5 - Club to Club

10.1K 1.2K 40
                                    

Jangan lupa kalau suka divote, komen dan share ya.

"Katanya dia bekerja di club ini," ucap Pond sambil menggandeng tanganku masuk ke dalam sebuah club yang entah apa namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya dia bekerja di club ini," ucap Pond sambil menggandeng tanganku masuk ke dalam sebuah club yang entah apa namanya. Aku sudah tidak merasa canggung lagi diseret-seret Pond seperti ini. Dia sudah memperlakukanku sama seperti dia memperlakukan Sprite.

Kami bersemangat, aku terutama, terburu-buru ingin segera mencapai area bar. Berharap Alex betul ada di sana nantinya.

Ada yang berbeda dengan suasana di dalam club yang ini dibandingkan dengan club-club yang sebelumnya kami datangi. Yang ini tidak mempunyai lampu disko, digantikan dengan neon-neon ungu dan pink, di beberapa titik. Sofa-sofanya dilengkapi bantal-bantal dengan sarung bulu, dan entah kenapa ada banyak syal bulu bertebaran di mana-mana. Suasananya pun terkesan lebih feminin.

Kutarik pelan tangan Pond sambil masih menoleh ke sekitar kami. "Tempat apa ini?"

"Maksudnya?"

"Club ini berbeda dengan yang biasanya." Mataku masih berkeliaran melihat suasana dalam keremangan lampu neon yang membuat semua lebih romantis. Ish apaan sih, aku langsung melepas gandengan tangan dengan Pond, yang juga langsung kaget dengan tindakanku.

"Ini club ladyboy," jawab Pond santai sembari memasukkan tangannya yang tadi menggandengku ke saku celananya.

What?! Ladyboy maksudnya ini club waria gitu? Oh my ... oh my. Masa si Alex kerja di tempat seperti ini, sih?

Sampai di bar, Pond langsung bertanya-tanya soal Alex, sementara aku mengedarkan pandangan ke beberapa bartender lain, juga pada pelayan di club ini, siapa tahu saja mataku bisa menangkap sosok Alex.

"Dia sudah resign," kata Pond menerjemahkan hasil investigasinya.

"Hah? Tapi, maksudnya dia benar pernah kerja di sini?" Pond mengangguk. "Di club ladyboy?!" pekikku.

Kulihat bartender di seberang meja bar melirikku sepintas, begitu pula Pond yang seperti biasa mengeluarkan senyuman miring khas Pond. "Sorry," ucapku lirih takut menyinggung para pekerja di sini.

"Dua minggu lalu dia resign, dan katanya sekarang dia bekerja di rooftop bar. Aku sudah dapat nomornya, kau mau coba telepon?" Wah, benar-benar tidak sia-sia mengenal Pond, dia baik banget.

Kusambar kertas bertuliskan deretan angka itu dan segera kupindahkan nomor yang tertera ke ponselku. Voicemail, tidak tersambung. Pond tidak percaya dan mengambil ponselku, bahkan mencoba sekali lagi menggunakan ponsel miliknya, tetap sama, nihil.

Pond kembali memanggil bartender yang tadi berbagi informasi dengannya. Aku tidak memedulikan interaksi mereka, toh aku tidak paham sepatah kata pun, kecuali chai, chai, mai chai.

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang