Jisung membuka matanya perlahan lalu memperhatikan sekelilingnya. Dia tidak tau ini dimana, yang jelas dia masih didalam mobil dan mobilnya berhenti di tempat yang gelap.
"Jin?".
Tidak ada sahutan. Jisung menoleh kearah bangku supir, dan Hyunjin tidak ada disana. Sontak saja Jisung panik. Dia segera mencari ponselnya, yang entah kenapa malah menghilang di saat-saat seperti ini.
Beruntungnya sebelum Jisung berhasil menemukan handphone-nya, Hyunjin sudah kembali.
"Lo dari mana?" Tanya Jisung.
"Dari luar,".
"Ngapain?".
"Ngecek keadaan luar, lah,".
"Ini dimana?".
"Pantai,".
Jisung menatap Hyunjin tak percaya. "Yang bener aja ini di pantai! Kita nggak kesasar, kan!?".
Hyunjin tidak menjawab. Laki-laki bermarga Hwang itu lebih memilih menyalakan lampu mobilnya. Cahaya lampu mobil yang terang menyorot kearah pantai yang sepi dan lautan yang luas.
Jisung sendiri tidak merespon dengan apa-apa. Dia hanya diam menatap pemandangan di hadapannya. Dia tidak pernah menyangka pantai akan menjadi seindah ini kalau sedang sepi dan gelap. Maklumlah, Jisung tidak pernah ikut acara jalan-jalan yang diadakan oleh sekolah, yang seringnya tujuannya adalah pantai.
"Mau turun?" Tawar Hyunjin.
Jisung tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat.
"Nih, pake!" Kata Hyunjin sambil menyerahkan jaket hitam yang tadinya dia pakai. "Gue lupa nyuruh lo bawa jaket tadi,".
Jisung menerima jaket itu tapi tidak langsung memakainya. Mau bagaimana pun diluar itu dingin. Kalau Hyunjin memberikan jaket itu untuknya, Hyunjin pasti kedinginan.
"Lo gimana?".
"Oh? Gue?". Hyunjin melirik kearah Jisung sebentar. Jisung hanya mengenakan kaus lengan pendek. "Gue gapapa. Toh diluar juga nggak terlalu dingin,".
---
Langit masih gelap. Walaupun sudah tidak segelap tadi. Sedari tadi Jisung hanya memperhatikan langit. Sesekali memotret dengan ponselnya. Lumayan, bisa untuk mengganti wallpaper handphone-nya yang sudah hampir 1 tahun tidak diganti.
Ah! Karena sibuk melamun memperhatikan langit, Jisung sampai tidak tau apa yang sedang dilakukan laki-laki kelahiran bulan Maret itu.
Jisung menoleh dan tatapannya langsung terkunci dengan tatapan Hyunjin. Tidak sampai lima detik mereka bertatap-tatapan, Jisung segera membuang muka, kembali menatap pantai.
"Lo ngapain ngeliatin gue?" Tanya Jisung setelah dia berhasil mengontrol detak jantungnya yang tadi sempat berdetak dengan cepat.
"Nggak papa. Emang nggak boleh?".
Jisung diam, tidak tau harus menjawab dengan apa. Dan yah... Lagi-lagi keheningan menyelimuti mereka.
"Jin,".
"Hm?".
"Kira-kira ini bagus nggak buat wallpaper?" Tanya Jisung sambil menyodorkan ponselnya yang ber-casing putih dengan teddy bear kecil diujung bawahnya.
Hyunjin memperhatikan handphone Jisung yang sekarang sedang menampilkan foto pemandangan di pantai itu. "Emang wallpaper lo apaan sebelum itu?".
"Mmm... Foto kita,".
"Yang mana?".
"Yang ini,".
Setelah memencet tombol 'back' dua kali, terpampanglah dengan jelas foto dirinya dan Hyunjin yang sedang tersenyum bahagia. Di foto itu Hyunjin merangkul pundak Jisung dan mereka berdua mengacungkan dua jari membentuk tanda 'peace'.
"Ini foto tahun lalu, kan?".
Jisung mengangguk.
"Kalo gue pake ini," Kata Hyunjin sambil mengeluarkan handphone-nya dari saku celananya.
Hyunjin menyalakan ponselnya, dan wajah Jisung yang sedang tertawa muncul sebagai lockscreen. Dan ketika Hyunjin selesai mengetikkan kata sandi ponselnya, alangkah terkejutnya Jisung melihat fotonya ketika dirinya masih duduk di bangku kelas 1 SMA digunakan sebagai wallpaper.
"Kenapa lo pake foto gue zaman kelas 10?".
Hyunjin tidak langsung menjawab. Ada jeda yang cukup panjang sampai akhirnya Hyunjin membuka mulut, "Gue suka sama lo di hari foto itu diambil. Hari itu gue sadar kalo detak jantung gue nggak normal dideket lo. Jadi buat ngenang hari itu, foto itu gue jadiin wallpaper,".
Jisung diam. Dia menatap jauh kearah lautan yang luas. Dia ingin merespon perkataan Hyunjin barusan, tapi dia tidak tau harus merespon dengan apa.
"Kenapa lo suka sama gue?" Tanya Jisung lirih. Sangat lirih.
"Hm?".
"Kenapa lo suka sama gue?" Ulang Jisung. Kali ini sedikit lebih keras dari yang tadi. "Padahal gue nggak sesempurna itu buat lo sukain. Banyak orang yang bilang kalo muka gue jelek, pas-pasan. Banyak orang yang nggak suka sama gue. Mereka bilang gue—,".
Ucapan Jisung terputus. Karena Hyunjin sudah membungkam mulutnya dengan bibirnya. Tidak lama dan tidak ada lumatan. Hanya sekedar menempel sesaat. Hyunjin hanya ingin menghentikan ucapan Jisung barusan, karena dia tidak suka mendengar itu semua.
Hyunjin menatap Jisung dalam. "It's not their job to like you, it's mine. So stop thinking about what others think, and start thinking about how perfect you are in my eyes".
---
Hai. Bisa luangkan waktumu beberapa detik?
Aku minta kritik dan saran buat cerita ini, boleh? Thank you...
With Luv,
Felly
[31082020-07:11]
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Manis [HyunSung]
Fanfiction[END] Ini tentang Hyunjin, Jisung, dan segala tingkah 'terlalu manis' mereka. 'Lo tau apa persamaan Hyunjin-Jisung sama teh yang kebanyakan gula? Sama-sama terlalu manis dan bikin eneg'-Felix --- I try to make this as fluffy, or maybe cheesy as poss...