2 - Sprite and Pond

22.6K 1.6K 68
                                    

Menurut Sprite-dan setiap kali menyebut namanya aku otomatis haus-club terbesar di Sukhumvit ada di Soi¹ 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut Sprite-dan setiap kali menyebut namanya aku otomatis haus-club terbesar di Sukhumvit ada di Soi¹ 13. Jadi di sinilah kami sekarang.

"Itu bohong, Tara! Dia hanya ingin melihat para penari lelaki yang tampan-tampan di sini!" seru Pond teman dekat Sprite.

Oh, mereka berdua tidak perlu khawatir terjebak friendzone seperti kisah Alex dan Quinna, sekalipun berlawanan jenis kelamin. Karena mereka berdua, no, sekarang kami bertiga, sama-sama pecinta lelaki, yang tampan tentunya.

Well, aku memang sudah menyiapkan diri juga, kalau di sini akan bertemu banyak kaum gay. Dan Pond adalah lelaki gay pertama yang kutemui. Oh my God, tabahkan hatiku. Kenapa lelaki seganteng Pond, harus gay, sih?

Fokus Tara, kamu di sini untuk mencari Alex. Tidak usah memedulikan preferensi seksual orang lain. Yang pasti aku bersyukur Sprite bukan lesbian atau bahkan biseksual. Kalau sampai iya, tawarannya untuk tinggal bareng pasti langsung kutolak mentah-mentah.

"Aku cinta, secinta-cintanya dengan benda yang dibawa-bawa pria bernama pen--"

Spontan aku membungkam mulutnya dengan telapak tangan, sebelum dia menyebut kata sakral itu, saat menjelaskan perihal preferensinya.

Yess, di sini memang tidak ada yang tabu, jadi kusebut saja itu kata sakral.

"TMI², Sprite! Shut up!" Entah kenapa mudah sekali akrab dengannya. Kami tidak merasa canggung sama sekali. Bahkan dia malah tertawa lebar setelah hardikanku tadi.

"Why, are you afraid of that word?"

Ya, bukan takut juga sih. Tapi di Surabaya orang tidak main menyebutkan alat kelamin seenaknya.

"It's not like that, just ...."

"Jadi, biasakan! Penis!"

"Sprite!" Aku berteriak dan melotot tajam padanya, sementara dia makin terbahak melihat reaksiku. Astaga, kenapa aku harus bertemu minuman soda berperisa yang bisa bicara kotor begini, sih?

Kembali ke tujuanku, aku langsung melesat ke arah di mana bar berada. Butuh beberapa saat untuk mencapainya, karena ramai pengunjung. Sesampai di bar pun aku tidak bisa langsung bertanya-tanya karena semua stools di depan meja bar penuh, bahkan di sela-selanya juga terisi manusia. Oh my ....

"Mana fotonya?"

Sempat terkejut, aku menengok ke samping dan ternyata Pond yang bicara terlalu dekat di telingaku. Tapi seandainya tidak sedekat itu mungkin tidak bakal terdengar juga. Karena dentuman musik di ruangan ini terlalu memekakkan telinga.

"Foto apa?" balasku sembari berteriak. Nah kan, ternyata kalau tidak saling bicara di dekat telinga lawan bicara, refleks suara yang kita produksi adalah teriakan.

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang