Musik klasik mengalun indah, puluhan orang yang berasal dari kalangan terpandang memenuhi aula yang telah didekor rapi nan elegan. Nathan selalu melirik ke arah arlojinya, ingin perayaan ini lekas berakhir dan menemui Vanessa di rumah. Nathan bukan tipe pria maskulin yang menyukai perayaan mewah seperti ini, ia bukan Ayahnya yang terbiasa dengan kemewahan dan juga bisnis.
Tapi Vanessa telah menyiapkan segalanya, mulai dari tuxedo berwarna biru gelap yang berwarna senada dengan milik Ayahnya. Hingga sepatu dan celana juga adalah hasil karya dari Vanessa. Nathan tak mungkin menolak kerja keras Vanessa dan ajakan Ayahnya, dan disinilah ia. Berdiri seorang diri tanpa bisa bersosialisasi dengan yang lain.
Tak lama Leonard mendatangi Nathan, dengan senyum mengembang dan juga rasa bangga kepada Nathan ia mendampingi anak laki-lakinya itu. Sebentar lagi Leonard akan memperkenalkan calon penerusnya kepada semua orang, termasuk rekan bisnis dan semua karyawan Leonard. Begitu nama Watson disebutkan, Leonard dan Nathan mulai berjalan menuju panggung.
Hiruk-pikuk dan tepuk tangan menghiasi malam ini, kedua pria yang terlihat tampan meski di usia yang berbeda terlihat sangat menawan dan juga kharismatik. Beberapa gadis dan juga para istri rekan bisnis Leonard menyuri pandang kepada mereka berdua, dan mungkin saja sebagian dari mereka pernah satu ranjang dengan Leonard.
Entahlah, Leonard tak pernah mengingat hal itu setelah Vanessa hadir di hidupnya. Ia juga tak terlalu terpengaruh dengan lirikan nakal, Leonard selalu mengabaikan hal yang dapat merusak konsentrasinya di khalayak umum. Sementara Nathan, sangat berbeda dari Ayahnya. Pria itu tak henti-hentinya melemparkan senyum ramah kepada siapapun yang berselisihan dengannya.
Meskipun ia sama sekali tak menyukai perayaan mewah seperti ini, namun sifat ramah dan hangat Nathan tidak pernah hilang. Berbeda dengan Leonard yang terlihat sombong dan ketus, terlihat dari nada bicara saat dirinya memperkenalkan Nathan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Suara bariton yang sangat khas terdengar tegas namun berwibawa.
Seusai acara Leonard mengabaikan Nathan, inilah saat dimana Nathan sangat membenci Leonard. Pria itu hanya mementingkan usaha dan pekerjaannya dibandingkan Nathan, Leon selalu sibuk berbincang dengan beberapa pria berjas mahal yang mengandeng istri-istri mereka. Bahkan salah satu dari istri mereka berhasil memainkan mata ke arah Nathan, membuat Nathan sedikit kikuk.
Ia segera menuju toilet, acara seperti ini sungguh menguras emosi Nathan. Namun suasana toilet juga tak ada bedanya, ia hanya mencuci tangan dan pergi lagi. Namun saat Nathan baru saja keluar dari sana, seorang gadis menunggunya. Tersenyum ke arah Nathan seolah mereka telah mengenal satu sama lain sebelumnya.
Nathan hanya menaikan sebelah alisnya bingung, tapi tiba-tiba sesuatu terbesit di dalam pikirannya. Ia mengingat gadis itu, gadis yang pernah dibawa pulang oleh Leonard pada suatu malam, dan pergi pagi-pagi sekali. Nathan tak menyangka jika gasis tersebut adalah salah satu seorang istri dari teman Ayahnya.
"Halo Nathan!" Sapanya ramah.
"Apa kau mengenalku?" Tanya Nathan.
Gadis yang memiliki potongan rambut pendek sebahu itu hanya tersenyum, "tentu, Ayahmu baru saja memperkenalkanmu." Balasnya.
"Lebih baik kau kembali ke suamimu sebelum kita mendapat masalah." Ujar Nathan saat gadis itu mulai mendekati dan menyentuh lengan Nathan.
"Oh, dia bukan suamiku. Aku hanya bertugas menemaminya malam ini." Balas gadis itu, semakin membuat dahi Nathan berkerut bingung.
"Kau tahu, pekerjaan kami adalah menemani pria tua dan kaya seperti mereka dan juga Ayahmu. Kau mengingatku bukan?" Gadis itu mulai menggerayangi lengan Nathan, tanpa malu ketika beberapa pria masuk dan keluar dark toilet melihatnya.
Nathan yang risih mencoba menepis jemari lentik gadis itu, ia sangat cantik namun terlihat murahan di mata Nathan. Dan Nathan benci melihat wanita yang memiliki prinsip gold digger seperti itu, mengingatkan Nathan akan mantan kekasihnya yang juga sangat dibenci Leonard.
"Sebaiknya kau temani pria yang membayarmu, aku tidak tertarik." Ucap Nathan dengan ketus, ia ingin meninggalkan gadis itu. Namun saat gadis itu menyebutkan nama 'Vanessa', Nathan terdiam dan tertarik untuk mendengarkan.
"Kau tahu Vanessa adalah temanku..."
"Kau kenal Vanessa?" Tanya Nathan penasaran.
"Tentu, kami dulu bekerja bersama."
"Pekerjaan macam apa?"
Gadis itu tak menjawab namun hanya tersenyum.
"Siapa namamu?" Tanya Nathan.
"Audrey..."
Kedua mata Nathan menyipit.
"Hai keponakan, disitu kau rupanya." Namun saat Nathan ingin bertanya lebih lanjut, sebuah panggilan dengan suara yang begitu familiar memanggilnya. Daisy ditemani suaminya Andrew melebarkan kedua tangan dan memeluk Nathan, bibi dan pamannya itu rela datang dari London hanya untuk hadir di perayaan ini.
Sungguh sesuatu yang mengejutkan, sama seperti perkataan gadis bernama Audrey tadi yang cukup mengejutkan Nathan. Pekerjaan macam apa? Nathan terus berpikir di sepanjang perjalanan bersama paman dan bibinya, Daisy terus mengoceh dan Nathan tak dapat mencerna segala ocehan Daisy. Ia mulai mengaitkan satu hal dan lainnya, mungkin ini berkaitan dengan rumah mendiang Ibu Nathan yang tiba-tiba ditempati secara tiba-tiba oleh Vanessa.
Mungkin saja...
"Hai Cousin!" Sapa Daisy kepada Leonard, memeluk pria itu dan mengecup kedua pipinya. Daisy bukan berasal dari Watso Family, tapi suaminya. Namun kedekatan antara dirinya dan semua keluarga Andrew menjadikannya akrab dengan siapa saja, termasuk Leonard yang terlihat ketus dan dingin.
"Istrimu makin terlihat cantik, kau memberikannya pelayanan yang sangat baik." Canda Leonard kepada Andrew yang juga masih terlihat bugar di usia mereka yang sudah kepala empat.
"Bagaimana dengan keponakanku ini, apa kesini tanpa pasangan? Ku lihat dia berbincang dengan seorang gadis tadi." Kata Daisy, wanita yang masih sangat cantik dan seksi serta glamor. Seluruh tubuhnya bahkan melekat barang yang nilainya tinggi.
"Benarkah? Dia berbincang dengan seorang gadis?" Tanya Leonard, adalah sebuah berita yang baik bagi Leon mendengar hal itu. Setidaknya Nathan tak lagi harus memikirkan dan bersama Vanessa setiap harinya.
"Kapan kalian tiba? Kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Leonard.
"Anggap saja kejutan, kami bingung harus mencari hotel. Jadi sedikit terlambat kemari." Jawab Andrew.
"Kenapa harus menginap di hotel? Please, kediaman kami sangat besar dan tidak ada orang di sana selain Nathan yang belum menikah dan beberapa maid." Tawar Leonard.
"Baiklah, setidaknya kita tak perlu membayar hun..." tukas Andrew menyeringai.
Melihat keakraban mereka bertiga, Nathan hanya terdiam. Bukan dia tak menyukai kedatangan Uncle Andrew dan Aunt Daisy. Ua hanya masih memikirkan kalimat Audrey tadi.
"Kenapa kau diam? Uncle Andrew dan Aunt Daisy rela jauh-jauh dari London hanya untuk menemuimu." Kata Leonard saat Andrew dan Daisy sedang pergi.
"Aku masih memikirkan perkataan gadis tadi..." jawab Nathan dengan wajah datar.
"Oh, ya. Apa yang dikatakan gadis itu? Apa dia mengajakmu berkencan?" Tanya Leonard begitu antusias.
"Tidak, dia bilang dulu bekerja dengan Vanessa."
***
To be continue
27 Oktober 2020
***
Siapa Andrew dan Daisy?
Yg udah pernah baca Novel "Desire" pasti tau 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating His Father
RomanceTersedia juga di platform Dreame (lengkap) Bertemu dengan seorang Sugar Daddy yang mengikat kehidupan Vanessa dengan sebuah kontrak bukanlah hal yang mudah, awal dari keinginan untuk dapat hidup terjamin dengan cara yang cepat karena tekanan kehidu...