15. Ucapan Selamat Tinggal

221 21 16
                                    

Author's note:

WARNING! chapter ini agak sedikit mengandung konten NSFW 18++ Mohon kebijaksanaan dalam membaca. Oke selamat membaca👍

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

*A few days later*
.

.

.

.

*UWOOHH*

"OVERDRIVE!"

"Bagus Jojo, hamonmu mulai berkembang dengan baik!"

.

.

.

.

"Ini latihan pertama kalian! "Hell Climb Pillar". Panjatlah menara berminyak ini dengan hamon atau kalian akan mati membusuk! Dan yang paling penting, TIDAK BOLEH ADA BENTUK KECURANGAN!"

"CIH, DASAR JALANG BRENGSEK!"

"Panjat aja atau lu bakal mati disini!"

"Huh, gw juga tahu kalo itu!"

.

.

.

.

"Apa ada perkembangan?"

"Maaf tuan Joestar, sayangnya tidak"

"Yare yare daze, tetap teruskan dan perluas jangkauan pencarian"

"Baik"

**********

"Jojo kau sudah berlatih keras hari ini, istirahatlah sejenak"

"Tidak pak, latihanku masih belum cukup untuk mengalahkan dua kesatria legendaris itu. Aku ha--"

"Jojo, istirahat juga perlu untuk memulihkan tenagamu. Kau bisa mati kehabisan nafas jika memaksakan diri"

"B-baik" Jonathan duduk di bawah pohon disamping pak Zeppeli.

"Jadi bagaimana perasaanmu setelah berlatih selama ini"

"Aku merasa jauh lebih kuat dari sebelumnya. Kali ini aku yakin bisa melindungi keluarga serta orang-orang terdekatku"

"Hmm... Begitu rupanya" angin sejuk bertiup lembut diantara panas terik. Disaat itu pula Speedwagon dan Erina datang menghampiri mereka

"Heeei... Joestar-san...!"

"Wah kalian, ada apa kemari?"

"Aku dan Erina kebetulan ingin melihatmu berlatih"

"Aku juga telah membuatkan makan siang untuk kita makan bersama"

"Terima kasih Erina atas makanannya, dan kamu juga Speedwagon"

"Sama-sama, ayo mari kita makan"

Mereka menggeral tikar dan makan seperti sedang piknik, mereka berbincang dan bercanda gurau seakan-akan ancaman dari sang pembunuh tidak pernah ada. Beban di pundak Jonathan hilang seketika.

Mereka banyak membicarakan soal masa lalu mereka saat masih bersekolah, terutama Speedwagon yang bersemangat membicarakan betapa populernya Jonathan dulu. Erina yang sedari tadi menyimak hanya tersenyum dan kadang tertawa kecil.

Erina, lagi-lagi tiap Jonathan melihat gadis itu perasaan rindu akan sosok saudari angkatnya kembali menyeruak. Dia membayangkan Jika Dio ada disini bersama mereka sambil tertawa bahagia, pasti akan sangat menyenangkan.

"Dimana Dio di saat-saat sulit seperti ini?"

"Mengapa Dio seolah-olah menghindar dariku?"

Dio dan Tiga Pangeran |Jojo's Bizzare Adventure Genderbent Fanfic|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang