Tiba saat hati semakin mengagumi sesuatu, namun realita mencoba mengelak hal tersebut agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Ada perasaan sesak di tengah-tengah dada yang tidak dapat dijelaskan oleh logika, meskipun sebagian dari diri mengabaikan rasa sakit tersebut. Namun tentu saja tak semudah membalikan telapak tangan.
Mawar merah yang sedang merekah dan harum semerbak ternyata bukan hanya indah dan cantik dipandang, tapi memiliki kelebihan yang tak banyak orang ketahui. Mawar tersebut selalu menyembunyikan kebaikannya dibalik duri yang dapat menyakiti siapa saja yang berani memutiknya, dan pada akhirnya tidak ada yang berani mengganggu mawar tersebut selain mengamatinya dari kejauhan.
Itulah perumpamaan Vanessa bagi Leonard, gadis itu bukan hanya cantik. Namun kedatangannya di kehidupan Leonard membawa pengaruh positif, semenjak kedatangan Vanessa di rumah ini. Rumah yang selama ini seperti tak berpenghuni menjadi seperti hidup kembali, Nathan yang selalu bertengkar dengannya dan jarang berada di rumah, kini sangat berbeda dan Leonard sangat bersyukur atas hal itu.
Walaupun Leonard masih tak ingin menganggap Vanessa dan membuat gadis itu menjadi besar kepala, Leonard selalu melontarkan kalimat kasar kepada gadis itu dan entah mengapa Vanessa bisa sesabar itu dalam menghadapi Leonard. Karena Leonard tidak memiliki keberanian dalam mengambil keputusan akan kehidupan Vanessa.
Jadilah ia hanya termenung di teras rumah ditemani secangkir kopi, mengamati Nathan yang semakin akrab dengan Vanessa tengah menyirami tanaman di halaman rumah. Dada bidangnya yang tertutupi kaos seakan ingin runtuh saat ini juga, bukan hanya keakraban mereka berdua. Tapi karena Nathan yang terlihat sangat serasi jika bersanding dengan Vanessa, bukan seperti dirinya yang sudah berumur dan memiliki sifat binatang dalam bercinta.
Andai Nathan tahu jika ia telah menghancurkan gadis yang sangat Nathan kagumi dan mengendalikan hidup gadis itu, entah apa yang akan dilakukan Nathan. Mungkin pria itu akan pergi dan tak akan menganggap Leonard sebagai Ayah kandungnya lagi, dan Leonard akan menua seorang diri di rumah besar ini, tanpa anak dan istri.
Mengapa takdir terlalu jahat kepadanya?
Pertama takdir telah mengambil mendiang istrinya, dan sekarang ketika ia ingin menikmati hidup dengan sedikit kesenangan, takdir pun berkata jika Leonard tak pantas bahagia. Melalui gadis itu, Leon seolah menghadapi sebuah karma.Duduk di teras seorang diri, jemari Leon menggoreskan tinta di atas sebuah kertas yang nantinya akan menentukan takdir Nathan. Nathan akan menjadi ahli waris satu-satunya seluruh aset Leonard, untuk berjaga-jaga jika suatu saat nanti terjadi sesuatu. Nathan tidak dapat menolak wasiat darinya, pria itu harus tetap menjalankan bisnis keluarga, apapun yang terjadi.
"Aku ingin mengajakmu."
"Kau bercanda, aku hanya seorang maid. Semua karyawan Ayahmu pasti akan menertawakanku, kau mempermalukanku, 'Nate." Balas Vanessa, Nathan hanya tersenyum. Dalam hati ia sangat heran, mengapa derajat seseorang harus ditentukan oleh status sosial. Dan yang lebih mengherankan, mengapa harus orang-orang yang memiliki kelas tinggi yang dapat menentukan layak atau tidaknya seseorang.
"Kenapa cepat sekali? Tapi aku ucapkan selamat!"
"Terimakasih, entahlah. Kurasa Ayahku terlalu terburu-buru, aku tidak ingin mengambil jabatan itu." Balas Nathan seraya menaikan bahunya acuh.
"Dia Ayahmu, siapa lagi yang akan membantunya bekerja, Nate."
Nathan menghembuskan nafas kasar, entah mengapa ucapan Vanessa selalu ada benarnya. Mungkin karena dia seorang wanita, dan wanita adalah makhluk yang selalu merasa benar.
Tiba-tiba keharmonisan di rumah tersebut lenyap seketika, saat sebuah kendaraan berhenti di depan pagar rumah Leonard. Leonard yang menyadari hal tersebut berdiri dari duduknya dan menghampiri Nathan dan Vanessa. Wajahnya mulai khawatir jika semua hal terbongkar.
"Nathan, ajak Vanessa masuk ke rumah!" Ujar Leonard, Nathan yang bingung hanya bisa terdiam menunggu penjelasan sang Ayah. Sementara Vanessa, hanya bisa tertunduk. Ia tahu betul siapa yang berada di dalam mobil dan menunggu di luar pagar.
Nathan terlihat menolak karena gerak-gerik Ayahnya yang sedikit mencurigakan, namun pandangan sinis Leonard kepada Vanessa akhirnya mampu membuat Vanessa membujuk Nathan untuk menuruti perkataan Ayahnya. Dengan sedikit remasan di lengan Nathan, akhirnya Vanessa berhasil mengajak pria itu masuk ke dalam rumah dan membiarkan Leonard menyelesaikan urusannya sendiri.
"Kau tahu, tidak baik ikut campur dalam permasalahan orang tua." Bisik Vanessa kepada Nathan saat mereka tiba di dalam rumah, walau Nathan masih curiga. Ayahnya selalu kedatangan tamu, teman atau rekan bisnisnya. Tapi tidak terlalu tertutup seperti ini.
Dengan langkah tenang Leonard berjalan kaki mengarah pagar yang menjulang tinggi dan kokoh, di balik pagar sudah berdiri pria yang memiliki postur tubuh gemuk.
Leonard hanya berdiri di depan pagar dengan kedua tangan berada di dalam saku celana begitu ia tiba, tak berniat membuka pagar karena menurutnya ini adalah hal yang tidak begitu penting.
"Clark?" Sapa Leonard, pria gemuk tersebut memasang wajah ketus tak tertarik sama sekali dengan sapaan Leonard.
"Dimana Vanessa?" Tanyanya.
Leonard menaikan sebelah alisnya, "aku rasa itu bukan urusaanmu." Balasnya santai.
"Vanessa adalah tanggung jawabku setelah kedua orang tuanya meninggal, kau hanya pria hidung belang yang kebetulan bertemu dengan gadis itu. Dia hanya seorang gadis!" Cecar Clark, namun Leonard sama sekali tak terpengaruh terhadap apapun yang dikatakan Clark.
"Vanessa hanya bekerja di tempatmu. Biar ku tegaskan kepadamu, dia datang kepadaku. Dan ketika seseorang mendatangiku atas sebuah alasan, maka sampai batas waktu yang aku tentukan dia adalah milikku!" Tegas Leonard, Clark terdiam.
"Bahkan Vanessa jauh lebih baik sekarang dari pada harus bekerja di kafe milikmu." Tambah Leonard.
"Ku pikir kita masih berbisnis Clark, aku sempat ingin meminta bantuan untuk jamuan kopi malam ini. Tapi melihat kondisi kita saat ini, aku mengurungkan niatku."
"Semoga harimu menyenangkan..." kata Leonard dan berbalik meninggalkan Clark yang masih terdiam berdiri seorang diri di balik pagar.
Leonard mengabaikan Clark yang terlalu banyak ikut campur terhadap kehidupan pribadinya, ia tidak menculik atau mengelabui Vanessa untuk menjadi miliknya. Tapi gadis itu sendiri yang datang kepadanya dengan suka rela agar dimiliki oleh Leonard, karena desakan kebutuhan. Dan kebetulan sekali Leonard juga menyukai gadis itu.
Leonard jarang memiliki prinsip untuk memiliki sesuatu, tapi Vanessa adalah pengecualian. Jika ia sudah memiliki Vanessa, maka tidak akan ada yang merubah hal tersebut. Meski dunia akan berakhir sekalipun, Vanessa tetap miliknya. Gadis itu sudah melangkah ke kehidupan Leonard, maka Leonard tidak akan melepaskannya begitu saja.
Tidak, walaupun ada sosok gadis yang duduk di kursi belakang kendaraan Clark, yang Leonard yakini berusaha menyingkirkan Vanessa. Leonard hanya menyunggingkan senyum.
***
To be continue
20 Oktober 2020
****
Muncul dah tu mak lampir 😪
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating His Father
RomansaTersedia juga di platform Dreame (lengkap) Bertemu dengan seorang Sugar Daddy yang mengikat kehidupan Vanessa dengan sebuah kontrak bukanlah hal yang mudah, awal dari keinginan untuk dapat hidup terjamin dengan cara yang cepat karena tekanan kehidu...