24. Bantuan Alisya

19K 1.2K 18
                                    

"Gimana soal penyelidikan pembunuhan waktu itu, lancar?" tanya Rava tiba tiba membuat semua orang terdiam.

"Yang mana?" tanya Kay, karena ia sudah sangat banyak menyelidiki kasus pembunuhan sebelumnya.

"Yang baru baru ini" tidak ada yang mencela omongan mereka berdua, semua yang ada diruangan memperhatikannya dengan seksama.

"Ooh itu, anaknya gak bersalah, pelaku sebenarnya adalah ayahnya, yang melaporkan kasus itu, dia membunuh istrinya karena ketawan selingku." jelas Kay sambil memakan camilan.

"Saran gw sih Kay, lo mending sekarang hati hati deh, soalnya pria yang bernama Edi dan sekarang udah masuk penjara itu, salah satu tangan kanan dari gengster yang berbahaya dikota ini lo tau kan" jelas Rava yang khawatir pada temannya ini.

"Iya, tenang aja papa gw gak bakal diganggu, rumah papa gw ada penjagaan yang ketat"

"Gw gak bicara soal papa lo, tapi elu" jelas Rava, Kay menaikan sebelah alisnya tanda bertanya.

"Iya, kan yang jadi detektif disemua kasus papa lo itu elo, hati hati. Mungkin orang belum kenal detektif Valeryan. Tapi mereka gak mungkin jadi gengster hebat tanpa seorang hacker dan pembunuh handal" terang Rava lagi.

"Makasih sarannya" Kay menepuk pundak Rava dua kali.

"Tapi Kay, gw juga satu pemikiran sama Rava, lo tau gak sebelum pak tua itu jadi klien ayah lu, dia juga pernah jadi klien salah satu pengacara gitu, dan tiba tiba pengacara itu hilang, tanpa jejak sampe sekarang" sambung Bagas.

"Kok lu tau?" tanya Kay, yang memang sudah mengetahuinya lebih dulu.

"Gw liat komputernya Aron pas lagi dirumahnya" jawab Bagas.

"Kok gw gak tau apa apa?" tanya Saga yang tiba tiba berceletuk.

"Lu mah tau nya, pasien yang gangguan mental, luka, demam, darah tinggi, yang kayak ginian tau apa lo" sahut Bagas yang membuat yang lainnya tertawa. Iya, Saga adalah anak dari doktor, ayahnya doktor dan ibunya seorang psikiater.

"Parah banget sih mulut lo, orang tua lu seorang motivator padahal kok bisa anaknya kek gini" balas Saga pada Bagas.

"Udah udah, gak baik saling hina" lerai Alisya.

🌳🌳🌳

Jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas tetapi Alisya belum juga tidur, setelah teman temannya pulang saat sudah selesai makan siang, Alisya mulai menidurkan Senja dan membantu mengerjakan tugas Kay yang sudah menggunung.

Ia sempat istirahat saat Senja menangis tadi, lalu setelah menyusinya dan menidurkannya kembali, Alisya kembali mengerjakan tugas Kay yang belum selesai.

"Permisi non, mbak bawain susu anget ini buat non" Uci memasuki ruangan kerja Kay dan meletakan satu gelas susu hangat dimeja Alisya, dan satu gelasnya lagi dimeja kerja Kay.

"Iya makasih mbak" ujar Alisya sambil tersenyum dan meminum susunya.

"Sama sama non, mbak permisi dulu" Uci berjalan keluar dari ruang kerja Kay.

"Mbak, bibi masih jagain Senja?" tanya Alisya saat Uci sudah berada diambang pintu. Iya Senja memang selalu dijaga oleh Bibi saat Alisya sedang pergi atau tidak bersama Senja.

"Masih non"

"Kalo kalian mau tidur duluan, tidur aja mbak, gak apa apa" ucap Alisya.

"Gak non, kasian tuan muda ditinggal sendiri, kami juga belum ngantuk kok, yaudah mbak permisi dulu ya non" Alisya mengangguk mengiyakan ucapan Uci.

"Kak, masih lama tugasnya ?" tanya Alisya yang memeperhatikan Kay yang sangat fokus pada layar komputernya.

"Ha, ini udah selesai" Kay melepas kaca mata radiasinya dan memijit pangkal hidungnya, ia pusing melihat ganbaran gambaran penuh darah dari balik komputernya, iya dia masih menangani kasus pembunuhan lainnya setelah kasus sebelumnya.

Young Mom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang