___
__
_
EXCHANGED LOVE
...Dian duduk memeluk kedua lututnya. Udara malam membuatnya kedinginan. Sedangkan Renjun? Dia tengah sibuk menyalakan kayu bakar, untuk memberikan sedikit kehangatan.
"RENJUUNNN!" Awalnya Dian tersentak kaget sekaligus takut. Tetapi entah mengapa, setelah melihat jika itu Renjun, Dian melompat memeluknya, dan menangis sejadi-jadinya.
"Gua takut...hiks.." Perlakuan Dian cukup membuat Renjun kaget. Tetapi hatinya menghangat, ketika Dian menangis, memeluknya. Perlahan tangan kanan Renjun terangkat, mengusap pelan punggung Dian.
Dian jadi malu sendiri, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Beberapa kali, dia membenturkan dahinya pada lutut. Jantungnya berdebar kencang, ketika Renjun selesai menyalakan api terlihat menghampiri dirinya.
"Stop! " Renjun menautkan kedua alis. Membuat Dian semakin gugup.
"B-berhenti! "
"Lo kenapa, sih?"
"E-enggak, nggak papa." Renjun kembali berjalan mendekat. Tetapi, untuk kedua kalinya Dian menghentikan langkah Renjun.
"Berhenti!"
"Apa lagi?! "
"Ja-jj-jangan deket-deket. Jangan de-deket-deket gua." Renjun memutar malas bola matanya. Lalu melanjutkan langkahnya. Dan kembali di hentikan oleh Dian.
"Gua bilang, jangan deket-deket!"
"Apaan, sih? Orang gua mau ngambil ransel gua. Noh, ada di samping lo!"
"O-ohh." Renjun meraih ranselnya, lalu mencari tempat duduk yang nyaman, juga sedikit berjauhan dengan Dian. Diam-diam, dia mengulas sebuah senyum mengingat mimik wajah Dian tadi. Menurutnya, itu sangat lucu.
Dian memegangi perutnya yang mulai keroncongan. Kemudian dia melihat ransel kecilnya. Barangkali makanan ringan yang dia bawa masih ada. Namun, dia telah mencarinya tetapi tidak ada. Dia merenung sejenak. Ia jadi ingat, jika tadi pagi dia lupa memasukkan makanan ringan, dan hanya memasukkan sebotol air saja. Dian menghela, lalu meneguk air yang tinggal setengah botol.
Sembari memegangi perut, Dian menenggelamkan wajah di balik lutut yang ia peluk. Sekali, dia memukul pelan perutnya yang tidak mau diam.
"Nih, makan!" Dian mendongak. Dia melihat sebungkus roti yang di ulurkan oleh Renjun. Ragu-ragu Dian menerimanya.
"Makasih."
"Iya. Buruan di makan." Dian mengangguk sembari tersenyum. Kemudian, dia langsung memakan roti tersebut. Tentunya setelah bungkusnya di buka.
"Kenapa berhenti?" tanya Renjun ketika melihat Dian berhenti makan.
"Umm...lo udah makan?"
"Belum, sih. Tapi gua lagi gak napsu makan."
"Kalau lo belum makan, kenapa ngasih roti ini ke gua? emang masih ada stoknya?"
"Gak ada. Gua cuma lagi ga--" ucapan Renjun terpotong. Kala Dian menyumpal mulutnya dengan sepotong roti, yang bisa di bilang cukup besar.
"Tinggal makan aja, pake acara napsu-napsuan." oceh Dian. Sedang Renjun kesusahan mengunyah potongan roti tersebut. Bahkan pipinya terlihat membuntal. Membuat Dian tertawa terbahak-bahak.
"HAHAHAHA..."
"Khunuphu kutuwu?Hmm, buhugua, yua?" Renjun merebut roti dari genggaman Dian. Menyobeknya layaknya kertas. Dan langsung menyumpalkannya pada Dian. Giliran Renjun yang tertawa melihat mimik wajah Dian. Begitulah seterusnya, hingga pada akhirnya roti pun habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exchanged Love
Random___________EXCHANGED LOVE__________ ________________ | ⚠WARNING⚠ | --------- •√ CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA. APABILA TERJADI KESAMAAN NAMA, ATAU PERISTIWA, ITU MURNI HANYA KEBETULAN. •√ CERITA INI ADALAH KEHALUAN. SEMOGA PARA PEMBACA TERHIBU...