10 - Complicated Thing Called Love

7.7K 1K 47
                                    

Dengan terpaksa, aku pun mengikuti Khun August

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan terpaksa, aku pun mengikuti Khun August. Aku bahkan tidak berani menoleh pada Pond ketika melewatinya tadi. Padahal, salahku apa?

Aduh! Gara-gara adegan film laga, aku sampai lupa memberi tahu Sprite kalau aku sudah menemukan Alex, kan!

Sesampai di parkiran kutarik lengan Khun August. "Khun, kurasa kau juga harus ke dokter."

Lagi-lagi dia hanya menggeleng lalu mengatakan, "Ada first aid kit di mobilku."

Ah, ya sudahlah bukan urusanku juga. Tapi, penasaran juga sih, sebenarnya apa yang mereka ributkan tadi?

Khun August membuka pintu mobil di sisi penumpang dan menarik kotak P3K yang dimaksud dari laci dashboard, lalu mengambil alkohol dan duduk di kursi mobil.

Dia menelengkan kepala dan mencondongkan badan sedikit ke depan dan mulai meraba lukanya.

"Here, let me help," tawarku seraya mengambil botol alkohol itu dari tangannya, "apa yang harus kulakukan?"

Bukannya menjawab dia malah tertawa kecil. "Sini biar aku sendiri." Tangannya bergerak mau mengambil botol yang sudah berpindah tangan, tapi kuangkat tanganku lebih tinggi.

"Ck, cepat beri tahu aku harus apa!"

Akhirnya dia menyerah dan memberi tahuku untuk menyiramkan alkohol ke lukanya. Dia terlihat meringis menahan sakit. Aku pun mencabut beberapa tisu untuk membersihkan tetesan alkohol yang mengalir ke lehernya.

"Sebenarnya, tadi itu masalahnya apa, Khun?" tanyaku pada akhirnya karena tidak kuat menahan rasa ingin tahu. Aku mengambil obat antiseptik yang botolnya berwarna kuning seperti yang banyak beredar di Indonesia. Hanya saja kemasannya berbeda walaupun mereknya sama. Di sini botolnya gepeng. "Ini tidak apa-apa ya kalau kena rambutmu, Khun?"

"Mai pen rai krap," jawabnya.

Maka aku pun langsung menetesi luka itu dengan antiseptik sambil menepuk pelan menggunakan kasa agar cairan tidak meluber ke mana-mana.

"Win, mengencani istri orang tadi."

"What?!"

"Aw! Khun!"

"Sorry ... sorry."

Aku terlalu keras menekan lukanya lantaran terkejut dengan pernyataannya barusan. "Aku tidak menyangka Khun Win seperti itu." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, meskipun tanganku tetap meneruskan tugas menjadi perawat dadakan ini.

"Dia tidak tahu, karena perempuan itu agresif dan mengatakan kalau dia belum menikah. Kalau tahu, Win pasti tidak melakukannya," terangnya, memberi pembelaan untuk Khun Win.

"Tetap saja Khun Win salah, kalau saja dia menghentikan mengencani wanita-wanita secara random, hal ini kan tidak perlu terjadi." Khun August diam saja mendengar penuturanku, sepertinya dia setuju dengan pendapat itu. "Apa kau tidak bisa menasihatinya, Khun?" Kutanyakan itu sembari merapikan kotak P3K lalu bersandar di sisi mobil.

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang