Jemari lentik Audrey meremas kemeja Mr. Watson yang sangat basah karena peluh, menduduki paha pria itu yang terduduk lemas di atas ranjang. Sementara jemari nakal Leonard bermain di pinggul hingga bongkahan kenyal yang selalu terlihat menarik di mata pria, suara kecupan menambah gairah keduanya meski gairah Leonard tercipta hanya karena pengaruh alkohol tinggi.
Sementara Audrey menyukai segala sentuhan pria itu di sekujur tubuhnya, tak salah jika Vanessa menjadi sangat luluh dan mengagumi Mr. Watson. Pria itu memiliki sentuhan ajaib yang mampu meningkatkan birahi wanita, terutama wanita jalang seperti Audrey. Audrey melupakan tujuannya akan materi dengan Mr. Watson.
Ia menyetujui permintaan Mr. Watson untuk menemani pria itu di atas ranjangnya malam ini hanya karena materi, namun ketika Audrey menyadari tidur dengan Mr. Watson bukan hanya sekedar seks satu malam lalu melupakannya esok hari. Mr. Watson benar-benar pemain yang ulung, pria itu bahkan merobek pakaian tipis Audrey dengan kasar dan meremas tubuhnya dengan kuat.
Audrey sampai mendongak merasakan nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, karena biasanya Audrey selalu melayani pria hidung belang dengan postur tubuh gemuk dan menjijikan meski memiliki banyak uang. Mr. Watson adalah pengecualian, Audrey sempat berpikir jika Mr. Watson hanya memiliki tubuh yang atletis dan tidak lebih dari itu.
Tapi malam ini...
Audrey melihat dengan kedua kepalanya sendiri, saat tubuhnya membungkuk perlahan membuka celana kain sutra milik Mr. Watson. Audrey mendapati sesuatu yang sangat berharga bagi para wanita, ia mengerling nakal ke arah Mr. Watson saat menggenggamnya dengan erat seraya menjulurkan lidahnya. Dengan sigap Leonard menampar wajah nakal Audrey dan memainkan bibir seksi gadis itu menggunakan jemari besarnya.
Bibir seksi yang mengenakan lipstik merah menantang tersebut segera melumat jemari Mr. Watson, ketika gairah dan rasa kagum menjadi satu dapat membuat seseorang menjadi kehilangan kendali. Audrey akan melakukan apa saja agar terus bisa merasakan sentuhan Mr. Watson, termasuk menghianati sahabatnya sendiri...
Pantas saja Vanessa hampir melupakan materi ketika berhadapan dengan Mr. Watson, rupanya hal itu sekarang dialami sendiri oleh Audrey.
It's not about money, it's about becoming his slut...
Audrey menjulurkan lidahnya, membuat Leonard menggeram nikmat dan menjambak rambut pirang tersebut lebih dalam. Rambut pirang yang pria itu sangka adalah Vanessa.
Gadis cantik berambut pirang yang berhasil menyita perhatiannya, gadis lugu yang sama sekali tidak mengerti apapun tentang bercinta. Dan gadis manis yang selalu menebar senyum setiap harinya, tampil sederhana meski wajah cantiknya bak Dewi. Setidaknya itu yang Leonard pikirkan, membayangkan malam ini Vanessalah yang menemani ranjangnya.
Bukan Audrey...
Gadis itu sempat termenung duduk di atas ranjang tanpa mengenakan sehelai benangpun, menutupi tubuhnya sendiri dengan selimut sementara pria di sebelahnya telah tertidur pulas usai percintaan mereka yang panas. Audrey tak mengerti, Mr. Watson selalu menyebutkan nama Vanessa. Dan di akhir klimaks pria itu menyerukan nama Vanessa dan mengecup bibirnya dengan intens dan sangat lembut.
Seolah ciuman tersebut memang untuk orang yang ia cintai dan bukan hanya sekedar gadis bayaran.
Andai Audrey yang diperlakukan seperti itu...
Semalam penuh Audrey merenungi hal tersebut, ia tak tidur dan juga tidak ingin tidur di samping pria yang menganggap kehadirannya adalah orang lain.
Dan baru Audrey rasakan apa yang Vanessa rasakan ketika bersama Mr. Watson, pria itu memiliki daya tarik tersendiri terhadap wanita. Bukan hanya materi, tapi juga kasih sayang yang diharapkan semua gadis namun tak bisa Mr. Watson berikan karena ia hanya mengagumi gadis polos dan berharga bak berlian.
Kenapa ini begitu rumit?
Perlahan Audrey beranjak dari duduknya, mengambil pakaiannya yang tercecer di atas lantai dan sobek di beberapa bagian. Ia sebaiknya pergi dari sini sebelum pria itu bangun dan menyadari jika dirinya bukanlah Vanessa seperti yang diharapkannya, hari sudah mulai pagi dan Audrey sama sekali belum tidur. Sepertinya hari ini memilih untuk tidak bekerja.
Cekle...
Seketika Audrey terdiam, namun ia berusaha tenang dan pergi begitu saja.
Saat dirinya keluar dari kamar Mr. Watson, Audrey melihat seorang pria muda yang tampan. Melihat ke arah Audrey dari atas kepala hingga kaki, tanpa Audrey hiraukan ia langsung pergi meninggalkan rumah itu. Mengabaikan bayaran yang telah dijanjikan Mr. Watson semalam.
Nathan menghembuskan nafas kasar, ia sudah terbiasa melihat Ayahnya membawa jalang ke rumah ini. Terkadang ia muak akan tingkah laku Ayahnya yang tak pernah berubah semenjak mendiang Ibunya meninggalkan mereka, pria tinggi berambut cokelat itu lalu menutup kembali pintu kamar Ayahnya.
Meski sekilas, Nathan melihat Ayahnya di dalam sana masih tertidur pulas dan aroma alkohol menyeruak hingga ke luar kamar.
Entah sampai kapan Ayahnya akan berubah, Nathan sering memperkenalkan wanita dewasa kepada Ayahnya. Namun seperti biasa, Ayahnya hanya menganggap wanita adalah urusan seks dan bukan untuk dijadikan wanita pengganti Ibunya. Nathan mengerti hal itu, sulit untuk menggantikan seseorang yang paling berharga di hidup ini.
Nathan berharap, semoga saja kelak Nathan akan menemukan seseorang yang ia cari selama ini, seperti Ibunya. Pria bertubuh tinggi dan memiliki lesung pipi itu tersenyum manis.
Mengingat kebersamaan keluarga mereka yang sangat harmonis dulu, Leonard adalah tipe pria yang hangat juga sangat lembut kepada keluarga.
Namun segalanya berubah ketika mengetahui istrinya mengidap penyakit dan mengharuskan Leonard merelakan kepergian istrinya, semenjak saat itu. Pria yang Nathan anggap awet muda karena keramahan dan kebaikan hatinya itu berubah drastis, menjadi pribadi yang tertutup dan pemurung. Nathan mengerti, kehilangan belahan jiwa adalah hal yang paling sulit dilalui oleh setiap pria.
Leonard selalu berusaha tegar setiap harinya, meski Nathan paham pria itu sangat rapuh. Hal yang paling Nathan pahami adalah, seorang pria ternyata sangat rapuh dari pada seorang wanita ketika kehilangan seseorang yang sangat berharga. Hanya saja, pria tidak ingin memperlihatkan kerapuhannya.
Leonard selalu menyimpan kesedihannya sendiri, duduk berjam-jam di kafe dan menikmati secangkir kopi. Persis seperti kencan yang selalu dilakukan Ibu dan Ayahnya dulu, itu sebabnya Leonard tidak pernah bisa melupakan kegiatannya menyantap kopi dan duduk di kedai kopi hingga larut malam. Sebenarnya hal itu ia lalukan demi mengingat mendiang istrinya.
Namun, akhir-akhir ini. Nathan menyadari Ayahnya sedang dalam keadaan tidak baik, pulang dalam keadaan mabuk bukanlah seperti kebiasaan Leonard. Jika ada hal yang bisa Nathan lakukan demi mengembalikan Ayahnya seperti dulu, maka akan Nathan lakukan. Meskipun hal itu harus mengorbankan banyak hal.
Nathan akhirnya menutup pintu kamar Ayahnya.
***
To be continue
16 Juli 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/195380857-288-k477830.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating His Father
RomanceBertemu dengan seorang Sugar Daddy yang mengikat kehidupan Vanessa dengan sebuah kontrak bukanlah hal yang mudah, awal dari keinginan untuk dapat hidup terjamin dengan cara yang cepat karena tekanan kehidupan di kota yang keras ternyata membawa Vane...