Memasuki sebuah halaman rumah yang besar setelah melewati pagar dengan ukiran huruf 'W', Vanessa merasa sangat kecil. Ia hanya gadis kumuh yang kebetulan dan beruntung bisa bertemu dengan keluarga Watson. Meskipun Vanessa masuk dan mengetuk pintu rumah keluarga Watson melalui pintu belakang, dengan kata lain bukan dengan hasil yang murni, alias menjual hidupnya kepada pemilik lengan besar itu.
Dan sebuah kebetulan yang ironi ketika ia harus menghianati kebaikan Nathan dengan cara seperti ini, tapi semua hal diluar kendali Vanessa. Ia hanya bisa mengikuti keinginan Mr. Watson dan menuruti perkataan pria itu, ingin sekali Vanessa kembali kepada sahabatnya Audrey dan bekerja di kafe seperti dulu. Walau ia sadar, itu semua tidak akan cukup membayar pengobatan Lisa.
Saat Nathan membantu Vanessa membawa barang-barangnya, Mr. Watson malah pergi begitu saja memasuki rumah seraya memanggil maid. Vanessa melirik Mr. Watson saat ia memberi perintah seraya berkacak pinggang, terlihat jelas pria itu bukanlah pria yang bersahabat dan memiliki jiwa dominan yang kuat. Berbeda sekali dengan Nathan..
"Ness, kenalkan kepala maid di sini. Rose, ini Vanessa.." ujar Nathan setelah seorang wanita yang usianya kira-kira sama dengan Lisa mendatangi mereka, Vanessa tersenyum seraya memperkenalkan diri. Ia dapat merasakan Rose adalah pribadi yang baik dan ramah, persis seperti pekerjaan maid pada umumnya. Vanessa juga harus bersikap profesional mengabaikan pekerjaan ini hanya sebuah kedok baginya dan Mr. Watson, walaupun sangat mudah bagi Mr. Watson berpura-pura dengan semua orang yang ada di rumah ini termasuk anaknya sendiri, tapi tidak bagi Vanessa.
Vanessa tak dapat menghentikan lirikan nakalnya jika berselisihan atau sekedar melihat Mr. Watson dari kejauhan, dan terkadang Vanessa penasaran kenapa pria itu bisa sesantai itu, dibalik skandal yang ada pada mereka.
Rose mengantar Vanessa ke kamarnya yang berada di lantai bawah, semetara wanita itu menjelaskan kamar Nathan dan Mr. Watson ada di lantai dua.
Lagi-lagi Vanessa disuguhkan kemewahan yang ada di dalam rumah megah tersebut, namun yang menarik perhatiannya adalah pajangan di dinding. Berupa gambar dan foto keluarga yang Vanessa yakini adalah keluarga Watson, ada seorang wanita cantik berada di antara Nathan dan Mr. Watson. Rose yang paham dengan rasa penasaran Vanessa akhirnya menjelaskan bahwa wanita tersebut adalah mendiang istri Mr. Watson.
"Dia tidak pernah menjelaskan bahwa istrinya telah meninggal." Ujar Vanessa, karena pertemuan pertama dengan Mr. Watson dulu Vanessa sempat berpikir bahwa pria itu berpisah dengan istrinya karena gaya hidupnya yang terbilang tak biasa. Dan ternyata argumen Vanessa salah besar, jangan pernah melihat seseorang hanya dari luar, mungkin saja pria itu memiliki masa lalu yang kelam.
"Ya, dan lebih baik kau jangan mengungkit mendiang istrinya di hadapan Mr. Watson. Dia bisa marah.." kata Rose memperingatkan, Vanessa hanya mengangguk.
"Oh, baru aku sadari. Mendiang istrinya memiliki wajah yang sama persis denganmu, hanya saja kau lebih muda." Tambah Rose, membuat Vanessa menyatukan kedua alisnya bingung dan baru menyadari hal itu.
Saat sampai di sebuah kamar yang terlihat baru saja dibersihkan, Vanessa teringat kamarnya yang dulu. Saat kedua orang tuanya masih ada dan saat kehidupannya masih terbilang sangat baik, meskipun lebih luas dibanding kamarnya dulu.
"Ada lima maid di rumah ini, besok akan ku kenalkan sekaligus menjelaskan pekerjaanmu. Sekarang beristirahatlah.." jelas wanita itu dan segera menutup kamar Vanessa, sepertinya di rumah ini masing-masing penghuni tidak terlalu banyak berkomunikasi. Hanya jika ada sesuatu yang penting, atau mungkin itu sebuah peraturan yang diterapkan Mr. Watson di rumahnya.
Vanessa melihat sekitar, terdapat sebuah jendela yang mengarah langsung ke halaman belakang. Ia lalu menatap pakaian dan barang-barangnya di lemari setelah itu beristirahat, mengganti pakaian dan mematikan lampu. Hari ini benar-benar banyak kejutan, mulai dari pertemuan Nathan dengan Ayahnya di rumah kayu, hingga permintaan Nathan yang ingin Vanessa bekerja di rumahnya.
Nathan seperti memberi celah kepada Mr. Watson untuk mengerjai Vanessa lebih dalam lagi, memberikan akses kepada pria tua itu dalam melancarkan aksinya. Dan Vanessa yang hanya menjadi boneka hanya bisa menurut dan mengikuti perkataan pria yang memiliki segalanya dan memiliki hidup Vanessa, tapi ada sebuah perasaan bahagia ketika Vanessa menuruti perkataan Mr. Watson meskipun terbilang memerintah.
Ketika hari mulai larut, semua kegiatan yang ada di muka bumi terhenti sementara untuk beristirahat. Meskipun kegelapan mendominasi seluruh tempat, tapi sinar rembulan yang terlihat sangat cantik mampu memberikan sedikit cahaya untuk menyinari sekelilingnya. Angin malam yang dingin membuat tubuh membeku, hanya kehangatan yang mampu mencairkan segala kengerian malam yang mencekam.
Tubuh sintal yang terbungkus selimut tebal terlihat tertidur pulas, nafasnya teratur menandakan ia telah tidur sangat nyenyak tanpa menyadari apapun. Termasuk sebuah siluet yang mengendap ke dalam kamarnya.
Sinar rembulan tak mampu memberi cahaya di sela kegelapan yang ada di sekitar siluet tersebut, begitu tegap dan tinggi, melangkah perlahan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Membelai kulit mulus tanpa cela yang menggoda dirinya semenjak pertama kali bertemu, adalah sebuah hal yang ia impikan mendapatkan gadis itu dan menyimpannya di rumah ini.
Dan, ya...
Akhirnya dia melakukannya....
"Selamat pagi Mr. Watson..." sapa seluruh maid kepada pria berusia kepala empat tersebut, pagi ini seperti sebuah upacara. Vanessa dan semua maid diharuskan mengenakan seragam yang sama. Hitam dan putih...
Bukan seragam sehari-hari yang digunakan untuk bekerja, namun hari ini adalah hari terakhir Rose bekerja. Perayaan kecil untuk maid yang telah banyak berjasa bagi Mr. Watson, dan Vanessa pikir pria itu sama sekali tidak perduli dengan hal sekecil ini. Tapi lagi-lagi ia salah, Mr. Watson sangat dermawan dan rendah hati. Di samping wajah ketus dan datar serta nada suaranya yang terdengar otoriter, ternyata dia adalah pribadi yang baik.
Di samping kedua mata nakalnya yang terus mengamati Vanessa, entahlah. Seragam maid yang Rose berikan adalah seragam Rose yang lama, sangat tidak pas dikenakan oleh Vanessa yang bertubuh sintal dan memiliki payudara yang terbilang besar.
Pikiran Leonard mulai liar, saat seluruh maidnya duduk di kursi makan menyantap hidangan itu adalah hal yang paling baik yang pernah dilakukan oleh pemilik rumah. Namun siapa sangka, di balik kebaikan tersebut tersimpan sifat nakal yang membuat Vanessa risih dan bergairah di saat yang bersamaan. Terasa aneh, dua hal tersebut terjadi dan akhirnya ia akan kalah dengan gairahnya yang besar. Ditambah dengan sikap dingin Leonard namun dapat membakar gairah Vanessa.
***
To be continue
18 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating His Father
RomansaTersedia juga di platform Dreame (lengkap) Bertemu dengan seorang Sugar Daddy yang mengikat kehidupan Vanessa dengan sebuah kontrak bukanlah hal yang mudah, awal dari keinginan untuk dapat hidup terjamin dengan cara yang cepat karena tekanan kehidu...