"Hiks... Jinnie...".
Felix memeluk Jisung sambil mengusap-usap punggung Jisung. Berusaha menenangkan Jisung yang sedari tadi hanya meracaukan nama Hyunjin. Tidak, Hyunjin bukan mabuk. Dia 'hanya' demam tinggi.
"Sung, minum obat dulu, ya? Biar panasnya cepet turun," Bujuk Felix.
Jisung menggeleng, masih terisak. "Nggak mau... Hiks... Maunya Jinnie,".
Felix menoleh kearah Chris, yang juga ikut bersamanya menjenguk Jisung. Dia menatap Chris seolah bertanya apa yang harus ia lakukan. Dan anggukan dari Chris membuatnya yakin untuk menelpon Hyunjin, memintanya untuk datang dan menemani Jisung.
Bundanya Jisung dari tadi pagi sudah berusaha meminumkan Jisung obat, tapi Jisung hanya diam. Sampai akhirnya Felix datang sepulang sekolah karena ditelpon oleh Bunda, dan tangisan Jisung pun langsung pecah. Tapi tetap saja, yang Jisung mau itu Hyunjin. Jadi obatnya masih belum mau diminum.
Felix mencoba menelpon Hyunjin lagi, karena tadi tidak kunjung diangkat. Setelah nada panggil yang keempat, telpon pun diangkat. "Halo?".
"Hyunjin! Lo dimana?".
"Ini gue di pinggir jalan. Kenapa?".
"Di pinggir jalan? Ngapain?".
"Mau nganter Ryujin, tapi lo nelpon-nelpon. Ya gue berenti di pinggir jalan, lah!".
"Oh, yaudah,".
"Lo kenapa nelpon gue?".
"Nggak papa. Nggak jadi. Udah sono anterin aja. Bhay!".
Dan percakapan yang tidak berfaedah itu berakhir sampai disitu saja.
"Dia nya nggak bisa, Chan," Kata Felix lirih. Takut kalau Jisung mendengarnya.
"Kenapa?".
"Lagi nganter Ryujin,".
Chris tersenyum miris melihat Jisung yang masih menangis sesenggukan dengan wajah yang merah dan rambut yang berantakan. Tersenyum miris mengingat Hyunjin yang seharian ini mungkin belum berpikir tentang Jisung. Jisung hari ini tidak masuk sekolah saja Hyunjin belum tentu sadar.
Chris akhirnya turun tangan. Dia menghampiri Jisung lalu merapikan surai cokelat Jisung. "Sung, minum obat dulu, ya? Kalau lo udah minum obat, Hyunjin baru mau dating,".
"Hiks... Beneran?".
Chris mengagguk sambil meminta maaf dalam hati.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, Jisung meminum obat itu. Tak lama, Jisung pun jatuh tertidur. Obat-obat seperti itu memang selalu membuat mengantuk, kan? Apalagi Jisung sudah menangis setengah jam.
Felix menatap kasihan kearah Jisung yang sudah tertidur dengan pulas. "Maafin gue sama Kak Chan, Sung... Hyunjin mungkin nggak bakal datang deket-deket ini, kecuali di mimpi. Get well soon...".
Chris merangkul pundak Felix, lalu menggiringnya keluar kamar. "Kak... Tolong tonjokin Hyunjin, dong. Buat Jisung sama Felix," Pinta Felix.
Chris tertawa kecil. "Nggak bisa gitu, lah, bae... Dari awal kan, itu salah mereka berdua. Hyunjin berhak buat milih mana yang dia mau utamain, dan Jisung nggak bisa ngelarang,".
Felix mempoutkan bibirnya kesal. "Kalo gitu harusnya jangan pernah kasih Jisung harapan, lah!".
"Iya. Itu salahnya Hyunjin. Dia... Terlalu ngeremehin urusan perasaan. Harusnya dari awal, dia milih: Pacarnya atau Sahabatnya,".
---
Jisung menatap layar handphone nya dengan tatapan miris. Lebih tepatnya menatap roomchat-nya dengan Hyunjin. Pesan terakhir adalah pesan minggu lalu. Tawaran untuk berangkat bersama, yang sudah jelas Jisung tolak. Hah... Bahkan pesan singkat 'GWS' saja tidak ada dari bocah kelebihan bibir itu. Jisung takut Hyunjin bahkan tidak tau kalau dia sakit.
Tubuh Jisung sudah lebih membaik. Sudah tidak sepanas tadi. Tapi mentalnya... Jisung lelah sekali. Itulah sebabnya dia jatuh sakit. Terlalu banyak beban pikiran. Yang hampir semuanya tentang hubungan dirinya dan Hyunjin yang semakin tidak karuan.
Dan Jisung akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan isi pikirannya. Itulah sebabnya, sekarang pintu kamar Jisung terbuka. Menampilkan Felix yang membawa satu kantong plastik.
"Sendiri?" Tanya Jisung begitu Felix menutup pintu kamarnya.
Felix mengangguk. "Cuma di drop. Kak Chan ada urusan sama kampus soalnya,".
Jisung ber-'oh' singkat. Dia menatap plastik yang dibawa Felix. Berusaha menebak apa isinya.
Seperti mengerti apa yang dilakukan Jisung, Felix menjelaskan, "Mangga. Gue tau lo suka mangga,".
Jisung tersenyum senang lalu mengambil kantong plastik itu dari Felix. Saat dia lihat, ada kotak makanan berisi mangga yang sudah dikupas dan di potong-potong.
"Itu kerjaannya Kak Chan. Tadinya mau gue kasih utuh-utuh aja ke lo. Biar lo kupas sendiri," Terang Felix santai.
Jisung menatap Felix malas. Sudah biasa Felix seperti itu.
Bosan melihat Jisung yang sedari tadi hanya melahap mangga, Felix mengambil ponsel Jisung yang tergeletak diatas kasur. Dan lagi-lagi Felix harus tersenyum miris melihat handphone Jisung yang menampilkan roomchat milik Hyunjin dan Jisung yang sudah berdebu.
"Sung, katanya lo mau cerita?".
Jisung menelan buah mangga yang sedang dia kunyah, lalu mengangguk.
"Jadi?" Tanya Felix ketika Jisung sudah selesai meminum air putih.
"Apa yang pengen lo denger?" Tanya Jisung balik.
"Kenapa lo marah sama Hyunjin?".
Jisung terdiam cukup lama. Dia sebenarnya sudah menduga pertanyaan ini keluar, tapi entah kenapa terasa susah untuk menjawabnya.
"Gue nggak marah," Jelas Jisung. "Gue nggak pernah marah sama Hyunjin. Gue cuma... Ngasih ruang buat Hyunjin dan ngasih waktu buat diri gue sendiri. Ngasih waktu buat gue mikir, sebenernya Hyunjin itu siapa di hidup gue dan gue itu siapa di hidup Hyunjin,".
"And have you found the answer?".
Senyuman Jisung tampak manis tapi juga tampak menyedihkan disaat yang bersamaan. "Yes. He is my crush, and I am his best friend,".
---
Bagaimana?? Apakah konfliknya sudah mulai jelas? Ehehe...
Anw, thanks for reading (:
With Luv,
Felly
[28092020-07:28]
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Manis [HyunSung]
Fiksi Penggemar[END] Ini tentang Hyunjin, Jisung, dan segala tingkah 'terlalu manis' mereka. 'Lo tau apa persamaan Hyunjin-Jisung sama teh yang kebanyakan gula? Sama-sama terlalu manis dan bikin eneg'-Felix --- I try to make this as fluffy, or maybe cheesy as poss...