21. The World (1)

33 4 0
                                    

"Hhhhh sial... Sangat gelap dan mencekam, tak kusangka ada wanita yang betah tinggal disini!" Keluh Hol Horse, ia sedang menuju perpustakaan pribadi tempat Dio biasa menghabiskan kebanyakan waktu.

"Apa yang kau... Inginkan?" Suara Dio mengagetkan Hol Horse.

"Tuan Dio..." Hol Horse terengah-engah

"Astaga suaranya itu, membuatku kaget saja! Tenang Hol Horse... Tenanglah. Dia cuma wanita biasa... Dia cuma lebih kuat dariku sedikit... Mungkin?"

"Kutanya sekali lagi, apa yang kau inginkan Hol Horse?" Tanya Dio yang masih memeriksa rak buku besar disana.

"Eh... Ah i-iya... Aku ingin melapor bahwa Tarkus dan Brufford telah tewas lalu The Pillar Gang juga sudah dikalahkan... Kemungkinan para Joestar itu sedang menuju kemari. I-itu saja"

"Lalu...? Bagaimana denganmu, Hol Horse? Apa kau akan bertarung melawan mereka untukku? Siapa saja bisa memberi laporan padaku" Dio berbalik dan menatap tajam lelaki itu, sangat mematikan.

"Segera bunuh mereka untukku" Dio menepuk bahu Hol Horse lalu pergi keluar.

"Oh iya satu hal, buang kalung palsu ini jauh-jauh" Dio melempar kalung berbatu merah delima ke Hol Horse lalu benar-benar pergi.

"B-brengsek... Perasaan apa ini... Takut? Tidak mungkin! Aku tidak bersumpah setia dan menjual jiwaku seperti Terence D'arby dan Vanilla Ice. Aku melayaninya karena aku sangat menghormati wanita, apalagi wanita karismatik seperti Tuan Dio... Hhhhh... Keparat, aku bahkan kalah sebelum melawan! S-sudahlah, akan kubuang kalung ini terlebih dahulu"

**********

Jam menunjukkan pukul 11 malam. Jotaro bersama Kakyoin, Avdol, dan Polnareff pergi menuju lokasi yang dikirimkan Joseph.

"Kalian berdua payah! Bisa-bisanya aku yang menyetir... Seharusnya kan ini tugas kalian para lelaki!" protes Polnareff. Avdol yang duduk di samping Polnareff terdiam.

Sementara itu di bangku belakang Kakyoin merasa gugup lalu diam-diam mencoba untuk menggenggam tangan Jotaro. Namun suara Polnareff menghentikannya.

"Kita sudah sampai" Polnareff memarkirkan mobil, mereka turun dan menuju gedung tua yang diselimuti aura kegelapan itu.

*KREAK*

Gerbang depan gedung itu terbuka sendiri, seperti mempersilahkan mereka masuk.

"Hati-hati mungkin ada perangkap atau musuh yang siap menyerang!" -Avdol

"Aku akan maju!" -Jotaro

Jotaro maju perlahan diikuti yang lainnya. Mereka memasuki area halaman yang luas terawat dan dipenuhi bunga mawar nan indah.

Pintu masuk bangunan itu terbuka. Di dalam sangat gelap dan tidak terlihat apapun.

"Pintunya terbuka. Kita masuk saja?" -Polnareff

"Tunggu kita tidak boleh bertindak gegabah!" -Avdol

"Tapi diam di tempat tidak akan membawa kita kemanapun!" Jotaro masuk. Kakyoin langsung merasakan sesuatu.

"Ada yang datang!" -Kakyoin

"Dimana?" Baru saja Jotaro bertanya tiba-tiba lilin seisi bangunan menyala, pintu depan juga tertutup sendiri.

"Selamat datang di rumah tuan Dio" -Terence

"Siapa mereka?" -Avdol

"Seingatku, itu... Terence D'arby dan Vanilla Ice... Kaki tangan setia Dio!" -Kakyoin

"Sebelum kalian menghadapi tuan Dio, langkahi dulu mayat--" -Vanilla Ice

"HALAH BACOT!" Jotaro langsung menghajar dua lelaki itu dengan tangan kosong sampai babak belur.

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang