"Uhuk..uhuk" Toni terbangun diruangan serba gelap itu, ia terikat dengan keadaan duduk bersila diatas lantai tanpa alas. Toni melihat sekelilingnya, tiba tiba lampu hidup, menampakan lima pria yang sedang duduk dengan megahnya diatas sofa putih bak seorang anak raja dengan latar ungu.
"Hah...para tuan muda..." Toni berdecih, ia ingat saat ia bertengkar dengan Saga dan jatuh pingsan. Sekarang ia yakin bahwa ia sedang berada disebuah club.
"Hah para tuan muda, apaan, lo bikin masalah apa sih sama ni dua orang?" celetuk Aron yang menirukan gaya bicara Toni diawal.
"Lu tau gak, kalo kita gagal keren gara gara omongan lo?" bisik Saga pelan.
"Seingat gw, gw gak ada masalah sama ka-"
"Seingat gw lo punya masalah sama gw" Kay memotong ucapan Toni.
"Oh..apa itu?" tanya Toni dengan sangat berani, membuat Kay geram.
"Lo pukul Alisya kan" Kay menatap nyalang Toni.
"Dia nya aja yang muncul tiba tiba, gw kan mau pukulin pacar gw" jelas Toni tenang
"Brengsek lo, udah gw bilang kan jangan ganggu Lusi lagi!" Sarkas Saga.
"Heh..apa masalahnya sama lo"
"Dasar cowok pesakitan, gak ada otak gak punya hati, lo udah nyakitin orang terus lo tanya apa salahnya?, ada ya orang kayak lo" sarkas Bagas.
"Lo mau apa, pukul gw?, pukul aja sampe mati sekalian" Toni makin memprovokasi lima pria ini.
"Bosen hidup lo ya" Saga ingin bangkit tapi ditahan oleh Kay.
"Iya" jawab Toni tenang.
"Bosen hidup ya?" Kay mendekat pada Toni dan mengangkat dagunya kasar.
"Udah bosen hidup kan, gw akan bikin hidup lo supaya gak bosan bosan amat" Kay tersenyum dan meletakan jari jemarinya dihidung Toni."Ini gak apa apa?" bisik Aron pada Rava yang dijawab anggukan oleh Rava.
"Emang kita bisa bikin dia berenti?" tanya Rava balik, benar juga apa yang dikatakan Rava, jika Kay sudah melakukannya akan sulit menghentikannya.
"Lo mau cium bau darah gak" Jari jemari Kay mengapit hidung Toni, lalu sejurus kemudian Kay memberikan bogeman mentah pada wajah Toni membuat hidungnya mengeluarkan darah.
"Masih berani gangguin Alisya sama temennya?" Kay beralih memegangi tangan kanan Toni.
"Mau tau gimana rasa patahnya semua jari lo oh atau gak gw copotin aja kuku jari lo satu persatu ya" ucap Kay lagi, Toni sudah berkeringat dingin, ia menjauhkan tangannya dari Kay.
"Kenapa..takut, sini bukannya lo sering pukulin orang" Kay kembali menampilkan senyum yang membuat Toni seakan berhenti bernapas.
"Enggak enggak, gw gak bakal ganggu Lusi lagi " jawab Toni ketakutan.
"Kemarin juga bilangnya gitu, ya nggak ga?" tanya Kay pada Saga.
"Iya, sini yok kita bikin tato" Saga mulai duduk lesehan didepan Toni sambil memperlihatkan pisau kecil.
"Pertama kita lukis dulu gambarnya dikulit lo pake pisau ukir, terus nanti gw tuangin getah jambu monyet diluka ukir lo, mau?"
"Enggak, gw janji gak bakal ganggu Lusi lagi" jawab Toni ketakutan.
"Kalau gitu, nyerahin diri kepolisi mau kan?" tanya Rava.
"Iya iya, gw bakal pergi sekarang ke kantor polisi, tapi lepasin gw dulu" Toni benar benar terlihat ketakutan.
"Nah, nanti kalo lo gak ada dikantor polisi, kita bikin tatonya ya" Saga melepas ikatan talinya dan membiarkan Toni berlari berjalan keluar.
"Udah kelar, gw yakin dia beneran kekantor polisi" Rava duduk bersender seraya bermain ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Narrativa generaleHarap bersabar ya untuk beberapa part yang hilang, penulis sedang merevisi ulang semuanya 🌻🌻 karena sebuah kecelakan yang tidak disengaja terjadi di pesta ulang tahun. Alisya kehilangan sesuatu yang sangat ia jaga-jaga dari dulu. siapa sangka kece...