31. Berjumpa kembali.

13K 1.1K 11
                                    

~🌹~

Malamnya mereka berlima berangkat bersama dengan menggunakan mobil Bagas, mereka masing masing menggunakan jaket hitam.

"Gila gak sih keren banget kita anjay!" celetuk Saga yang melihat penampilan teman temannya.

"Kitanya keren elunya doang yang norak!" cetus Bagas membuat yang lain menahan tawa.

"Yeee, gak gitu juga kali"

"Udah diem" tegur Kay yang duduk disamping Aron yang sedang mengemudi.

"Elu si.."

Perjalanannya memakan waktu dua sampai tiga jam, tak terasa mereka sudah hampir sampai didepan gerbang pertama.

"Di sini ada tiga puluh penjaga" celetuk Aron tiba tiba.

"Ga." Kayden memberi kode pada Saga.

"Oke, liat Saga beraksi ya" Saga membuka jendela bagian atas mobil dan memunculkan kepalanya disana ia juga membawa tembakan khusus untuk menembakan gas tidur pada penjaga didepan gerbang.

"Kok ada tembaknya ga?" tanya Bagas.

"Ya lo pikir gw mau tempelin gas tidur ini dimana kalo jaraknya jauh gini, persiapan gw udah mateng bro. Gw punya alat khusus soal barang barang gw" ucap Saga kembali duduk dikursinya.

"Udah aman" tiba tiba Rava bersuara saat melihat penjaga didepan gerbang sudah terkapar ditanah.

"Turun, nanti kita manjat temboknya, trus atur formasi sesuai tempat mereka, tempelin atau tembak gas tidurnya " jelas Kayden.

"Ngerti pak!"

Mereka berlima turun masing masing dan memakai sarung tangan tentakel yang sebelumnya sudah dibagikan oleh Rava.

"Wow, tinggi bro ini gak bisa ngerangkak kita mah" celetuk Aron.

"Kita manjat anjrit bukan merangkak" balas Bagas.

"Astofirullahalazim, jangan biasa ngomong kasar, tadi ada sholat gak?" tanya Aron yang memang pada dasarnya taat agama, sudah lah taat agama, mempunyai otak cerdas, plus ganteng pula.

"Kayak situ gak pernah keceplosan aja" sinis Bagas.

"Mau sampe kapan beradu mulut disana?" teriak Saga yang sudah berada diatas tembok kastil yang cukup tinggi itu bersama dengan Kay dan Rava yang sudah berjalan kesisi lain tembok kastil untuk menempel dan menyebarkan gas tidur.

"Jangan lupa pake maskernya, entar kehirup tepar lu pada" ucap Saga pada kedua temannya. Kay dan Rava hanya memberikam kode 👌 dengan jarinya.

"Cepetan" ucap Saga pada dua orang lainnya yang sedang memanjat dinding kastil ini.

Saat sudah sampai diatas, mereka masing masing mengambil posisi dan menyebarkan gas tidur itu hingga para penjaga penjaga itu tertidur.

"Masih ada banyak dilantai bawah, juga didalam dan gerbang belakang, Ar lo sama gw, Bagas urus yang didalam, Rava lo dilantai bawah, Saga ke gerbang belakang, siap?" jelas Kayden.

"Siap " jawab mereka serempak.

"Oke, let's go" mereka mulai berpencar dengan cepat namun tidak terdengar, tidak ada yang menyadari bahwa ada seseorang yang mengawasi mereka dari puncak kastil, tidak ada yang sadar selain Kayden.

Mereka berlima beraksi dengan tugasnya masing masing, tidak perlu mengumpulkan pasukan untuk saling baku hantam dan perang menggunakan senjata, mereka berlima cukup untuk menyelesaikan masalahnya tanpa pertumpahan darah.

Bagas berjalan cepat dan hati hati memasuki bagian dalam kastil, ia menempelkan tabung kecil berisi gas tidur itu disetiap sudut dinding. Setelah itu ia mengundang perhatian orang orang yang ada didalam untuk melewati ruangan yang sudah ia pasangkan dengan gas tidur tadi.

"Hah, beres"

Begitu juga dengan Rava dan Saga yang sedang melakukan tugasnya masing masing.

Aron dan Kay sedang berjalan menyusuri setiap lorong dari kastil ini, Kay menghentikan langkah Aron saat melihat seseorang lewat dan langsung menembakan gas tidur.

"Huft" Aron menghela nafas sambil mengelus dadanya.

"On, lu pergi ke kamarnya tempat Alisya disekap terus buka kode kuncinya tunggu gw, gw mau kebagian atas kastil dulu" ujar Kayden sembari menepuk pundak Aron.

"Iya, tapi jangan panggil gw on juga kali, emangnya gw oon?" ketus Aron pada Kay yang sudah berjalan menjauh.

Kayden menaiki satu persatu anak tangga menuju kebagian paling atas kastil, saat sudah sampai disana Kay melihat seorang pria yang sedang membelakanginya.

"Kenapa lo biarin kita masuk begitu aja?" Tanya Kay yang merasa aneh dengan ketia gangster satu ini.

Pria itu berbalik menatap Kayden dengan mata beningnya. "Lo mau ambil milik lo kan, ya ambil aja, milik lo gak mau bertukar tuan sama gw, gw gak punya kuasa atas itu, lo cuma perlu tumbangin anak buah gw, gw gak akan campur tangan" jelas Raven.

"Gw harap lo gak ngelakuin hal yang iya iya lagi" Kay lagi kembali menatap garang wajah yang tak kalah tampan didepannya ini.

"Hah...buat apa, toh orang yang jadi alasan gw begini udah jadi milik orang lain" Raven berjalan mendekat pada Kay.

"Tapi gw pengen banget, hajar orang yang udah bikin Alisya hamil" Raven melayangkan bogeman mentah pada Kay yang berhasil mengenai pipinya.

"Kenapa, harus Alisya !" Raven mencengkram kerah jaket hitam milik Kay. Kay tak melawan, ia terima satu pukulan itu.

"Lo tau, susah payah gw capai semua ini, buat Alisya" Suara dalam Raven seakan menekan Kay.

"Gw minta maaf, tapi Alisya milik gw sekarang" balas Kayden dengan nada dinginnya.

"Aahhhh..." Raven berteriak kesal dan kembali melayangkan tinjunya, Kayden tak mau kalah ia juga menyerang Raven, terjadi lah baku hantam disana dimana dua anak adam sedang meluap kan emosi masing masing, Kay dan Raven yang sudah babak belur tidak menghentikan aktivitas mereka, malahan semakin terkena pukulan semakin panas pula mereka ingin membalas.

"Akh" Kay jatuh terduduk diatap kastil ia meludah darah yang memenuhi indra pengecapnya.

"Hah...hah..." Raven memegangi kedua lututnya dengan nafas memburu, ia juga ikut duduk disana dan meludah kesembarang arah.

"Pergi sana" dengus Raven seperti anak kecil.

"Gw juga bakal pergi" balas Kay.

"Pergi, temui Alisya sekarang, sebelum gw berubah pikiran"

Kay berdiri dan menyeka sudut bibirnya. "Suatu hari, pasti lo temuin orang lebih baik dari Alisya" ujar Kay lalu berbalik pergi.

"Hah, gak usah sok kasih saran lo" balas Raven yang menerima kibasan tangan dari Kay, ia tahu Kay adalah tipekal orang cuek sama dengan dirinya, tapi ia percayakan Alisya pada Kay, karena Raven yakin Kay pasti akan menjaga Alisya dengan baik.

Sementara itu didalam kamar Alisya yang baru selesai menunaikan Sholat malam berdoa pada Tuhan semoga Kay cepat datang dan menyelamatkannya.

Seakan doa itu dikabulkan, sekarang ini Kay sudah berada disamping Aron yang sedang mencoba membuka kode pintu itu, dan Yap !. Pintu pun terbuka.

Alisya tidak memperdulikan pintu yang berbunyi itu karena ia meyakini itu adalah Raven tanpa ia tau itu sebenarnya adalah Kayden.

Kay melihat Alisya yang sedang mengusap wajahnya setelah selesai berdoa, ia rindu pemandangan ini, tanpa sadar ia tersenyum.

Kakinya melangkah mendekati Alisya, saat sudah berada tepat disampingnya Kay memanggil nama Alisya.

"Alisya..." panggil Kay pelan, mata Alisya membeliak, suara ini suara yang hampir seminggu ini tidak ia dengar, Tuhan mengabulkan doa nya secepat itu.

Alisya mendongak melihat orang yang memanggilnya tadi, sosok ini, bau ini, pria tampan dan keren didepannya ini. Alisya langsung berdiri dan berhambur kedalam pelukan Kayden.

Young Mom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang