16 - A Trial? What?

6.2K 1K 48
                                    

"Tara, Quinna ...."

"Alex?!" seruku bersamaan dengan Khun August. Kami bertiga pun saling berpandangan heran.

Bukannya melanjutkan perkataannya, Alex masih saja tertegun sambil menatap ke arahku dan Khun August bergantian.

"Lex, kenapa, tadi kamu bilang Quinna ... kenapa dengan Quinna?" Pertanyaanku akhirnya menyadarkannya, "Kenapa?" ulangku.

"Umh itu ...," Alex pun turun dari motor dan bergerak mendekatiku. Kulihat dia sempat melirik sekali lagi pada Khun August, tapi kemudian berkata, "lo udah hubungin Quinna?"

Bela-belain datang ke sini cuma buat bertanya tentang Quinna? Kukira dia tanya alamat tempat tinggal dan akhirnya muncul di sini karena mau kasih kesempatan ke aku. Tapi, masih tentang Quinna nih jadinya?

"Sudah, tapi HP-nya mati dan belum ada balasan." Sengaja kujawab dengan nada sinis.

"Dia sebelumnya ada chat lo?"

"Iya, tapi nggak ada yang penting. Cuma nanya aku di mana dan keadaanku aja." Mungkin sudah saatnya aku menyerah soal Alex, sampai sekarang pun, jelas yang ada di otaknya hanya Quinna.

"Coba baca ini," sambung Alex sambil menyodorkan ponsel miliknya, yang layarnya menampakkan pesan-pesan dari Quinna.

Ini maksudnya apa? "Lex, ini Quinna—"

"Dia nggak bilang apa-apa sama lo?"

Aku hanya menggeleng lalu mataku kembali menekuni pesan-pesan dari Quinna. Lalu, di mana aku selama Quinna membutuhkanku.

"What's wrong?" tanya Khun August padaku, ketika mata kami bersitatap, tampak jelas tersirat kekhawatirannya di sana. Orang ini baik, harusnya lebih mudah jika yang kusukai adalah dia, bukan? Namun, tidak begitu adanya. Sama seperti Alex yang di otaknya hanya ada Quinna, itu pula yang terjadi padaku. Hubungan kami seperti lingkaran setan saja.

Oh ayolah Tara, sekarang bukan saatnya berpikir tentang perasaanmu, ini Quinna! "Temanku, kau tahu bukan, Quinna yang pernah kuceritakan?"

Khun August mengangguk cepat. "Kenapa dia?"

"Dia ...," aku menoleh ke arah Alex yang memperhatikan interaksiku dengan Khun August, "sepertinya aku harus kembali ke Indonesia, Khun."

"What?!" Khun August terkejut mendengar ucapanku.

Akan tetapi, sebelum aku menjawabnya, Alex sudah lebih dulu menyelaku, "Tara, gue udah telepon Elang ...." Aku masih menunggunya melanjutkan cerita, tapi dia hanya menggeleng. Maksudnya apa?

"Jadi?"

"Sebaiknya nggak usah pulang—"

"Tapi ...."

***TRD***

"Kalau kau mau pulang ke Surabaya, pulang saja dulu, Tara." Malamnya Khun August masih menyempatkan menelepon, walau dia sedang menghabiskan waktu bersama keluarganya.

"Maksudnya aku tetap harus kembali ke sini? Dan kalaupun kembali ke Indonesia, sepertinya aku harus ke Jakarta dulu."

"Karena Quinna? Dan kontrakmu belum habis, jadi iya harus kembali."

"Apa itu bukan akal-akalanmu saja karena masih ingin bertemu denganku lagi?"

Dia pun tergelak di ujung telepon, mendengar pertanyaanku. "Memangnya kau tidak ingin bertemu denganku lagi, Khun?"

Aku mengedikkan bahu. Bodohnya, mana bisa dia melihat, Tara. Namun, aku tidak ingin menjawab.

"Pulanglah, jika harus pulang. Nanti, aku akan bicarakan dengan Win soal kontrak kerjamu dan lainnya," lanjutnya lagi setelah tidak mendapat jawaban apa pun dariku.

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang