Ending Scene

6.9K 409 47
                                    

Belum menyerah Taehyung masih bertahan di depan pintu kamarnya, sekali lagi ia coba untuk mengetuk  meski tahu tak akan ada yang berubah, Ji Woo tidak mungkin akan membukakan pintu untuknya.

“Ji Woo-ya, aku mohon jangan seperti ini. Tolong buka pintunya dan kita bicara, kau boleh memukulku, memakiku atau apapun. Tapi jangan begini, hhhmm?”

Merasa putus asa Taehyung kemudian merosotkan tubuhnya ke lantai, ia duduk bersandar pada pintu dengan perasaan pilunya dan tenaga yang seolah terkuras habis saat yang ia dapati dari dalam sana hanyalah suara tangis dari sang istri.

Sesekali lelaki 34 tahun itu menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya lalu  menengadahkan kepala guna menahan air mata berharganya agar tak jatuh begitusaja.

“ayolah...jangan menangis seperti ini. Tolong pikirkan bayi kita juga Ji Woo-ya” ucapnya kembali bersuara dalam keputus asaan setelah beberapa saat tangisan itu tidak kunjung reda.

Song Ji Woo yang juga tengah mempatrikan raganya dibalik pintu itu sudah menangis hampir selama tigapuluh menit sambil beberapa kali mencoba meminta Taehyung untuk pergi dan tidak pernah lagi menemuinya.

Rasa takut akan kembali kehilangan seseorang yang begitu berharga membuatnya menjadi wanita yang egois.
Sang ayah, kakek bahkan sang ibu yang juga sempat menghilang baginya bukanlah sesuatu yang mudah untuk ia terima meski sangat jarang ia mengeluhkan dukanya di hadapan orang lain, ah...ia bahkan kehilangan masa remajanya yang berharga delapan tahun lalu yang tak akan pernah bisa digantikan lagi dengan apapun.

Lalu sekarang? Haruskah ia kembali kehilangan untuk yang kesekian kalinya? Saat kini ia hanya memiliki Taehyung sebagai tempat mengantungkan hidupnya? 

Tidak, bukankah lebih baik untuk melepaskan terlebih dahulu sebelum takdir merebut paksa dengan cara kejamnya? Dengan begitu ia tidak akan terlalu terluka dan merelakan seiring berjalannya waktu, bukan?

Waktu berlalu, setiap menitnya terus berganti dan kemudian suara helaan berat menyesap lancang di antara  mereka. Taehyung mengangguk pelan di tengah heningnya juga suara sedu Ji Woo dari balik sana.

“baiklah...aku akan turuti keinginanmu” kalimat itu tidak di ucapkan Taehyung dengan lantang, namun ia yakin Ji Woo akan mendengarnya dengan jelas dari dalam sana.
“Tapi berhentilah menangis, Semua ini salahku, aku tahu itu” Kepala Taehyung semakin jatuh dengan pandangannya yang dibalas dingin oleh lantai.
“berhentilah...aku mohon, kau sudah menangis setengah jam lebih dan itu tidak baik untukmu”

Selanjutnya.., Taehyung bangkit setelah memastikan suara tangis itu reda. Perlahan ia beranjak membawa tubuhnya serta kebodohannya menjauh dari hadapan kamar itu. Taehyung turun dan melangkah keluar dengan perasaannya yang hancur juga tak lupa sambil merutuki dirinya sendiri.

'Dasar pecundang, bodoh!'

***

Jimin menutup telfon dari Jungkook sambil berusaha menahan diri menyembunyikan kegirangannya pagi ini. Masih pagi sekali, namun Jimin sudah berada di kantornya dengan senyum cerah. Ah...pria ini benar-benar layak mendapat penghargaan dan promosi kenaikan pangkat sekali lagi.

Jimin kembali menempelkan layar ponselnya ke daun telinga. Matanya mencekung membentuk sebuah senyum indah bahkan sebelum panggilannya mendapat jawaban.

“oohh Taehyung-ah, kau dimana? Cepatlah datang kesini, ke kantorku” ia menyambar begitu panggilannya di jawab. “Aku barusaja ditelfon oleh Jungkook, bocah itu sudah sampai disana dan menyiapkan semuanya. Aku yakin kita bisa mendapatkan Kim Na Myung hari ini juga." Jimin coba menjelaskan dengan segenap ketidaksabarannya.  "
"Aahh...kemaren Ny.Song juga berjanji akan bekerjasama dalam penyelidikan terkait kecelakaan itu juga semua kejadian sejak delapan tahun lalu. Cepatlah datang Tae dan-“

"Ahjussi!" || K T H✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang