tertarik?"

"Hal itu tidak pernah terbersit dalam pikiran saya sedikitpun. Saya menolong anda murni karena rasa hormat. Lagipula, saya ingin melihat takdir seperti apa yang akan anda temui"

...

...

"Maaf telah meragukanmu, Pucci. Karena aku sudah cukup yakin, boleh aku mengakui sesuatu?"

"Silahkan"

"Kurang lebih kau sudah tau mengenai aksiku yang turut menyeretmu dalam bahaya. Tapi, ada sesuatu"

"Ada apa?"

"Saat kecil aku hidup di lingkungan yang bahkan untuk bertahan hidup saja rasanya seperti di neraka, kukira memang begitulah cara kerja dunia. Namun, pandanganku berubah saat masuk ke keluarga Joestar. Cara hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang bertolak belakang dengan apa yang selama ini ku yakini, membuatku kesal dan muak. Jadi aku mencoba segala cara untuk merenggutnya dan menunjukkan bahwa dunia tidak seperti yang mereka pikir. Kemudian, aku menyadari sesuatu. Hari itu untuk pertama kalinya Jonathan memandangku dengan tatapan marah dan dingin membunuh. Sesaat aku berfikir... Apa ini yang ku inginkan sejak awal?"

"Saya juga tidak yakin Dio, hanya anda yang tau jawabannya. Namun, mungkinkah itu... Cinta?"

"Cinta?"

"Seperti tetesan air yang terus menerus jatuh menembus kerasnya batu. Sama halnya dengan cinta, walau sedikit namun lambat laun cinta itu menembus ke hati paling keras sekalipun. Sebuah cinta yang tulus dan tak mengharapkan balasan dari seseorang. Hal tersebut dapat diraih ketika seseorang mencapai surga"

"Yang benar saja? Aku tidak membutuhkan hal bodoh semacam itu bahkan ketika aku mencapai surga!"

.....

.....

"Hei, Pucci"

"Ya"

"Jika Tuhan atau Dewa memang ada. Apa dia akan mengampuni ku? Apa aku berhak memasuki Surga-Nya?"

"Tentu saja iya... Dio"

**********

Seminggu telah berlalu setelah pertarungan terakhir Joestar melawan Dio. Kakyoin sudah sembuh total berkat dokter terbaik dari yayasan Speedwagon dan dibantu hamon milik Caesar. Sejak saat itu Caesar sering berkunjung ke kediaman Joestar.

Hari ini Jonathan berada di ruang kerja yang sebelumnya milik almarhum sang ayah. Masih memikirkan pertengkarannya dengan Jotaro lima hari lalu. Teringat dengan jelas bagaimana Jotaro sangat marah hingga menarik kerah baju Jonathan kuat-kuat.

"Sadar Jonathan, Dio sekarang adalah musuh! Kita harus membunuhnya sekarang!"

"Tidak, Jotaro... Meski begitu--"

"Dio itu ingin membunuh kita! MEMBUNUHMU! DIA BUKAN BAGIAN DARI KELUARGA INI LAGI!"

Dan akhirnya Jotaro tidak mau bicara padanya.

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang