"Sung! Cepetan turun...!! Sarapan! Lama banget sih, pake bajunya,".
"Iya, iya... Bentaran,".
Malas mendengar omelan Bunda dari lantai bawah terus-menerus, Jisung pun menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Bahkan melewati beberapa anak tangga agar segera tiba dibawah. Dan ketika tersisa 2 anak tangga lagi, keberuntungan tidak berpihak kepada Jisung. Manusia berpipi chubby itu tersandung kakinya sendiri sehingga dirinya hampir saja mendarat dengan tidak elite diatas lantai. Syukur refleks Jisung tidak buruk-buruk amat. Jadi dia bisa menahan dirinya sendiri agar tidak jatuh.
Jisung menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada yang melihat adegan hampir jatuh tadi. Tidak ada orang disekitar Jisung. Hanya ada Hyunjin yang berada jauh didepannya sedang mengobrol dengan Bunda. Jisung yakin 99% Hyunjin tidak melihat dirinya hampir jatuh. Karena laki-laki kelebihan kalsium itu wajahnya flat-flat saja. Kalau Hyunjin melihat adegan tadi, pasti dia sudah menertawai Jisung.
Jisung berjalan ke dapur dengan tenang. Dan benar saja, Hyunjin sepertinya tidak sadar. Karena sampai Jisung mendudukkan dirinya disamping Hyunjin, laki-laki itu tampak cuek-cuek saja.
"Sung! Ini roti bakarnya ambil!".
Jisung bangkit dari kursi makannya.
Baru saja Jisung ingin melangkahkan kakinya untuk menghampiri Bunda di dapur, tubuhnya sudah membeku. Bagaimana tidak, disampingnya Hyunjin mengatakan dengan santai, "Gue liat ya, kalo tadi lo hampir nyusruk,".
Tanpa merespon dengan apa-apa, Jisung langsung menghampiri Bunda. Jisung malu, bos.
"Itu susunya minum, Sung. Hyunjin udah minum susunya tadi. Rotinya belum jadi semua. Bentar, ya,".
Jisung mengangguk-angguk saja walaupun dalam hati ingin sekali protes. Tadi dirinya kan, dipanggil untuk roti. Kenapa sekarang malah minum susu?
Dia pun mulai meminum susu rasa cokelat itu dengan perlahan. Menikmati rasa susu hangat yang manis itu.
Tapi sepertinya pagi ini acara minum susu cokelat Jisung tidak bisa berjalan dengan mulus. Karena sekarang sudah ada Hyunjin didepannya. Menarik tengkuk Jisung lalu mencium bibirnya.
"Manis," Gumam Hyunjin didepan bibir Jisung.
Mata Jisung membola dengan sempurna. "Ada Bunda, Jin!".
Hyunjin terkekeh lalu kembali ke meja makan tanpa mengatakan apa-apa. Takut diamuk dia tuh.
Jisung beruntung, tapi juga tidak beruntung. Dia beruntung karena Bunda tidak melihat adegan tadi. Benar-benar tidak melihatnya karena sedang sibuk menyusun roti. Dan dia juga tidak beruntung karena Hyunjin mengambil jatah susu cokelatnya dari ciuman tadi.
Tapi, Jisung sudah terlanjur kesal. Dengan langkah yang dihentak-hentakkan dengan cukup keras, dia meninggalkan dapur. Jisung tidak berhenti di ruang makan juga. Manusia berponi itu terus berjalan menuju ruang tamu.
"Jisung berangkatnya naik StopJek aja, Bun! Jisung berangkat!".
Dan, BLAM! Jisung menutup pintu rumahnya dengan cukup keras.
Ditempatnya, Hyunjin terdiam sesaat. Berusaha memproses apa yang sedang terjadi, lalu tersenyum saat sadar kalau Jisung marah dengannya.
"Jisung! Kamu belum sarapan, loh! Terus Hyunjin nya gimana? Kamu kan berangkat sama dia, Sung!".
Sebenarnya, percuma saja Bunda mengatakan seperti itu. Toh, Jisung tidak mungkin mendengar itu. Dia sekarang sudah berada didepan pagar rumahnya, sedang mengorder StopJek. Mana mungkin mendengar omelan Bunda dari dapur.
"Nggak papa, Bun. Nanti Jisung biar sarapan di jalan aja sama Hyunjin. Berangkat ya, Bun," Kata Hyunjin sambil mencium tangan Bunda Jisung.
"Iya. Hati-hati, ya. Jangan lupa Jisung nya disuruh sarapan. Anak itu biasanya makannya satu ember, sekarang cuma minum susu satu gelas. Bunda takut dia kenapa-kenapa,".
Hyunjin mengangguk dan cepat-cepat keluar dari rumah. Takut kalau abang StopJek nya sudah sampai.
"Sung! Ayo! Nanti telat, ini senin,".
"Nggak. Lo berangkat sendiri aja. Gue naik StopJek. Lumayan pagi-pagi bisa ngebantuin orang kerja,".
Paham kalau Jisung sedang merajuk, Hyunjin pun menghampiri Jisung. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Jisung dan mengecup pipi gembil itu berkali-kali. "Sorry, hun. Lain kali gue nggak gitu lagi. Berangkat sama gue, ya?".
Jisung diam.
"Ya? Berangkat sama gue, ya?" Ulang Hyunjin.
"Abang StopJeknya gimana?".
Hyunjin tersenyum lalu menggenggam tangan mungil Jisung. Menuntun yang lebih kecil menuju motor hitamnya. "Cancel aja. Jangan lupa minta maaf. Ayo cepet! Hari ini upacara,".
Yang Hyunjin tidak tau, Jisung sebenarnya meninggalkan rumah bukan karena marah atau kesal. Dia hanya ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan sempurna karena takut diledek oleh Hyunjin habis-habisan.
---
12 July 2020
With Luv,
Felly, yang lagi kesel karena harus ngetik ulang chapter ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Manis [HyunSung]
Fanfiction[END] Ini tentang Hyunjin, Jisung, dan segala tingkah 'terlalu manis' mereka. 'Lo tau apa persamaan Hyunjin-Jisung sama teh yang kebanyakan gula? Sama-sama terlalu manis dan bikin eneg'-Felix --- I try to make this as fluffy, or maybe cheesy as poss...