6.

71.4K 4.5K 566
                                    

"Papa udah" Aresha mengelus lengan Papa Kevin.

Aresha menarik napasnya dalam-dalam.

"Mau lahiran lo?" tanya Kevin.

"Bang adeknya ih, ganggu suasana aja" rengek Aresha.

"Adek gue cuma lo sama Tara" jawab Arkan enteng.

"Tenang Kak, udah Tara bekep"

"Oke"

"Sial" umpat Kevin.

"Silahkan dilanjut kanjeng ratu" ucap Kevin.

"Siapa yang suruh babu ngomong!?" tanya Tara tajam.

"Astagfirullah, Emak lo ngidam apa si punya anak begini rupanya" Kevin bergidik ngeri.

Sedangkan Aresha dan Arkan hanya cekikikan.

Ehm. Deheman Papa Anton membuat hening.

"Aresha mau cerita, boleh?"

"Boleh" mereka serempak menjawab.

"Tara, Kakak kayaknya cocok jadi drigen ni pasukannya kompak bener"  Aresha cekikikan sendiri.

"Drijen kanjeng ratu" ucap Kevin jengah.

Aresha mengangguk. "Terserah saya Bu"

"Dulu, Resha sama Ibu nggak punya uang. Tapi, Ibu kerja nyuci dan setrika pakaian tetangga. Ibu jualan gorengan, sambil gendong Resha. Saat umur Resha 5 tahun, Ibu mulai sakit-sakitan. Resha mulai sekolah, tapi Resha malah dikatain, kata mereka "ngapain anak haram sekolah?" "anak suci itu punya ayah dan ibu lengkap""

"Resha bukan anak haram, Ayah Resha lagi kerja cari uang, itu yang Ibu ucapin. Resha selalu dapet kata kayak gitu, sampe saat Resha umur 7 tahun, Ibu pergi" Aresha menitikkan air matanya.

Yang lain masih setia mendengar ucapan Aresha. Mama Key, Mami Caca, Mama Mona, dan Tara menangis mendengar kisah Aresha.

Begitu juga Papa, Papi, dan Abang.

"Setelah dimakamin banyak yang ingin asuh Resha, tapi Resha nolak. Karena Ibu bilang keluarga kandung Resha lagi cari Resha. Resha nunggu terus didepan rumah. Tapi itu buat Resha laper, sedangkan Resha nggak punya uang"

"Resha pergi kejalan sendiri, Resha mencuri. Mencuri makan diwarung, mencuri uang dianak kecil, terus Resha ngemis. Jahat ya? Tapi setelah beberapa bulan, Resha liat ada anak perempuan yang mengambil boneka adiknya, kata Ibunya bilang "Kakak nggak boleh ambil boneka adik ya. Dosa, nanti Bunda sedih terus Bunda nangis, dan kalian jadi anak durhaka" ingatan Resha kuat ya" Aresha terkekeh sendiri.

Padahal jauh dilubuk keluarga Aditama, kekehan Aresha adalah pisau yang menusuk hati mereka.

"Resha pergi kemakam Ibu, Resha nginep disana. Resha laper lagi, liat kambing makan daun Resha coba jajal. Rasanya nggak enak, tapi Resha makan aja"

"Ibu dateng ke mimpi Resha. Ibu bilang "Eca pulang ya, jangan mencuri dan makan rumput lagi. Ibu sedih disini. Dirumah ada celengan ayam buat modal Eca jual gorengan, kan Ibu udah ngajarin Eca. Semangat Eca!" gitu"

"Eca pulang aja terus jual gorengan"

"Terus beberapa tahun kemudian Eca ketemu Papa Anton dan Mama mona, Eca masih jual gorengan kok. Tapi Eca udah nggak dikata-katain anak haram yang gapunya ayah. Karena mulai detik itu Eca punya keduanya. Selesai"

"Kok nggak ada yang tepuk tangan?" tanya Aresha bingung.

"Eh tadi aku bilang Eca ya? Duh maaf, keceplosan" Aresha tekekeh lagi.

"Gaada tepuk tangan, gaada minum pula. Gatau kanjeng ratu aus, minumin ludah mulu" Aresha cemberut.

Tidak ada yang mengeluarkan sebuah kata. Aresha memandang satu-satu mereka.

"Aresha nggak suka dikasiani, udah ya natapnya. Resha tau Resha cantik"

Aresha itu anak yang ceria, mudah bergaul, mudah beradaptasi dengan orang baru, jadi tidak heran kenapa ia sudah mulai bercanda.

"Bang Marvel, Eca aus. Anter ambil minum yuk" Aresha bangkit lalu menarik tangan Marvel.

Marvel mengantarkan kedapur. "Ada makanan nggak? Laper" ucap Resha tanpa malu.

Marvel melirik ke meja makan, disana masih tersedia makanan walau tidak sebanyak tadi.

"Temenin makan dulu ya"

"Dikasih hati minta jantung" kekeh Marvel, lalu menyuapi adik kecilnya.

Mencuri kesempatan, dengan mengecup pipi Aresha.

Modus.

Possessive Brothers (Tersedia di Google Playstore/Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang