11 - Quarrel

7K 1K 62
                                    

"Lex, sorry telat, ada kerjaan tambahan tadi," ucapku setelah memasuki cafe tempat kami janjian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lex, sorry telat, ada kerjaan tambahan tadi," ucapku setelah memasuki cafe tempat kami janjian.

"Its okay, santai aja, duduk," balasnya mempersilakan aku duduk di seberangnya lalu menyodorkan buku menu padaku.

"Apa yang enak di sini?" gumamku.

"Caramel moccacino?" tanyanya, rupanya mendengar gumamanku.

"Memangnya ada? Ini, kok nggak ada ya di menu?" Aku pun bertanya balik sambil mataku masih menyusuri deretan menu itu.

"Ada ... dah sini," ucapnya menarik kembali buku menu dari tanganku. Aku juga senang rupanya dia masih mengingat minuman favoritku.

"Kok masih ingat minuman kesukaanku?"

"Yang satu caramel moccacino, yang satu lagi caramel machiato, mudah untuk mengingat minuman favorit kalian." Jawaban yang malah terdengar sedikit menyakitkan buatku. Tentu saja dia mengingatnya karena minuman yang kusuka mirip dengan Quinna hanya beda belakangnya saja.

Tersenyum kecut aku pun menimpali, "Aku sempat GR kupikir karena kamu benar-benar ingat minuman kesukaanku."

Dia pun tampak terkejut dengan komentarku barusan, lalu seperti memikirkan sesuatu. "Oh ... itu." Hanya itu balasannya, bahkan tak berniat menyanggah untuk sekedar menyenangkanku.

Ah, lagi pula aku siapa, yang harus dia jaga perasaannya? Aku kan cuma salah satu fans bucinnya. Sabar Tara, yang kuat, jangan baper!

"Eh, jadi gimana ceritanya kok bisa ada di Bangkok? Sampai kerja di sini pula?"

"Lho, semalam bukannya sudah dikasih tahu sama Khun August, kalau aku ke sini cari kamu?"

"Wait a minute, lo ke sini nyari gue sambil kerja, bukan sebaliknya?"

"Ck ... Alex, aku sama Quinna panik nyariin kamu begitu tahu kamu hilang. Kamu ... kenapa jadi labil gini sih, Lex?"

"Tara, tunggu deh, lo ke sini nyari gue? Lo tau dari mana gue di Bangkok? Terus tempat kerja gue, sama kuliah—"

"Aku tahu dari Tante Rannia, yup, your mom. Well, bukan aku sih yang nanya, tapi Quin—"

"Mama nggak tahu aku kerja di mana." Kali ini ganti dia yang memotong ucapanku.

"Ya memang, aku tahunya kamu kerja di Bangkok as bartender, so ...."

"Jadi kamu nyari aku keliling Bangkok, ke club-club malam, gitu?"

Aku mengangguk menjawabnya walau sedikit ragu.

"Udah berapa club yang kamu datangi?" lanjutnya malah jadi kaya aku yang diintrogasi.

"Hmm ... lumayan sih, aku udah di sini dua bulanan—"

"What the f ... lo tu udah gila atau apa, ya? Terus kuliah lo gimana? Kalau gue nggak ketemu juga gimana?"

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang