22 - I'm Not Okay

7K 1.1K 63
                                    

Sudah lama sejak terakhir kali kuinjakkan kaki di Jakarta ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lama sejak terakhir kali kuinjakkan kaki di Jakarta ini. Seharusnya aku bisa ke sini lebih cepat, tapi ternyata keinginan tidak selalu berjalan sesuai rencana.

Mama harus menjalani operasi miom, yang sekaligus operasi pengangkatan rahim. Rupanya sudah lama Mama menyimpan soal sakitnya, terutama saat aku masih di Thailand, tidak ingin membuatku khawatir, katanya. Syukurlah semua baik-baik saja sekarang dan akhirnya aku bisa melanjutkan acara ketemuan dengan Elang.

Tapi kenapa ketemuannya harus di hotel, ya?

"Kak Tara, sori ... lama ya nunggunya?"

Wah, ini Elang? Well, ini bukan pertemuan pertama kami, tapi perasaan Elang dulu tidak setinggi dan seganteng ini deh. Atau mungkin, karena dulu aku terlalu dibutakan dan fokus hanya pada Alex, jadi cowok lain terlihat seperti butiran debu.

"Hei, Elang! Nggak kok, baru sampe juga. Udah lama ya sejak terakhir ketemu?" Aku berdiri dan sempat menyalaminya sekedar basa-basi sebelum pembahasan topik utama kami-kakaknya.

"Ya ... more than two years I guess. Kak Tara apa kabar, kapan balik dari Bangkok?"

Again, obrolan basa-basi masih berlanjut. Kujelaskan padanya kalau aku memang sudah kembali sebulan lalu, tapi terpaksa menunda keberangkatan ke Jakarta karena kondisi Mama. Sedangkan Elang memberitahukan alasan meminta bertemu di Pullman Hotel, karena dia sedang menjalani internship di hotel ini.

"Berarti ini jam makan siang kamu dong? Kamunya udah makan belum?"

"Santai, Kak ... aman. Eh, Kak Tara sendiri udah lunch belum, atau mau ke kantin karyawan aja?"

"Nggak usah, gampang nanti. Yang lebih penting sekarang, aku mau tahu dari awal ... semua yang aku terlewat, please Elang kasih tahu aku ...."

Lalu bergulirlah cerita tentang sahabat yang lama kuabaikan. Dengan egoisnya, aku malah sibuk ngejar-ngejar cowok. Belum lagi, aku juga sempat menyalahkan dia atas kepergian Alex, walau tidak secara langsung tuduhan itu kuungkap pada Quinna, tapi dengan tidak mengacuhkannya, bahkan tidak memberitahu kalau aku menggunakan nomor lain selama di Thailand enggak jauh beda, sama buruknya.

Teman macam apa aku ini, yang bahkan tidak tahu saat temannya kesulitan, padahal dulu aku yang memaksa Quinna untuk menerimaku sebagai temannya. Dia yang awalnya sibuk menghindari siapa pun dan lebih suka sendiri, akhirnya membuka hati, tapi apa yang kulakukan kini?

"Jadi sampai sekarang kami masih terus berusaha ...." Perkataan Elang menyadarkanku dari lamunan akan kenangan pertemananku dengan kakaknya.

"Bagaimana saat pertama kali dia tahu?" Tanpa sadar suaraku pun mulai gemetar.

"Bisa Kakak tebak, awalnya emosi, tentu saja ... siapa pun yang ada di posisi Kak Quinna pasti akan bereaksi sama, bahkan kalau itu aku bisa jadi malah lebih parah!"

Bucin Akut (Completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang