Nyatanya setelah beberapa hari tetap saja Alex belum memberi tanda-tanda akan memberiku kesempatan untuk dekat dengannya. Tidak ada satu pun pesan chat masuk, apalagi panggilan telepon.
Jujur, tangan ini sudah gatal sekali menekan layar ponsel untuk mengetikkan pesan untuknya. Atau mungkin menghubungi lebih dulu. Bahkan tidak jarang kaki bersiap mengayunkan langkah menuju Marriot Surawongse. Namun, kali ini aku bertahan.
Bukankah aku sudah berjanji kalau aku akan menunggu? Aku berniat membuktikan kalau aku bisa menunggunya.
Kuambil ponsel lamaku, waktu itu aku bilang akan menghubungi Quinna, tapi sampai hari ini belum juga kulakukan.
Kunyalakan ponsel itu, aku menduga pasti banyak pesan masuk darinya. Namun, ternyata tidak banyak pesan berupa text yang masuk, yang banyak adalah pesan suara.
Quinna:
Tara, kenapa km ikutan ngilang?Apa km sudah menemukan Alex?
Tara, banyak hal yg mau aku ceritakan, tapi intinya, dmnpun kalian berada, semoga kalian bahagia
Maafin aku ya, kalau pernah ada salah
I love u, girl!
Ya Tuhan, apa yang sudah kulakukan? Mengabaikan sahabat sendiri. Tanpa kusadari setetes air mata membasahi pipi.
Kuputar satu demi satu pesan suara, dan mendengarnya dengan seksama. Aku pun tak kuasa menahan desakan air mata yang berebut untuk kutumpahkan. Aku merindukannya!
Segera kutekan tombol panggilan melalui aplikasi WhatsApp ke Quinna. Hanya memanggil, tak juga berubah menjadi dering. Akhirnya kucoba sekali lagi melalui panggilan biasa dengan nomor Thailand, rupanya nomornya tidak aktif.
Berpikir sejenak akhirnya aku pun meninggalkan pesan bahwa Alex telah kutemukan. Hanya itu sementara yang kuberitahu, sambil menunggu Quinna mengaktifkan lagi ponselnya.
"Hei, kau kenapa? Kenapa wajahmu, kau menangis?" Sprite bertanya dengan nada panik, padahal kami masih di kantor. Mengundang beberapa kolega ikut menoleh memperhatikan kami.
Segera kuhapus sisa-sisa air mata dari wajahku. Sprite yang masih khawatir dan mungkin menunggu jawabanku, menyeret salah satu kursi yang kosong dan duduk sangat dekat denganku.
"Ada apa? Alex?"
Aku pun tersenyum sambil menggeleng, lalu menceritakan betapa teganya aku mengabaikan sahabatku sendiri selama beberapa bulan tinggal di sini. "I miss her, tapi teleponnya tidak aktif, membuatku semakin sedih dan kecewa pada diri sendiri."
Sprite mengangguk kecil. "Dia pasti baik-baik saja, mungkin ganti nomor? Kenapa tidak coba hubungi kerabatnya, tunangannya mungkin?"
"Kau benar, akan kucoba kirim chat pada tunangannya, semoga saja dia menjawab." Beberapa saat menunggu balasan tak kunjung datang dari Arkana, akhirnya kuletakkan ponsel.
Mungkin masih sibuk, bukankah dia seorang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Akut (Completed) ✔
ChickLit- Pilihan Editor Wattpad HQ Mei 2022 - Reading List April 2022 @WattpadRomanceID kategori Dangerous Love - - Reading List Cerita Pilihan Bulan Mei @WattpadChicklitID - Banyak yang bilang aku bucin, budak cinta. Karena, aku sampai jauh-jauh ngejar c...